Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

Dua mangkuk bubur ayam sudah tersimpan di atas meja di kamar kami. Sekarang aku sampai mengganti nama kamar itu pula. Aku menghampiri ranjang empuk dan besar itu, mengguncang-guncang kecil tubuh di balik selimut tebal.

“Lucas, bangun. Aku sudah membuatkanmu sarapan.”

“Diana…” Lucas membuka mata dan memandangiku dengan enggan. “Cium aku.”

“Hei!!!” Pagi-pagi bikin perkara aja nih orang.

“Sebentar lagi.”

“Nanti buburnya dingin loh.”

“Hmm…”

Ia kembali menutupi kepalanya. Sambil menunggu Lucas, dan Nara yang menyiapkan teh kami di dapur, aku merapikan beberapa sudut kamar ini. Dihuni oleh dua orang tidak lantas membuat kamar ini semakin rapi, justru sebaliknya. Apalagi Lucas sudah terbiasa mengurus kehidupan sehari-harinya dengan bantuan Michael, semenjak kami sekamar, sekarang seluruh sudut kamar ini jadi tanggung jawabku. Lucas tidak terbiasa daerah teritorinya dimasuki terlalu banyak orang.

Aku mengguncang tubuh itu lagi. Lucas masih tertidur dengan wajah yang kini menghadapku. Tidurnya selalu tenang, nafasnya damai dan berirama, meski samar-samar aku masih bisa melihat sisa kesepian yang akrab di kehidupannya. Aku pun akrab dengan perasaan itu, tapi sekarang aku memiliki keluarga, dan perasaan itu seperti embun yang hilang oleh cahaya matahari.

“Lucas… Ayo bangun. Kau bilang ada kerjaan hari ini. Cepat sarapan… Aku tidak suka mengomeli orang lain sepagi ini…”

Dengan berat hati laki-laki itu duduk dan memandangiku dengan setengah sadar.

“Ayo sarapan.”

Tanpa aba-aba dia mengecup bibirku singkat. “Aku sudah sarapan,” katanya dengan nada tenang dan wajah dingin. Kontras dengan apa yang barusan ia lakukan.

“Hei—“

Aku menghela nafas karena laki-laki di depanku. Ia menikmati sarapan paginya dengan damai. Tanganku sengaja menjadi penyanggah kepalaku. Tidak ada kelembutan atau ramah dari wajahnya. Hanya sesekali ia memperlihatkan ekspresinya yang lebih ringan dan tenang, dan kadang manis seperti yang dideskripsikan Diana berusia lima belas tahun. Tapi di depanku ini, samar-samar seperti seorang anak kecil yang menyantap sarapan ibunya.

“Bagaimana dengan Nyonya dan Tuan Houston?” tanyaku.

“Tumben kau menanyakan mereka,” responnya.

“Penasaran. Kau tidak pernah menceritakan mereka.”

Sendok yang dipakai Lucas tersimpan di samping mangkuk buburnya. “Ibuku sepertimu. Dia suka membuat kue untukku, berkebun, rumah kaca itu dibangun ayahku saat ulang tahun ibuku. Dia lembut dan ramah.” Apanya yang mirip denganku, Ibu Lucas sepertinya sangat luar biasa.

“Dia cantik ketika sedang merajut, ia tidak pernah menuntut apapun dariku. Begitu juga dengan ayahku, ayahku tahu jika aku tidak terlalu tertarik dengan posisi seorang raja. Ia dan ibuku bahkan membebaskanku untuk ikut berperang pada saat itu, walaupun aku tahu ibuku tetap saja merasa cemas. Tapi jika bukan aku, siapa yang bisa menyelamatkan posisi raja?”

Aku tidak memberi respon. Kehidupan Lucas bahkan lebih rumit dari kehidupanku di dunia sebelumnya. Lucas memegang tanganku kemudian.

“Sekarang sudah tidak apa-apa. Kau bahkan membuka kain yang menutupi foto orang tuaku. Aku punya keberanian untuk memandangi mereka sekarang. Lain kali akan kukenalkan mereka padamu.”

Aku membalasnya dengan senyuman. Hatiku yang biasa berdegup menggila belakangan sedikit merasa pahit memikirkan satu dua hal yang memiliki hubungan paling tidak masuk akal, aku takut semua hal dipikiranku itu punya hubungan yang sama. Lalu nantinya, bagaimana aku bisa memandang laki-laki di depannku.

Aku belum pernah dicintai seseorang sampai segila ini.

Nara mengetuk pintu kamar, aku mengambil nampan berisi bubuk teh melati, air hangat dalam teko cantik, dan dua cangkir yang ukirannya sama dengan teko cantik itu. Aku meletakkan nampan itu di tengah-tengah meja. Kemudian membuka tutup teko dan uap panas menguar ke udara. Aku menuangkan beberapa sendok bubuk teh dan menunggu sebentar hingga teh itu merubah warna air di dalam teko. Tak berapa lama aku menuangkan secangkir teh untuk Lucas, wangi melati seperti memenuhi ruangan ini, dan menggeser cangkir itu dekat dengannya. Lalu aku menuangkan punyaku. Wanginya sedikit berubah dan bukan hanya bunga melati yang tercium, tapi aroma manis yang lain. Sedikit akrab tapi juga aneh.

Aku membuka tutup teko, wangi melati masih tercium dari dalam, tapi bukan hanya itu saja. Ada juga samar-samar aroma bunga lavender, aku sedikit mengerutkan keningku mencium aroma yang lebih asing dari bunga-bunga itu.

“Lavender… bau apa ini? Kok aku kenal bau ini, apa ya... kayak bau klinik—“

Aku menjatuhkan teko itu hingga terdengar suara nyaring dan membuat isinya sedikit tumpah keluar. Lucas memandangi dan bertanya, tapi seketika tidak ada suara apapun yang terdengar oleh telingaku. Semuanya berdengung dan ingatanku seperti ditarik menuju satu tempat.

‘…tak berapa lama dari kematian tragis Diana, Lucas pun mati diracun oleh Tuan Daniel karena menginginkan tahta Lucas.’

Aku seketika berdiri, menatap horor ke arah teko dan gelas-gelas cantik di hadapanku.

“Diana, ada apa?”

Aku masih belum menatap ke arah Lucas, mataku kehilangan fokus. Memastikan apa yang terjadi di dalam novel setelah kejadian pesta ulang tahun kerajaan.

“Jangan minum tehnya!” kataku.

Hampir saja aku membunuh Lucas dengan tanganku sendiri. Cerita di dalam novel itu masih berlanjut ternyata, sebelum Tuan Daniel berhasil tertangkap, cerita ini belum sepenuhnya berakhir.

“Diana!” Lucas sedikit mengguncang tubuhku. Raut wajahnya kental dengan kecemasan.

Aku menarik nafas paling dalam, mengatur ulang isi otakku sebelum bertindak lebih lanjut. Memandangi wajah laki-laki di depanku itu dengan perasaan rumit, semua harus berakhir sekarang juga.

“Perintahkan semua orang untuk tidak minum apapun sekarang juga!” kataku.

Begitu kalimat itu selesai keluar, aku berlari ke arah dapur, tanpa alas kaki, dan mengangkat sedikit pakaianku, mencari tahu apa yang direncanakan Tuan Daniel. Suara Lucas masih terdengar di belakangku, ia meminta para pengawal untuk menuruti ucapanku.

Sampai dapur aku menyeka keadaan sekitar dan sampai pada penampung air di ujung ruangan. Aku bergegas ke sana sambil meminta semua yang ada di dapur untuk berhenti bekerja dan jangan makan atau meminum apapun. Aku memanjat pinggiran penampung itu dan tergesa-gesa membuka penutupnya lalu mencium aroma yang lebih menyengat dari sebelumnya. Bau disinfektan! Ini kan… jangan-jangan para ksatria itu keracunan karena air ini.

Aku memastikan sekali lagi, mungkin ada aroma lain yang aku kenal. Kepalaku sudah masuk ke dalam penampung yang terbuat dari tanah liat itu. Lalu ada sepasang tangan yang menyentuh pinggangku dan menarikku dari sana, dengan mudahnya ia bisa menurunkanku. Lucas membelai sisi wajahku dan wajahnya sekarang terlihat sangat khawatir. Aku melihat ke sekeliling, semua pelayan dan koki menunduk dan diam-diam saling mencuri pandang, para ksatria yang tersisa menarik pedangnya dan bersiaga seolah musuh ada di sekitar mereka.

“Ada apa?” tanya Lucas.

“Racun.”

“Racun?”

“Ksatria itu, mereka semua ambruk bukan karena kelelahan, tapi mereka diracun. Minuman di istana udah diracun sama Tuan Daniel. Dia sengaja melakukannya untuk membunuhmu.”

Sontak semua orang tertegun dan terdengar bisik-bisik kecemasan.

“Bagaimana kau—“

“Kalau kamu gak percaya, periksa penampung itu. Air di dalamnya udah kecampur disinfektan!”

 

**

 

Istana seketika kacau dan semua pelayan diminta keterangan di tempat terpisah. Istana di tutup segera dan keamanan di sekitarnya kembali diperketat. Dokter kerajaan sedang memeriksa air yang dicurigai olehku barusan.

“Terdapat kandungan cairan pembersih lantai di dalam air ini, Yang Mulia,” katanya dengan nada lemah.

Hampir semua yang mendengarnya terkejut, aku sudah menyadari apa yang ada di dalam air ini, tapi pembersih lantai… gila!

“Efek cairan pembersih ini sama seperti yang dialami para ksatria, Yang Mulia,” terangnya lagi.

“Muntah-muntah, lemas, dan kekurangan cairan tubuh. Mereka selalu kehausan tapi sebenarnya tenggorokkan mereka terbakar,” tebakku. Ini hanyalah efek dari para pasien yang pernah keracunan karena minuman keras oplosan saat aku bekerja di klinik, tapi mungkin ada sedikit perbedaan.

“Benar Yang Mulia, tapi sepertinya dosis yang tercampur dalam tubuh para ksatria itu tidak sebanyak yang sekarang.”

“Segera periksa siapapun yang sudah meminum air ini,” titah Lucas.

Aku tidak menyadari para ksatria yang keracunan itu ternyata ada hubungannya dengan kelanjutan cerita di dalam novel. Apa mungkin seseorang mencari tahu efek racun di dalam tubuh manusia? Semakin tinggi dosisnya, maka efek samping racun itu semakin kuat, bahkan mungkin sampai meninggal? Racun yang wanginya seperti lavender ya? Aku ingat Nara pernah bilang jika bunga lavender sedang tidak ada di pasaran, lalu wangi itu darimana? Tentu saja pembersih lantai akan mencampurkan ekstrak bunga ke dalamnya untuk mengharumkan ruangan. Dan dimana tempat seseorang bisa mendapatkan bahan-bahan untuk membuat pembersih lantai? Tentu saja toko obat, di sana berbagai bahan kimia tersedia dengan mudah. Ingat apa yang dikatakan Cecilia? Ada sebuah rumah bordil di gedung yang sama dengan toko obat. Alur seperti ini bahkan otakku yang terbatas bisa menguraikannya.

Orang gila mana yang mau meracuni seluruh istana hanya untuk membunuh seseorang? Tentu saja Tuan Daniel dalang di belakang semua ini, apalagi penjagaan istana berkurang. Kalau aku tidak tahu alur ceritanya, Lucas pasti sudah keracunan.

“Alpha, sisir sekitar istana, lalu kirim pesan padanya untuk segera berpencar di kota. kita harus menemukan Daniel malam ini. Dokter, segera temukan obat penawarnya. Michael, Nara, periksa para pelayan dan koki.”

Semua orang pergi berhamburan setelah titah Lucas diberikan. Kini hanya tinggal kami berdua dan beberapa ksatria yang menjaga kami.

Lucas lalu memandangku, “Sebaiknya kau tinggal di kamar lamaku, kau akan aman di sana.”

“Kau sendiri?” tanyaku khawatir.

“Aku juga akan mencari Tuan Daniel dan mengeksekusinya di tempat.”

“Lucas…”

Ia membelai wajahku lembut, kelembutannya benar-benar menggoyahkan kekuatanku. Bagaimana jika, hal buruk benar-benar terjadi padanya, dan aku tidak bisa melindunginya.

“Semua akan baik-baik saja Diana, tunggu saja aku. Aku akan mengantarmu sekarang.”

Aku memegang tangan itu, “Tidak apa-apa, aku pergi sendiri, yang diincar Tuan Daniel itu dirimu, berhati-hatilah.”

Lucas berhenti sebentar, seperti ada beberapa pertanyaan namun tersangkut di bibirnya, “Istana ini aman untukmu, aku akan kembali.”

Berat. Tapi kami berpisah di dapur. Lucas segera melakukan pencarian di sekitar istana. Punggungnya yang tegap, sebelum benar-benar hilang itu, menyembunyikan cakar singa yang siap meraung dan mencabik-cabik orang yang mengusiknya. Itu hanya imajinasiku, karena aku tidak benar-benar bisa melihat ekspresi di wajahnya.

Tiga orang ksatria mengawalku menuju kamar Lucas yang lama. Di sana ada ruangan yang dulunya adalah ruangan pakaian Lucas. Di sana lebih aman, apalagi ada tiga ksatria yang mengawalku. Aku hanya mengkhawatirkan Lucas, cerita di dalam novel ini, seolah benar-benar ingin membuat kami berdua terpisah satu sama lain.

Aku tidak ingin—

Tubuhku sedikit menegang melihat ksatria yang mengikutiku dari belakang semuanya terkapar dengan leher yang hampir lepas dari tempatnya. Darah bercucuran di dinding, tapi sejak tadi tidak ada suara apapun.

“Ada ap—“

Kemudian penglihatanku memudar dan sepenuhnya hitam. Aku menggerakkan tubuhku untuk melepaskan diri dari seseorang yang menyekapku dari belakang, tapi orang ini lebih besar dan kuat dariku, lalu sesuatu menghantam tengkukku sampai membuat kepalaku pusing yang menyengat, dan aku kehilangan kesadaran kemudian.

 

**

 

Kesadaranku mulai kembali menyatu, mataku perlahan-lahan beradaptasi dengan ruangan yang redup dan debu bertebaran di mana-mana. Di depanku ada beberapa barang yang bertumpuk, ada sebuah jendela kecil di salah satu sisi dinding dan cahaya bulan yang dingin ikut menambah cahaya di ruangan yang pengap ini. Sebuah suara erangan ringan terdengar dari belakangku, dengan kaki dan tangan yang diikat begini, sulit bagiku untuk melihat ada apa di belakang. Ternyata beberapa perempuan dengan keadaan yang lebih buruk saling meringkuk seperti gulungan ulat bulu yang kedinginan. Samar-samar dalam keheningan aku bisa mendengar deru ombak dan sedikit bau khas lautan. Dimana ini? Dekat laut?

“Kalian—“

Belum sempat ucapanku selesai, suara langkah seseorang sedikit tergesa-gesa muncul dari balik pintu kayu yang sudah rapuh. Aku menguatkan hatiku, darah yang berceceran dari tubuh ksatria tadi siang masih menggangguku, tapi naluri pertahanan diri paling akhir selalu di keluarkan oleh setiap makhluk hidup yang merasa bahwa sang pemangsa akan menyergapnya tanpa ampun.

Pintu terbuka, dan tidak mengejutkan siapa yang datang. Tubuh mereka menjulang tinggi dari posisiku yang duduk di lantai seperti ini. Tuan Daniel dan laki-laki bernama Franz itu segera memandangiku. Tuan Daniel dengan wajah seperti biasa, dan Franz, seperti ular yang menemukan tikus terperangkap.

“Yang Mulia,” ucap Tuan Daniel membuatku sedikit saja tertegun, tapi aku tetap mempertahankan ketenanganku. Beberapa suara samar terdengar dari belakangku.

“Maaf jika ruangan ini tidak membuat Anda nyaman.”

“Untuk apa bersikap sopan pada pelacur seperti dia,” ucap Franz yang membuat saraf di belakang leherku menegang.

“Brengsek.”

“Apa katamu?”

“Brengsek! Kau brengsek! Paman Brengsek!”

PLAK!

Tamparan telak mendarat di wajahku, rasanya panas dan perih. Aku tidak bisa mempertahankan posisiku sehingga aku terjatuh menghantam lantai. Sialan!

Perempuan-perempuan di belakangku sedikit memekik dan semakin dalam menggulung diri mereka sendiri. Dengan susah payah aku kembali bangkit, masih memandangi Franz dengan sengit.

“Berhenti, Franz! Rencana kita akan gagal jika kau mengacaukan Yang Mulia,” ucap Tuan Daniel yang sama sekali tidak bertindak membantuku. Apa-apaan mereka? Main drama? Serius? Di depanku!

“Perempuan sombong dan angkuh sepertinya, tidak akan berkutik jika tidak di samping Lucas. Lihat saja, ia bahkan tidak berniat membalasku.”

“Heh, tolol! Tidak lihat tangan dan kakiku ini kau ikat!”

Entah yang dibicarakan Franz adalah Diana yang dulu atau Diana yang ini. Bagaimana pun, seseorang yang sudah menilai buruk orang lain, tidak akan mudah merubah penilaian mereka itu. Bagiku, kenapa tidak bakar sekalian arang yang sudah membara.

Franz akan melakukan sesuatu lagi padaku, tapi Tuan Daniel segera menahannya. Wajahnya rumit, seperti menahan sesuatu, ketakutan, dan kemenangan yang tidak karuan.

“Jadi kalian akan menceritakan rencana kalian padaku?”

“Untuk apa? Melaporkan pada kekasihmu itu?” tanya Franz.

“Aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya kalian incar? Harta? Kekuasaan? Apa yang sekarang kalian miliki tidak cukup?”

“Tidak!” Tuan Daniel sekarang menjawab “Apa yang aku miliki sekarang masih kurang cukup.”

“Untuk apa?”

“Tentu saja menjadi yang paling atas di antara semua orang. Menggulingkan orang-orang yang berani melawanku.”

Aku tidak pernah mengerti orang-orang yang haus kekuasaan begini. Apa yang akan mereka dapatkan setelah menjadi penguasa di atas penguasa? Tiran? Lalu setelahnya apa? Harta tidak dibawa mati, itu kata-kata andalan pengamen yang sering kujumpai di perempatan jika lampu lalu linta berwarna merah. Ucapan mereka tidak ada yang salah, lalu kenapa orang-orang seperti Tuan Daniel dan Franz masih saja merasa kekurangan?

“Aku tidak pernah mengerti orang-orang seperti kalian.”

“Aku juga tidak berharap Yang Mulia mengerti. Yang kubutuhkan hanya kematian Lucas, karena Anda sudah menjaga istri dan keponakanku, aku tidak akan menyuruhmu keluar dari istana, cukup rapikan ranjang Anda setiap hari.”

“Brengsek!!!” Kali ini aku hampir menerkam dua orang gila harta itu. Ketenanganku sudah pecah, dan aku ingin sekali menggigit dua hyena itu sampai kulit mereka habis.

“Setidaknya Anda tidak akan berakhir seperti istri dan keponakanku, atau perempuan-perempuan di belakang Anda.”

Aku menatap nyalang, “Kau masih berani menyebut istri dan keponakanmu itu? Setelah mereka selesai kau manfaatkan?”

“Kenapa aku harus takut? Seandainya mereka sedikit saja menurut padaku, aku tidak akan membuang mereka seperti sampah.”

Ada kemarahan di dadaku. Laki-laki ini, bahkan pada keluarganya sendiri, hanya untuk obsesi tidak masuk akalnya. Bagaimana bisa? Seseorang membuang keluarganya, di saat seseorang meminta sebuah keluarga.

“Ahahahahaha…” Aku tertawa getir dan masih menatap dua orang itu menyiratkan keinginan kuat untuk menarik rambut mereka sampai kepalanya terlepas. “Aku belum pernah bertemu orang sebrengsek dirimu.”

“Yang Mulia terlalu memuji saya. Kalau begitu selamat istirahat Yang Mulia. Dan jangan berpikir untuk kabur, Anda tidak mau bukan perempuan-perempuan itu menjadi daging panggang?”

Suara nyaring pintu yang ditutup mengakhiri percakapan kami. Kepalaku terasa berat, baru kali ini akhirnya sakit kepala itu kembali datang. Obsesi Tuan Daniel sudah membutakan segalanya. Apapun alasannya, orang itu sudah tidak bisa dibiarkan hidup begitu saja.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Gue Mau Hidup Lagi
440      290     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
IF ONLY....
537      386     2     
Romance
Pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta sepihak… Perasaan yang berakhir bahkan sebelum dimulai… Merasa senang dan sedih seorang diri, benar-benar seperti orang bodoh. Ada penyesalan besar dalam diriku, padahal masih banyak hal yang ingin kuketahui tentang dirinya. Jika saja aku lebih berani bicara padanya saat itu, kira-kira apa yang akan terjadi?
Secret Melody
2291      807     3     
Romance
Adrian, sangat penasaran dengan Melody. Ia rela menjadi penguntit demi gadis itu. Dan Adrian rela melakukan apapun hanya untuk dekat dengan Melody. Create: 25 January 2019
Communicare
12334      1746     6     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Paragraf Patah Hati
5894      1915     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Pisah Temu
1057      566     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Chloe & Chelsea
8631      1861     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
Until The Last Second Before Your Death
479      341     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
Flying Without Wings
1024      547     1     
Inspirational
Pengalaman hidup yang membuatku tersadar bahwa hidup bukanlah hanya sekedar kata berjuang. Hidup bukan hanya sekedar perjuangan seperti kata orang-orang pada umumnya. Itu jelas bukan hanya sekedar perjuangan.
Kutu Beku
376      251     1     
Short Story
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang berusaha dengan segala daya upayanya untuk bertemu dengan pujaan hatinya, melepas rindu sekaligus resah, dan dilputi dengan humor yang tak biasa ... Selamat membaca !