Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

Semakin melihatmu menjauh, rasa sakitnya semakin terasa

.

.

.

Sudah lama aku tidak merasakan sakit pinggang waktu bangun tidur. Seingatku, aku tidur jam tiga pagi, demamnya Lucas tidak turun-turun sepanjang malam, aku juga tidak tega meninggalkannya begitu saja. Sampai, bias matahari pagi mengusikku yang rasanya baru tidur beberapa menit di atas kursi besar yang kemarin aku geser. Kakiku rasanya sakit karena tidak sadar ditekuk sepanjang malam. Aku ingat rasa pegal-pegal ini seperti sebuah nostalgia.

Lucas sudah bangung sejak tadi. Ia sudah membuka mata tapi tidak ada gerakan apapun dari tubuhnya, jangan-jangan otaknya konslet?

“Kepalamu masih pusing?” tanyaku sambil menyentuh keningnya. Lucas hanya menggeleng. “Aku siapkan sarapan ya, kau juga harus banyak minum dan makan buah-buahan.”

Padahal aku kesal kalau ada adegan memberikan buah pada orang sakit di dalam film, klasik, tapi sekarang aku melakukannya sendiri. Ini ya yang disebut karma itu?

Aku meminta seorang pelayan yang berjaga di luar untuk membawakan sarapan dan buah-buahan yang kuminta. Seingatku, apel dan pir itu punya kandungan air yang banyak. Ilmuku saat SMA masih menempel sedikit di otakku ternyata. Kemudian aku mengambil wadah dan handuk yang sejak kemarin dipakai untuk mengompres panas tubuh Lucas, lalu menggantinya dengan yang baru.

“Kau mau ganti baju?” tawarku saat kembali dari toilet. Lucas lagi-lagi menggeleng. Aku membantunya bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Lalu membasuh tubuh Lucas dengan handuk kecil yang lain.

Keringatnya masih mengucur di beberapa area tubuh Lucas, wajahnya juga terlihat tidak segar, matanya lagi-lagi sendu, pusingnya masih kerasa ya? Demamnya juga tidak separah semalam sih, tapi masih lebih panas dari suhu manusia biasa.

Setelah pelayan tadi membawakan sarapan untuk Lucas, akupun menyuapi laki-laki ini selembut mungkin. Lucas sejak tadi tidak membuka suara, kadang-kadang aku memikirkan hal-hal buruk, tapi namanya orang sakit, kadang untuk bangun tidur juga malas. Sesekali, berada di dekatnya tanpa bertengkar begini tidak buruk juga.

“Nanti, aku harus kembali ke kamarku untuk ganti baju. Nara akan ada di depan kamarmu, kalau ada sesuatu panggil dia. Aku juga tidak akan lama sih. Jangan lupa buahnya habiskan, semalam demammu tinggi, pasti banyak cairan tubuh yang hilang.”

Kalau di duniaku, sepertinya akan lebih cepat menyembuhkan Lucas dengan obat-obatan di apotek, di dunia ini mana ada obat yang secanggih itu.

“Oh iya, pekerjaanmu nanti biar kukerjakan.”

“Jangan.” Akhirnya dia buka suara juga.

“Kenapa?”

“Aku tidak percaya padamu.”

“Aku sedang berusaha sabar karena kau sedang sakit, tapi jika bukan aku yang tangani, siapa lagi? Kau belum mencabut wewenangku kan? Jadi, secara teori, aku masih menjadi asistenmu. Aku tidak akan membuat keputusan tanpa persetujuanmu kok, aku hanya mempersingkat laporan-laporan itu supaya nanti kau mudah membacanya.”

Setelah itu Lucas tidak membantah lagi. Sambil berjalan ke kamarku, aku mulai mengubah pandanganku tentang laki-laki itu. Dari cerita Nara, mungkin aku bisa menyimpulkan jika Lucas tidak sebrengsek yang kupikirkan. Walaupun aku masih tidak paham maksud tindakannya di belakangku itu. Padahal dia kan benci sekali pada Diana, kok sekarang dia seperti memberikan perhatian tertentu padanya?

Tetap saja aku tidak bisa memercayainya begitu saja, Lucas dan Diana sejak awal tidak diperbolehkan untuk bersama, jadi jangan memaksa sesuatu yang jelas-jelas berbeda. Nanti mereka akan saling melukai.

 

**

 

Aku papasan dengan Alpha ketika akan kembali ke kamar Lucas. Alpha sepertinya akan membawakan laporan untuk Lucas.

“Alpha,” sapaku.

“Yang Mulia,” katanya memberi hormat.

“Itu tugasnya Lucas, kan?” tanyaku.

“Iya Yang Mulia, saya akan menyimpannya di ruang kerja Yang Mulia Raja.”

“Bawa saja ke kamarnya, biar aku yang kerjakan.”

“Eh?”

“Lucas masih sakit, jadi sampai ia sembuh, aku yang menangani pekerjaannya.”

Alpha tidak mungkin membantah juga sih, selain karena Diana adalah ratunya, gadis ini juga orang yang dia sayangi.

Alpha pun mengikutiku dari belakang. Dari kondisinya, sepertinya Alpha dan ksatria-ksatria lain tidak separah Lucas.

“Alpha, boleh aku tanya sesuatu?”

“Apapun, Yang Mulia.”

Aku berhenti melangkah, kepalaku masih menghadap ke depan, sepertinya langkah Alpha juga ikut berhenti. “Bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?” pintaku.

Tidak ada jawaban dari Alpha untuk beberapa saat, tanpa melihatnya, aku berasumsi jika Alpha ragu untuk mengatakannya padaku.

“Baiklah, Yang Mulia.” Ada sedikit nada yang berbeda dari suaranya kali ini. Aku penasaran kenapa Alpha tidak mau menceritakan insiden kemarin padaku, apa dia mencurigaiku juga?

Beginilah perempuan, banyak berasumsi tanpa ada fakta yang jelas. Berhenti Tiara, berhenti. Jangan terlalu banyak menduga-duga, walaupun jalan ceritanya sedikit berubah, tapi asumsi bodohmu itu juga bisa mencelekai dirimu sendiri.

“Nanti saja kalau kondisi Lucas sudah lebih baik,” kataku, yang kali ini berbalik melihatnya.

“Iya, Yang Mulia.”

Aku meminta Alpha menyerahkan tumpukan kertas itu padaku dan memintanya untuk tidak perlu masuk ke dalam kamar Lucas. Laki-laki itu sedang sangat sangat susah ditebak suasana hatinya. Aku juga meminta Alpha membawakan tugas-tugasku. Aku sedikit ragu sih, waktu akan mengerjakan tugas Lucas, aku ini bukan ratu sungguhan, bagaimana jika ada laporan yang salah aku tulis?

Tuh, kan? Tuh, kan? Berhenti menduga-duga wahai Tiara!

Yang harusnya aku pikirkan adalah tindakan Tuan Daniel yang jelas sekali menjadikan Lucas sebagai targetnya. Dia pasti menginginkan tahta Lucas, tapi kalaupun Lucas meninggal, kan aku yang akan menggantikannya? Justru lebih mudah jika aku yang mati duluan, dengan begitu Cecilia mungkin akan menggantikan posisi ratu, dan membunuh Lucas dengan mudah. Itu kan yang ada di dalam novel? Kenapa ya ceritanya jadi berubah begini? Kalau memang Lucas yang pertama diincar, lalu bagaimana nasibku nanti? Mati karena diracun?

Karena sekarang Lucas yang jadi target Tuan Daniel, maka aku juga harus membuat pertahanan untuk kami berdua, aku akan membuat kematian Diana dan Lucas jauh dari yang bisa dibayangkan oleh Tuan Daniel.

 

**

 

Berulang kali aku beranjak dari sofa kemudian melihat kondisi Lucas. Demamnya sedikit demi sedikit turun, sesekali aku juga memintanya untuk banyak minum dan makan buah-buahan.

“Masih pusing?” tanyaku.

Dia menggeleng.

Aku mengecek perban di pinggang dan lengan kanannya, ada noda darah yang menembus perban itu.

“Aku ganti perbannya dulu,” kataku lagi. Dan Lucas tidak menjawabnya.

Tubuh atletis nan putih itu keadaannya tidak begitu baik. Dulu aku sempat malu melihatnya telanjang begini, walau secara teknis Diana ini istrinya sih, tapi kan dua puluh lima tahun aku hidup, baru kali ini aku melihat tubuh laki-laki dewasa secara langsung. Guratan di beberapa bagian tubuhnya menunjukkan bagaimana cerita Lucas dan masa lalunya yang selalu berada di garis depan peperangan. Sudah berapa kali dia kena tebasan benda tajam ini ya?

“Hei, Lucas,” kataku.

Dia tidak menjawab.

Sambil mengganti perbannya, aku memecahkan keheningan yang jarang terjadi diantara kami, “Sakit ya?” tanyaku. Pertanyaan bodoh!

“Hm.”

Aku menyusuri luka di lengan kanannya itu, walaupun belum tertutup dan masih ada sedikit darah kering yang muncul, tapi tidak ada infeksi di sekitarnya. Tebasan pedang yang tajam dan panjang, bagaimana bisa menebas lengannya, apa jadinya jika tebasan itu memotong lengannya menjadi dua.

“Luka ini, sakit ya?” tanyaku lagi.

Tidak ada jawaban dari Lucas, mungkin dia sadar jika otak Diana yang ini sudah mulai tidak waras dan harus dirawat sepertinya juga. Tapi kata-kata yang terlontar dari mulutku tidak bisa berhenti. Entah dorongan apa, tapi aku tidak ingin keheningan kami punya durasi yang lebih panjang.

Walaupun usahaku selalu sia-sia di depannya.

“Sakit.”

Tanganku berhenti bergerak, tatapanku bergeser untuk melihat wajahnya. Tatapannya memang tidak terlalu berubah, meskipun matanya yang sendu, tetap saja aku bisa tahu ada hawa dingin yang dibawanya.

“Sakit sekali, Diana,” katanya lirih.

Kemudian, niatku untuk menghentikan lajur keheningan pun diurungkan. Entah bagaimana, perasaanku yang tidak pernah dilatih ini, seolah tahu maksud dari ucapannya. Hanya saja, aku belum menemukan kata-kata yang cocok untuk menggambarkannya.

 

**

 

Malamnya, setelah Lucas benar-benar terlelap dalam tidurnya yang tenang, aku masih berkutat dengan laporan-laporan ini. Laporan tentang keluhan beberapa bangsawan karena Lucas melarang mereka menimbun bahan-bahan pokok, ini sih salah mereka. Laporan tentang keamanan beberapa perbatasan kerajaan yang kelihatannya aman-aman saja. Juga laporan perkembangan hutan yang sempat diobrak-abrik si bocah Cecilia. Iya, di umurnya yang sudah kepala dua puluh itu, otaknya masih seperti anak-anak. Belum termasuk tugas-tugas istana yang biasa aku tangani.

Hidungku rasanya sedikit aneh, saat kuusap, ternyata aku mimisan.

“Aduh!”

Aku menunduk dan menahan aliran darah di hidungku dengan sapu tangan yang selalu kubawa. Padahal aku baru begadang sekitar dua hari, tapi bisa-bisanya sampai mimisan begini. Sepertinya tubuh Diana tidak terbiasa bekerja keras seperti aku dulu.

Ngomong-ngomong, bagaimana diriku di duniaku ya? Aku lupa hal itu. Apa tubuhku baik-baik saja? Atau dibakar dan dibuang ke laut? Aku jadi merinding memikirkannya.

 

 

Salam Hangat,

SR

ig: @cintikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
(not) the last sunset
594      414     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Adelia's Memory
507      326     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
#SedikitCemasBanyakRindunya
3324      1220     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
Ghea
477      315     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Penantian
4058      1747     16     
Romance
Asa. Jika hanya sekali saja, maka...
Shane's Story
2582      1003     1     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
Senja di Sela Wisteria
447      285     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Secret Melody
2291      807     3     
Romance
Adrian, sangat penasaran dengan Melody. Ia rela menjadi penguntit demi gadis itu. Dan Adrian rela melakukan apapun hanya untuk dekat dengan Melody. Create: 25 January 2019
Daybreak
4278      1809     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox
Sweeter Than Sweet Seventeen
746      534     5     
Short Story
Menunggu papa peka akan suatu hal yang aku impi - impikan. Namun semua berubah ketika ia mengajakku ke tempat, yang tak asing bagiku.