Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

Aku baik-baik saja, sungguh

.

.

.

Kupikir dengan menyelesaikan pekerjaanku yang sengaja kutumpuk berhari-hari itu akan menghilangkan perasaan cemasku. Tapi yang dikatakan Michael justru,

“Yang Mulia Raja sudah menyelesaikannya, Yang Mulia.”

“Pekerjaanku?” tanyaku.

“Iya.”

“Yang ditumpuk di ruanganku?”

“Iya yang itu Yang Mulia.”

“Laporan soal istana?”

“Itu juga sudah diselesaikan Yang Mulia Raja.”

“Kenapa?”

“Kenapa? Bukankah belakangan ini Anda jarang keluar kamar karena demam? Itu yang dikatakan Yang Mulia Raja pada saya. Maaf jika saya tidak tidak menyadari kondisi Anda, Yang Mulia.”

Pertanyaan dengan kata ‘kenapa’ selalu mengawali isi pikiranku ketika memikirkan Lucas. Ada perasaan seperti semut yang menggelitik isi hatiku, kadang-kadang rasanya menggelikan, tapi kebanyakan menusuk dan sedikit sakit.

Ah!!! Si brengsek itu!!! Ada atau tanpanya membuatku tidak bisa tidur tenang. Dia menyantetku atau gimana sih? Kenapa rasanya selalu tidak nyaman jika memikirkan Lucas. Sialan!

 

**

 

Sore itu aku baru selesai mandi. Nara sedang mengeringkan rambutku yang mulai panjang. Maksudku, rambut Diana. Karena bahan-bahan organik lumrah dipakai di dunia ini, kulit dan rambut Diana sangat sehat, walaupun memang sejak awal Diana sudah cantik sih. Aku tidak pernah memanjangkan rambutku, apalagi sepanjang ini. Apa aku potong saja ya? Rasanya tidak terlalu bebas jika rambutmu sepanjang ini. Boleh ya aku memotong rambut orang tanpa izin begini?

“Nara, rambutku dibiarkan panjang begini atau dipotong ya?” tanyaku.

Saat itu Nara sedang mencari aksesoris yang biasanya dipakai olehku baik di pagi hari, sore hari seperti sekarang, kadang-kadang malam hari juga. Repot juga jadi seorang Ratu.

Nara kembali dengan pita berwarna ungu, kemudian menyisir rambutku, pantulan wajahnya dari cermin di depanku yang seolah menjawab.

“Tidak ada salahnya mencoba memotong rambut Anda, Yang Mulia,” jawab Nara. “Padahal dulu Anda tidak suka jika rambut Anda dipotong walau cuma sedikit. Saya jadi ingat kejadian waktu kita semua masih anak-anak.”

Hahaha… mana aku tahu cerita itu. Tapi cerita Nara barusan memberikan jawaban jika aku tidak boleh memotong rambut Diana.

“Tiara ini…” Tiba-tiba Nara melihat ke arah tiara yang selalu aku simpan di meja rias, hadiah dari Nyonya Lily. Aku selalu memakainya jika sedang keluar istana. Aku kira Nara memanggil namaku yang asli.

“Oh, ini hadiah dari Nyonya Lily,” kataku.

“Yang Mulia sangat menyukainya, ya?”

“Habis modelnya sederhana, aku suka benda-benda sederhana seperti ini.”

“Saya dengar Yang Mulia Raja membuatkan sepatu yang warnanya mirip dengan tiara ini, dan juga ada batu emeralnya.”

“Sepatu?”

“Iya. Sepatu yang dulu dikembalikan Yang Mulia Raja tapi hanya sebelah. Katanya Anda yang menjatuhkannya.”

“Sepatu yang mana?”

Nara menghampiri rak sepatu lalu membawakan sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi, berwarna biru langit dengan batu emeral sebagai hiasannya. Sepatu yang waktu itu aku lempar ke arah Lucas dan menyebutnya brengsek. Aku tidak tahu sepatu ini kembali utuh dengan pasangannya.

“Ini. Sepatu yang selalu dipakai oleh Anda. Ini kan hadiah dari Yang Mulia Raja.”

“Hadiah dari Lucas?!”

“Waktu itu Anda pernah kembali ke kamar hanya memakai sebelah sepatu. Besoknya, saya diminta Yang Mulia Raja untuk mengembailkan pasangan sepatu ini, katanya ini sepatu yang Anda sukai.”

“Kenapa kau tidak menceritakannya padaku?”

“Justru saya kira Anda yang memintanya pada Yang Mulia Raja.”

“Kapan… Kau tahu kan hubunganku dengan Lucas bagaimana?” Nara lupa ya, hubungan Lucas dan Diana, apalagi Diana yang ini, seperti anjing dan kucing. Bagaimana mungkin aku meminta hal remeh seperti ini kepada Lucas?

Nara seperti kehabisan kata-kata, “Selama ini Anda sering bersama Yang Mulia Raja, bahkan Anda menjadi asisten raja dan mengurusi istana ini. Itu pekerjaan yang tidak sembarangan bisa diberikan oleh Yang Mulia Raja. Saya kira hubungan Anda sudah membaik. Apalagi selama ini para pelayan selalu diminta Yang Mulia Raja untuk membawakan hadiah-hadiah itu untuk Anda.”

“Ha-hadiah? Ada lagi?”

“Gaun, perhiasan, bibit bunga, semuanya. Saya kira Anda tahu itu, karena kata Yang Mulia Raja, Anda membutuhkan semua hadiah itu. Oh ya, bahkan setelah Anda terjatuh dari tangga, semua tangga di lingkungan istana ini dilapisi karpet karena takut Anda akan jatuh lagi. Itu yang diperintahkan Yang Mulia Raja. Saya kira selama Anda sering membicarakan hal ini juga dengan Yang Mulia Raja.”

Aku tidak pernah sama sekali membicarakan tentangku di depan si brengsek itu. Tapi kenapa Lucas melakukan itu semua? Lalu bagaimana dengan Cecilia?

Suara ribut samar-samar terdengar di luar kamar. Kemudian seorang ksatria mengetuk pintu kamarku dengan tergesa-gesa.

“Masuk,” kataku.

“Yang Mulia!” Ksatria itu memberi hormat padaku dengan kondisi yang cukup kacau. Jantungku tiba-tiba berpacu begitu cepat, hembusan angin seperti menusuk melewati sela-sela dadaku, persis seperti yang pernah kurasakan saat Nenek Diana meninggal.

“Ada apa?” tanya Nara.

“Yang Mulia Raja… kereta yang membawa Yang Mulia Raja… jatuh ke dalam jurang…”

Aku tidak  tahu apa yang dikatakan ksatria itu selanjutnya. Tiba-tiba saja telingaku berdengung dan tidak ada suara yang bisa ditangkapnya. Kakiku seperti punya kendali sendiri, ia melangkah melewati Nara dan ksatria tadi, lalu perlahan langkah itu semakin membesar, cepat, hingga berpacu seirama dengan detak jantungku yang bekerja ekstra sekarang.

“Yang Mulia…”

Kepalaku pusing, seluruh indra tubuhku menjadi bisu dan mati. Cairan dingin menetes melewati pipiku dan tanpa kusadari aku sudah sampai di depan pintu utama istana. Beberapa pelayan dan ksatria sedang berbaris menepi ketika aku datang. Di depan istana ada kereta yang dikawal Alpha dan beberapa ksatria. Bekas-bekas luka dari tubuh mereka meyakinkan semua orang untuk tidak bertanya apa yang telah terjadi.

Kemudian seseorang keluar dari kereta itu, kakiku kembali berjalan dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Jantungku semakin tidak terkendali degupannya ketika melihat sepasang kaki jenjang dan tubuh tinggi atletis seseorang yang hapal dalam ingatanku. Lucas yang biasanya terlihat angkuh dan berwibawa itu, tiba-tiba berubah menjadi sosok asing yang rapuh di mataku.

Tatapannya sendu seolah menahan kantuknya yang akan datang berkoloni dan membuatnya kalah menahan kesadaran. Kakinya seperti berat menahan tubuhnya sendiri, juga darah yang menggenang di lengan kanan juga bagian perutnya, menembus pakaian kebesaran yang biasa ia pakai jika akan bertemu dengan orang-orang penting.

Tidak! Tidak mungkin Lucas menjadi korbannya. Jangan…

“Lucas!!!” Aku berhasil menangkapnya sebelum tubuhnya menyentuh tanah. Aku memeluknya sekuat tenaga. “Lucas! Aku mohon! Aku mohon bertahanlah! Jangan pergi... Kumohon...”

Ada tangis yang kutahan tapi tak bisa, air mataku semakin membanjiri setiap inci pelukan yang kubuat agar menahan kepergian Lucas. Aku ingin menahan Lucas dengan pelukanku, aku ingin dia kembali baik-baik seperti semua ini tidak pernah terjadi pada kami. Aku ingin mendengar banyak cerita yang tidak kuketahui tentang laki-laki ini, yang selama ini memberikan sesuatu yang tidak pernah kusadari. Aku ingin mendengar kelanjutan cerita laki-laki ini.

“Diana.” Lucas memanggil namaku.

“Lucas! Kumohon! Bertahanlah! Kumohon…”

“Kau berlebihan sekali.”

“Eh?” Di sela-sela isak tangisku, aku melonggarkan pelukan dan melihat ke arahnya. Lucas memandangiku tak biasa, walaupun kelihatannya dingin, tapi tatapan itu tidak biasa kulihat darinya.

“Kau… jatuh dari jurang, kan?” tanyaku disela isakan.

“Yang jatuh ke jurang itu keretanya, aku baik-baik saja.”

“Apa?!”

“Apa?”

Aku melihat ke sekelilingku, semua ksatria dan pelayan menutup mulut mereka atau menghindari tatapanku dengan sedikit tawa yang dibuat sekecil mungkin agar aku tidak mendengarnya, padahal aku masih bisa mendengarnya. Lalu aku kembali melihat ke arah Lucas. Matanya yang tadi sendu, tubuhnya yang tadi kelihatan kelimpungan, seolah menghilang dan berganti dengan pose anehnya karena kedua lenganku masih mengalungi lehernya.

Sepertinya aku baru sadar apa yang terjadi sekarang.

“Kau berharap aku mati?” katanya lagi memecahkan keheningan diantara kami.

“Yang Mulia! Yang Mulia! Sepatu… Yang Mulia belum memakai sepatunya.” Dengan terengah-engah Nara muncul dan membawa sepasang sepatu yang beberapa saat lalu kami bicarakan. Aku baru sadar sejak tadi aku berlari tanpa alas kaki, lalu memeluk laki-laki ini di depan semua orang.

“Kau tidak mati?” Aku kembali meyakinkannya, atau meyakinkan diriku.

“Aku hidup,” jawabnya.

“Jadi kau tidak mati?”

“Kau berharap aku mati?”

“Tapi tadi katanya… keretamu…”

Ksatria barusan terengah-engah mengatakan jika ‘kereta’ Lucas…

Gawat!!!

“Ahhh… berarti aku salah dengar hehe… syukurlah kau baik-baik saja… aku pergi du—“

Lucas menangkapku lalu mengangkat tubuhku seperti mengangkat bulu burung yang ringan. Aku membulatkan mataku lalu melihat ke arah matanya.

 

**

 

Aku dibawa masuk ke kamarnya lalu melemparku ke ranjangnya. Astaga, yang dia bawa itu manusia loh, bukan karung beras.

“Kau ini kenapa sih?!” protesku.

Lucas duduk di sampingku lalu memandangiku.

“K-kenapa?” tanyaku sengit.

Wahhh! Dia baru saja menyebarkan gosip di istana jika raja dan ratu mereka mulai akur kembali gara-gara Lucas menggendongku seperti pengantin baru hingga ke kamarnya.

“Darah.” Aku menyadarkan diriku melihat darah yang mengalir di lengan bajunya. “Cepat buka bajumu, akan kupanggilkan dokter.”

“Aku tidak mau,” tolaknya.

“Hah? Hei! Lukamu itu besar, masa tidak mau diobati? Nanti bisa infeksi.”

“Aku tidak ingin ada orang lain yang masuk ke kamarku!”

“Aku… juga orang lain.”

“Selain dirimu.”

“Hm?”

“Selain dirimu, aku tidak ingin ada orang lain yang masuk ke dalam kamarku. Obati lukaku.”

“Lucas!”

“Aku tidak ingin ada orang lain lagi di tempat ini.”

Ingin sekali aku memukul kepalanya yang sekeras batu itu, andai aku tidak ingat jika darah di tubuh Lucas semakin banyak, bahkan gaunku pun terkena darahnya.

“Buka bajumu dulu, akan kupanggil pelayan untuk mengambil kotak obat di kamarku.”

Lucas akhirnya mau mendengarkanku, dengan susah payah ia membuka seluruh pakaiannya, umm… pakaian bagian atasnya saja. Lalu tak lama setelah aku meminta Nara mengambil kotak P3K milikku, Nara kembali dan aku memintanya untuk berjaga di depan kamar Lucas, tentu saja gantian dengan pelayan atau ksatria lain. Si brengsek, gila, dan keras kepala ini sedang sangat menyebalkan dalam kondisinya yang bisa dibilang kritis itu.

Lucas duduk di sisi ranjang dalam keadaan setengah telanjang, banyak luka tebasan yang sampai mengeluarkan darah, tak sedikit juga lebam-lebam di tubuhnya. Beberapa bekas luka yang pernah aku lihat dari tubuhnya dulu, sepertinya akan bertambah lagi sekarang.

Ada luka sayatan cukup panjang di sekitar perut hingga ke pinggang sebelah kanannya. Aku membersihkan darah yang masih mengalir dan kelihatan segar itu. Luka ini masih sangat baru sampai-sampai aku ngeri melihatnya. Dulu waktu kerja di klinik, aku sempat membantu dokter mengobati luka yang seperti ini, tapi itu hanya sayatan kecil, bukan sayatan karena pedang yang hampir memotong tubuh begini.

Untungnya, luka itu tidak sedalam yang kukira, bisa gawat jika aku harus menjahitnya sendiri, aku tidak pernah melakukannya walaupun aku pernah belajar sedikit. Kalau di duniaku, bisa-bisa aku dipenjara karena menjadi dokter gadungan. Cukup pakai perban, lukanya akan sembuh dengan sendirinya. Hal itu kulakukan juga kepada lengan kanan Lucas yang memiliki luka yang sama persis. Ya ampun, aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi padaku juga. Mungkin aku sudah mati duluan.

“Ganti bajumu dengan baju tidur, sepertinya nanti kau demam.”

Ini hanya tebakanku, tapi biasanya dengan luka sebesar itu seseorang bisa demam juga, apalagi kulihat mata Lucas kembali sendu dan pelipisnya mengeluarkan banyak keringat dingin, lebih baik jaga-jaga saja dari sekarang.

Aku meminta Nara mengambil wadah berisi air dingin, handuk kecil, juga air minum. Aku juga takut Lucas akan dehidrasi, lalu aku memintanya untuk tiduran sambil aku membasuh keringat di tubuhnya. Aku pun menyentuh kedua kaki Lucas yang justru terasa dingin.

“Minum dulu,” kataku membawakannya minum. Duh, kok rasanya aneh ya memperhatikan dia begini.

Tapi Lucas tidak banyak protes, dia mendengarkanku dengan baik dan melakukan apa yang kusuruh sampai ia terlelap tidur ketika aku sedang mengompres keningnya. Aku menggeser sepelan mungkin kursi besar yang sepertinya biasa dipakai Lucas untuk bekerja. Lalu menaruhnya di sisi ranjang tempat Lucas tertidur.

Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar Lucas, luas kamarnya tidak jauh beda dengan punya Diana, tidak ada banyak barang di tempat ini. Hanya ada satu ranjang, satu set sofa di sebelahnya, juga meja dan kursi. Lalu ruang pakaian yang ada di samping kamar mandi.

“Kau ini Raja, masa kamarnya sepi gini.”

Katanya kamar seseorang menggambarkan kepribadiannya, kamar sepi dan sederhana ini, masa sih menggambarkan kepribadian Lucas yang dingin dan angkuh begitu?

“Ibunda…”

Lucas bergumam dan tidurnya seperti terusik sesuatu, gara-gara suaraku ya? Perasaan aku berbicara pelan sekali.

Aku mendekati Lucas dan menyentuh keningnya, tubuhnya semakin panas dan dia mengigau. Kasihan juga sih. Aku kembali mengompres keningnya lagi, dan menjaganya sampai Lucas benar-benar bisa tidur dengan tenang dan demamnya sedikit lebih turun.

 

 

Salam Hangat,

SR

ig: @cintikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
After Feeling
5983      1927     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
Foto dalam Dompet
531      372     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
GEMINI
6466      1595     4     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...
Tiba Tiba Cinta Datang
480      331     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang gadis manis yang suka pada bunga mawar. Lelaki itu banyak belajar tentang cinta dan segala hal dari gadis dan bunga mawar
Kenangan
661      417     1     
Short Story
Nice dreaming
A promise
566      364     1     
Short Story
Sara dan Lindu bersahabat. Sara sayang Raka. Lindu juga sayang Raka. Lindu pergi selamanya. Hati Sara porak poranda.
Flying Without Wings
1024      547     1     
Inspirational
Pengalaman hidup yang membuatku tersadar bahwa hidup bukanlah hanya sekedar kata berjuang. Hidup bukan hanya sekedar perjuangan seperti kata orang-orang pada umumnya. Itu jelas bukan hanya sekedar perjuangan.
Lantas?
41      41     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
Surat Terakhir untuk Kapten
616      445     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
Suami Untuk Kayla
8278      2580     7     
Romance
Namanya Kayla, seorang gadis cantik nan mungil yang memiliki hobi futsal, berdandan seperti laki-laki dan sangat membenci dunia anak-anak. Dijodohkan dengan seorang hafidz tampan dan dewasa. Lantas bagaimana kehidupan kayla pasca menikah ? check this out !