Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

Maaf jika tingkahku membuatmu tak nyaman

.

.

.

Daerah Perbatasan yang dimaksud Lucas waktu itu adalah pemukiman penduduk yang berisi sekitar dua puluhan kepala keluarga. Lokasinya tepat di sebrang sungai yang lebarnya lima meteran, di belakang pemukiman itu terbentang lahan luas yang berbatasan langsung dengan bukit di Kerajaan Xavier. Di belakang bukit itu kita bisa pergi ke Kerajaan Emeralt, makanya disebut sebagai daerah perbatasan, walaupun tetap saja daerah ini masih termasuk ke dalam Kerajaan Xavier.

Aku memandangi jembatan kayu yang rusak parah akibat terjangan badai dan air pasang dari sungai di bawahnya, satu-satunya akses yang menghubungi kerajaan dengan daerah ini. Apalagi sebentar lagi musim dingin, akan lebih sulit bagi para penduduk itu untuk bertahan hidup.

“Yang Mulia benar-benar akan ikut ke Daerah Perbatasan?” Sekali lagi Alpha bertanya untuk meyakinkanku.

Sekarang aku memakai celana panjang lengkap dengan sepatu bot, persis seperti orang yang akan bercocok tanam.

“Iya,” jawabku mantap. “Lagipula sungainya juga sedang dangkal, aku ingin tahu apa saja yang harus kita sediakan.”

Alpha mengulurkan tangannya, “Kita akan menyusuri sungai yang licin, Yang Mulia. Pegang tangan saya.”

“Baiklah, baiklah.”

Sebagai asisten baru Raja, aku berperan seperti pengganti Lucas dalam tugasnya memimpin kerajaan ini. Sekarang dia sedang pergi ke hutan. Harusnya ini pekerjaan Cecilia, tapi ada masalah yang dibuatnya sehingga Lucas menggantikan Cecilia denganku sebagai asisten pribadinya.

Saat rapat terakhir itu, Cecilia terlihat murka, dia pergi dari ruang kerja Lucas disusul oleh Nyonya Olivia. Saat itu Tuan Daniel sedang tidak ada. Biasanya aku yang pertama meninggalkan rapat keluarga, sekarang aku bahkan tidak bergeming sedikit pun.

“Kau tidak ikut pergi?” tanya Lucas.

Jadi, Cecilia hampir menggunakan separuh dana hasil lelang itu untuk melebarkan pemukiman warga. Ada bagian hutan di sekitar Kerajaan Xavier, dan Cecilia akan merombak sebagian hutan itu dengan pemukiman warga, katanya sih pemukiman elit untuk para bangsawan atau pendatang yang ingin menanam modal di kerajaan ini, tapi ditolak mentah-mentah oleh Lucas ketika beberapa pohon di dalam hutan sudah mulai ditebang satu persatu.

“Aku mengatakannya bukan karena mengasihani kalian berdua, tapi ini kan hanya usulan Cecilia yang bisa saja kau tolak secara baik-baik, tidak perlu sampai mencabut pekerjaannya seperti ini. Keputusanmu itu pasti melukai perasaannya.”

Sebagai orang yang cukup waras dan tidak memihak siapapun, aku hanya memberikan pendapat menurut sudut pandangku. Lagipula aku menolakpun, memangnya Lucas akan mendengarkan ucapanku? Justru alasan ia memberikan tanggung jawab ini padaku karena…

“Kau semakin membuatku curiga.”

Seperti itu. Memperketat pergerakanku dengan membebani tugas-tugas membuat kecurigaannya padaku akan sedikit berkurang, begitu katanya. Ditambah peristiwa aku yang memukul Paman Franz, Lucas mengira aku memang sengaja melukai orang yang melindungi kerajaan. Memang dia ini naif sekali, akan sangat mudah bagi musuh-musuh untuk melukainya kalau begitu.

“Yang Mulia!” Alpha menggenggam tanganku lebih erat ketika aku hampir jatuh ke dalam air sungai. Beberapa pengawal di belakangku pun memasang sikap siaga seolah aku akan benar-benar terjatuh.

“Maaf, maaf,” kataku sambil tertawa miris. Pekerjaan ini seperti pekerja sosial di mana aku sedang menjadi ‘tawanan’ kerajaan. Pengawal-pengawal itu mengikutiku bukan untuk menjaga ratunya, tapi suruhan Lucas jika aku memberontak di luar istana. Astaga! Memangnya semencurigakan itu ya sikapku.

Setelah kami semua sampai di Daerah Perbatasan, benar saja, pemukiman itu seperti kota mati, sepi, dan beberapa puing-puing tergeletak begitu saja di jalanan. Seorang pria yang sepertinya kepala desa itu menghampiriku lalu memberi hormat.

“Maaf atas sambutan yang tidak menyenangkannya Yang Mulia,” katanya meminta maaf. “Saya Edmund, perwakilan dari Daerah Perbatasan.”

“Oh, Tuan Edmund, aku Diana, Yang Mulia Raja berhalangan hadir, jadi aku yang menggantikannya. Tidak perlu minta maaf, namanya juga bencana alam.” kataku mencoba sopan walaupun kesannya jadi canggung.

“Terima kasih banyak, Yang Mulia.”

“Kita mulai dari mana, Tuan Edmund?”

“Ya, Yang Mulia?”

“Membenahi daerah ini, aku harus tahu darimana kita bisa memulai memperbaikinya.”

Aku heran dengan respon Tuan Edmund ini, wajahnya terlihat kaget ketika aku mengatakannya. Memangnya ada yang salah ya dengan ucapanku? Kan aku datang kemari untuk membantu tempat ini, apalagi?

“Mungkin Yang Mulia ingin melihat tempat di mana orang-orang mengungsi.” Alpha kemudian membuka suara.

“Oh maafkan saya, sebelah sini Yang Mulia,” jawab Edmund.

Aku mengikuti Tuan Edmund ke sebuah gedung yang paling besar diantara pemukiman di tempat ini. Gedung ini mungkin seperti balai desa, atau GOR yang biasa dipakai untuk pertandingan olahraga dan semacamnya. Penghuni daerah ini mengungsi di tempat yang cukup buruk. Hampir semua meringkuk di balik selimut tebal ala kadarnya tanpa alas yang menghalangi tubuh mereka dengan lantai yang dingin.

“Bisa beritahu aku siapa saja yang bermukim di tempat ini, Tuan Edmund?” tanyaku.

“Ada dua puluh lima kepala keluarga, sepuluh diantaranya terdapat lansia, anak-anak di bawah lima tahun berkisar sebelas orang, tidak ada perempuan hamil atau orang yang sakit.”

Sejenak aku berpikir, ini pengalaman pertamaku menangani bencana. Ayolah, dulu aku hanya pegawai kafe biasa, juga pekerja paruh waktu di klinik sederhana, aku cuma lulusan SMA yang tidak memiliki keahlian tertentu. Agak mencemaskan sih pada awalnya, memangnya aku bisa menangani ini semua?

“Alpha, bisakah kau bawa persediaan susu kemari, juga roti, selimut, juga karpet tebal? Juga bawa seorang dokter istana kemari. Tapi, apa kita bisa membawanya ya? Jembatannya—“

“Yang Mulia.” Alpha memanggilku, wajahnya sedikit menunduk hingga sejajar dengan tinggiku. Ia tersenyum, senyuman yang selalu ia pamerkan pada dunia, dan padaku juga. Seulas senyuman yang melegakan. “Kita bisa melakukannya,” katanya meyakinkanku.

Aku ikut tersenyum mendengar ucapannya itu. Alpha tahu jika aku sedikit cemas menangani masalah ini, karena ini pertama kalinya bagiku. Tapi dia meyakinkanku jika semua yang aku lakukan akan berjalan baik-baik saja. Dia bisa menenangkan kondisiku.

Alpha memerintahkan pengawal-pengawal di belakangku itu untuk membawakan apa yang aku pinta.

“Tuan Edmund, karena jembatan belum bisa kita betulkan, untuk sementara kita siapkan hal-hal dasar untuk bertahan hidup. Mulai besok pagi, orang-orang dari istana akan membetulkan jembatan itu,” kataku.

“Biar saya bantu Yang Mulia,” ucap Tuan Edmund.

“Tapi Tuan Edmund pasti sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Lebih baik Tuan Edmund berjaga di tempat ini dan lihat apa lagi yang dibutuhkan oleh orang-orang. Urusan jembatan juga rumah-rumah warga yang rusak biar istana yang membetulkannya,” kataku.

“Benar Tuan Edmund, Yang Mulia Ratu akan membantu Anda dan juga warga-warga di sini,” tambah Alpha.

Tuan Edmund sepertinya ragu dengan usulku, kenapa ya? Padahal kan tugas seorang pemimpin memang begini, atau ada yang salah dari ucapanku? Aku minta maaf karena aku bukan seorang ratu yang sebenarnya.

Sekitar satu jam kemudian, pengawal-pengawal itu sudah berdatangan membawa keperluan yang kuminta, juga seorang dokter istana yang segera membuka lapak lalu memeriksa kondisi orang-orang di sini.

“Mereka semua sampai dengan berjalan kaki?” tanyaku tidak percaya dengan ucapan Alpha. Pengawal-pengawal itu saling memindahkan barang-barang ketika melewati sungai tadi.

“Tentu saja, Yang Mulia.”

“Wahhh!”

Aku membantu Alpha dan Tuan Edmund juga beberapa laki-laki di sini membagikan susu, roti, selimut, juga menggelar karpet-karpet agar tidur mereka nyenyak malam ini. Berulang kali Alpha mengambil alih pekerjaanku.

“Yang Mulia duduk saja, biar ini menjadi tugas saya,” katanya begitu.

“Cuma membagikan roti, apa susahnya,” elakku.

Selain membagikan tumpukan roti dan susu, aku membuat dapur umum di belakang gedung ini. Beberapa bahan makanan sengaja dibawa ke tempat ini juga, untuk persediaan beberapa hari ke depan sebelum jembatannya dibetulkan.

“Apa ada lagi yang dibutuhkan, Tuan Edmund?” tanyaku.

“Ini sudah lebih dari cukup,” jawabnya.

“Mungkin jembatannya akan memakan waktu sekitar seminggu. Sepertinya kayu tidak sanggup menahan aliran air, jadi kubuat jembatan itu sedikit lebih kokoh dengan batu dan semen,” kataku.

“Terima kasih, Yang Mulia, itu sangat membantu sekali.”

“Oh ya, kudengar badainya sudah datang sejak sebulan lalu, tapi kenapa aku baru mendapat informasinya dua minggu setelahnya?”

“Justru saya terkejut karena surat yang saya kirim akhirnya diterima oleh istana. Surat-surat yang biasa saya kirim untuk laporan ke istana biasanya tidak ada tanggapan, saya tidak tahu kenapa bisa begitu.”

“Begitu ya?”

“Mungkin suratnya tertutup oleh surat-surat lain, biasanya Nona Cecilia mengatakan itu jika kemari.”

“Oh dia sering kemari?”

“Tidak sesering itu, Yang Mulia. Kadang jika ada permintaan ternak dari tempat ini, Nona Cecilia pasti datang.”

Aku baru tahu ternyata Cecilia agak kurang giat bekerja sebagai asisten Lucas. Maksudku, jelas-jelas pekerjaan asisten raja itu mengganti raja jika tidak bisa datang. Apalagi wilayah yang sedikit lebih jauh dari kerajaan, harusnya mereka dapat perhatian lebih.

“Tuan Edmund, mulai sekarang, jika kau ingin mengirim surat, kirim saja atas namaku. Aku pasti akan menyampaikannya langsung pada Raja.”

“Terima kasih, Yang Mulia. Sebenarnya, saya sedikit terkejut ketika Ratu sendirilah yang datang menemui kami. Jika Yang Mulia Raja bisa, beliau yang akan datang sendiri kemari. Saya dengar kondisi kesehatan Ratu tidak baik.”

“Oh ya? Siapa yang bilang?”

“Yang Mulia Raja sendiri. Saya tadi sedikit khawatir saat Anda kemari justru akan membuat kondisi Anda semakin buruk.”

Si brengsek itu?! Mengancamku untuk tidak menyebarkan rumor tentangnya, tapi dia sendiri yang menyebarkan gosip tentang Diana.

“Kondisiku sekarang sudah jauh lebih baik, mulai sekarang aku sudah bisa membantu Yang Mulia Raja.”

Aku bukan membantunya, tapi menyelamatkan orang-orang yang nasibnya tidak lebih baik dari si brengsek itu.

 

**

 

“Hari ini sulit ya, Yang Mulia?” tanya Alpha saat kami sudah sampai di istana saat hari sudah petang.

“Hm?”

Alpha tiba-tiba mengelus wajahku, ia tertawa kecil, “Ada sedikit noda tanah di wajah Yang Mulia.”

“Oh ya? Aku tidak sadar.”

“Yang Mulia pasti kelelahan hari ini, istirahatlah.”

“Terima kasih ya, sudah menemaniku hari ini.”

“Tidak perlu berterima kasih, saya senang hari ini bersama dengan Yang Mulia.”

PRRAAANNNGGG!!!!!!!

Aku berjalan tergesa-gesa ke arah halamanku. Kondisinya kacau, semua pot dan bunga-bunga yang masih segar pun hancur berantakan di atas rerumputan. Cecilia sedang berdiri di tempat itu sambil memegang bongkahan kayu yang kotor oleh tanah. Kemudian ia memukul pot besar berisi bunga matahari yang mulai layu dengan kayu itu.

“Cecilia!!!” Si bocah ini!

Aku menahan lengannya yang sedang memegang kayu tersebut. Cecilia menatapku dengan amarah yang kentara.

“Apa yang kau lakukan?!” tanyaku.

“Menghancurkan apa yang kau miliki juga!!!”

“Hei!”

“Apa?! Kau kesal juga, hah?! Itulah yang kurasakan saat kau mengambil milikku?!”

Cecilia melepaskan tanganku begitu kasarnya. Duh! Bocah ini! Aku benci bermain drama sabun seperti ini.

“Cecilia! Hentikan!”

Aku kembali menahan lengannya, tapi dia memberontak. Alpha tiba-tiba menengahi kami dan berniat mengambil kayu itu, tapi Cecilia lebih memberontak seperti orang kesurupan, tanpa sengaja, kayu yang dipegangnya melukai leher Alpha hingga darah mengalir begitu derasnya.

“Alpha!!!”

Pita yang jadi hiasan di kepalaku pun kulepaskan untuk menahan darah yang keluar dari lehernya.

“Apa yang terjadi?”

Satu lagi pemain drama sabun datang.

“L-Lucas.” Kayu yang daritadi ingin kurebut akhirnya terlepas juga dari genggamannya.

Aneh sih, Cecilia itu memainkan peran antagonis dari balik sikapnya yang sengaja dibuat baik dan anggun, kelakuannya sekarang jauh dari kata anggun, bahkan ketahuan oleh Lucas. Kepribadiannya di sini berbeda dengan yang ada di dalam novel itu.

“Kita obati lukamu, ya,” kataku membawa Alpha masuk. Tapi Lucas menahan lenganku, aku menghempaskannya dengan mudah.

“Kendalikan perempuanmu itu!” kataku geram.

Aku mengobati luka di leher Alpha dengan kotak P3K yang selalu siap sedia jika suatu hari kejadian mengenaskan terjadi pada Diana, tapi sekarang dipakai untuk menutupi lukanya Alpha. Aku menatap luka yang cukup dalam itu dengan tatapan mengenaskan. Si bocah itu tiba-tiba kesurupan kuda lumping apa gimana sih?

“Lukanya bakal membekas deh,” kataku setelah mengobati luka di leher Alpha. Si korban justru senyum-senyum sendiri. “Ada apa?”

“Dulu Yang Mulia tidak pandai mengobati luka, waktu Anda terkena pot, saya tidak percaya jika Anda bisa mengobati memar itu. Tapi melihat Yang Mulia begitu lihai mengobati luka saya ini, saya jadi ragu bisa benar-benar menyelamatkan Yang Mulia.”

“Bukan saatnya menggombal, Alpha. Lukanya akan membekas nih!” Duh, anak ini, bukannya mikirin diri sendiri malah bikin orang lain salah tingkah.

Tanpa diduga Alpha menggenggam tanganku.

“Tidak masalah, memang risiko tugas saya seperti ini. Lagipula Yang Mulia sama saja seperti saya, luka ini juga harus diobati,” katanya yang sekarang mengobati sedikit goresan di punggung tanganku, aku tidak sadar ada luka ini.

“Yang Mulia jangan sering-sering terluka, justru nanti saya yang merasakan sakitnya.”

 

Salam Hangat,

SR

ig: @cintikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Paragraf Patah Hati
5894      1915     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
MERAH MUDA
516      374     0     
Short Story
Aku mengenang setiap momen kita. Aku berhenti, aku tahu semuanya telah berakhir.
Confession
568      416     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.
Premium
RARANDREW
18873      3488     50     
Romance
Ayolah Rara ... berjalan kaki tidak akan membunuh dirimu melainkan membunuh kemalasan dan keangkuhanmu di atas mobil. Tapi rupanya suasana berandalan yang membuatku malas seribu alasan dengan canda dan godaannya yang menjengkelkan hati. Satu belokan lagi setelah melewati Stasiun Kereta Api. Diriku memperhatikan orang-orang yang berjalan berdua dengan pasangannya. Sedikit membuatku iri sekali. Me...
V'Stars'
1508      692     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
Can You Love Me? Please!!
4012      1213     4     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Ketika Kita Berdua
38001      5452     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Drifting Away In Simple Conversation
457      315     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
LOVEphobia
418      277     4     
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan” Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.
IMPIAN KELIMA
470      351     3     
Short Story
Fiksi, cerpen