.
.
.
Ah! Ternyata aku tidak suka dia di dekatmu
.
.
.
Aku menghentikan kereta yang membawaku pulang tepat di depan gerbang istana. Selama aku di sini, belum pernah aku menyusuri istana dengan berjalan kaki. Tempat ini memang luas dan sepertinya lebih luas dari lapangan golf.
“Nanti kaki Yang Mulia bisa sakit,” ucap Alpha.
“Tidak apa-apa,” kataku. Lagipula dari dulu aku sudah sering berjalan kaki. “Sebaiknya kau tidak perlu mengikutiku, tidak akan terjadi apa-apa.”
“Kadang saya lebih takut jika Yang Mulia mengatakan seperti itu tapi kenyataannya lain.”
Aku tersenyum canggung, baik Nara atau Alpha, mereka berdua sama-sama ‘meremehkan’ kekuatan ucapanku yang memang cuma bualan. Aku pun mulai tidak yakin dengan alur cerita di dalam novel dan di dunia ini, perlahan-lahan mereka tidak seirama.
“Yang Mulia.” Alpha kembali berbicara di belakangku.
“Hm.”
“Maaf jika pertanyaan saya kurang ajar, tapi, kenapa selama ini Anda selalu membela Yang Mulia Raja di depan Keluarga Levada?”
Langkahku berhenti, begitu pula dengan Alpha. Di jalanan kecil lurus menuju istana, aku memandanginya. Di dalam novel, Alpha yang kutahu tidak seperti ini, bukan, bukannya aku tidak suka pertanyaannya, toh di dalam sini juga bukan Diana asli, tapi sepanjang cerita, Alpha selalu ada di sisi Diana tanpa alasan, tak pernah bertanya tentang apapun keputusan Diana, ia hanya setia di samping perempuan itu seumur hidup.
“Karena yang keluargaku tahu, Diana baik-baik saja dengan Lucas. Mengatakan pada mereka bahwa ada hal yang tidak beres, tebak siapa yang akan paling sakit hati mendengarnya? Aku melakukannya bukan karena Lucas, tapi karena keluargaku, aku menjaga perasaan mereka.”
“Lalu, kenapa sekarang sikap Anda seolah berubah terhadap Yang Mulia Raja?”
“Mungkin… aku sudah lelah dan menyerah. Kadang aku menyesal kenapa jalan ceritaku harus menikah dengannya.”
“Jika jalan cerita itu berubah, akan jadi apa kita berdua sekarang?”
Aku tak menjawab pertanyaan Alpha. Bagaimana ya, aku sudah mengingatkan padanya untuk berhenti mencintaiku. Aku bukan membencinya, justru aku tidak mau menyakiti orang lain, itu saja. Aku lebih tahu akan seperti apa kehidupan Alpha selanjutnya.
“Alpha—“
“Yang Mulia.” Alpha tiba-tiba memberi salam di depanku. Aku menoleh ke belakang dan melihat Lucas berjalan ke arah kami di temani dua pengawalnya.
“Kau kabur lagi?” tanyanya padaku.
Apaan sih?!
“Bukan urusanmu,” jawabku ketus.
“Aku mencarimu. Bukankah kau bilang akan memberikan laporan untuk lelang nanti?”
“Itu kan setelah makan malam.”
“Aku sibuk malam ini.”
“Aku juga sibuk hari ini. Kau selalu seenaknya sendiri.”
Aku berjalan melewati Lucas, tidak peduli nanti dia akan menerima laporanku atau tidak. Walaupun dia seorang raja, tapi aku juga seorang ratu yang sibuk. Memang apa sih yang disibukkannya? Lucas selalu pergi tidak jelas dengan Cecilia. Itu yang terjadi di dalam novel.
Lucas menggenggam lenganku, “Aku butuh hari ini,” katanya penuh tekanan.
Belum sempat aku menolaknya, Lucas sudah menarik lenganku hingga aku terpaksa mengikuti langkahnya.
“Hei!!!”
Ada genggaman di lenganku yang lain sehingga aku berhenti mengikuti langkah Lucas. Aku melihat Alpha sedang menggenggam lenganku, wajahnya yang selalu tersenyum itu kini terlihat serius seakan ia sedang bersiap-siap menghadapi peperangan.
“Alpha.” Suara dingin Lucas seperti menusuk tulang punggungku. Aku pun menoleh ke arah Lucas.
“Yang Mulia Ratu baru kembali menjenguk Nyonya Levada yang tengah sakit, Yang Mulia.”
“Dia juga punya urusan denganku, sekarang!”
Wah! Wah! Bagaimana ini! Kenapa mereka berdua terlihat tegang begini?
“Tunggu semuanya!” Aku melepaskan genggaman tangan mereka berdua. Ini tidak bisa dibiarkan. “Alpha, bisakah kau bawakan kertas yang ada di meja kamarku? Aku baik-baik saja, kok.”
“Yang Mulia...”
“Pergilah istirahat setelah itu, hari ini kau banyak membantuku.”
Kemudian aku menoleh ke arah Lucas, “Ikut aku!” perintahku.
Aku berjalan melewatinya, dan tanpa diduga Lucas mengikutiku dari belakang. Aku masuk ke ruang kerjanya. Lebih baik begini, Lucas kadang tidak terduga, seperti kemunculannya di laguna waktu itu tanpa busana! Astaga! Kenapa aku mengingatnya lagi.
**
“Terus… satu set minum teh ini, Michael bilang harganya bisa lebih tinggi karena pengrajinnya sudah tidak membuatnya lagi. Mungkin usia barang ini sudah hampir tiga puluh tahunan. Kita bisa menjualnya dengan harga tinggi,” terangku ketika satu per satu aku menunjukkan daftar barang-barang kerajaan yang akan dilelang.
“Terus… kalung ini dilewat.”
“Tunggu!” Lucas membuatku memperhatikannya. “Kenapa kalung ini tidak dijual saja?”
“Emm…” Gimana ngomongnya ya? Kalung dengan liontin batu giok yang dipahat menjadi bentuk hati ini adalah hadiah yang diberikan Ayah Lucas saat kencan pertama dengan Ibu Lucas. “Ini kan kalung berharga Keluarga Houston.”
“Kau terlalu sentimental, tidak tegas, lagipula barang lama seperti ini hanya akan menumpuk di gudang, tidak ada yang akan memakainya di istana ini.”
Eh! Si gila ini!
“Kalau gitu kau jual saja sendiri!!!”
Baru beberapa saat lalu kerjasama ini berjalan dengan baik, sekarang seperti mau berperang lagi. Ini semua gara-gara Lucas! Pertengkaran itu tidak bisa dihindari, beberapa kali Lucas menolak usulanku dengan alasan yang membuatku murka, tentu saja aku tidak akan kalah darinya.
Aku masih menatap kertas laporan itu sambil menahan kantuk, kulihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tidak terasa ternyata. Sofa panjang nan empuk di ruang kerja Lucas memang membuatku nyaman, walaupun yang ada di dekatku ini si brengsek Lucas. Saat ini dia sedang sibuk membaca sesuatu yang sepertinya bukan kertas laporan yang kuberikan. Aku ingin tugas ini selesai secepatnya, daripada aku harus sering bertemu dengannya, bisa-bisa aku darah tinggi karena marah-marah mulu padanya.
Tapi, dilihat seperti ini, Lucas tampangnya memang lumayan sih. Dia tinggi tegap, otot-ototnya terbentuk sempurna walaupun ada beberapa bekas goresan di tubuhnya, ingat kan waktu si brengsek ini bugil di depanku? Saat diam seperti ini memang kelihatan seperti seorang raja yang bijaksana, persis seperti yang diceritakan di dalam novel. Walaupun Lucas adalah satu-satunya Raja Xavier yang kejam dibanding pendahulunya, jangan-jangan karena sifatnya itu ia bersikap sangat menyebalkan ketika berhadapan dengan Diana, sosok yang tidak diinginkannya.
Memangnya tidak bisa ya, dia menolak pernikahannya dengan Diana? Andai saja aku datang lebih awal, aku sendirilah yang akan menolaknya. Aku juga tidak membantah jika pasanganmu seorang raja yang tampan, dan pastinya digandrungi banyak perempuan pasti ego seorang perempuan akan muncul, minimal kita akan merasa bangga karena sudah ‘memilikinya’. Tapi kan, buat apa menghabiskan hidup kita dengan seseorang yang tidak mencintai kita? Itu melelahkan.
Mungkin aku tidak sadar, tapi denting jarum jam yang merdu, suasana juga udara di kamar ini yang perlahan meredup, membuatku menutup mata sesekali. Awalnya hanya beberapa menit untuk menghilangkan kantukku, tapi semakin lama, kelopak mataku tidak bisa diajak kompromi, dan aku tertidur di tempat itu.
Kemudian di dalam mimpi, aku menemukan Lucas dalam versi yang berbeda. Dia mengelus rambutku, rambut Diana, juga tersenyum hangat dan ditutup dengan kecupan selamat tidur di keningku. Andai saja Lucas di kehidupan nyata sehangat ini, seorang Tiara yang tak pernah pacaran pun mungkin akan jatuh hati padanya.
**
Bias matahari mengusik tidurku, ketika aku membuka mataku yang berat, pemandangan berbeda terlihat di sana. Ujung meja kayu berada di depanku, aku mengerjapkan mataku berkali-kali, ternyata bukan mimpi, tapi dimana aku sekarang? Tubuhku yang sedikit berat akhirnya terangkat dengan perasaan ogah-ogahan, rasanya aku cuma tidur beberapa menit.
Ada kain asing yang menutup tubuhku, lalu sedikit tersingkirkan ketika aku bangkit dan melihat kesekeliling dengan perasaan aneh.
“Kau bangun juga.” Suara tegas nan dingin mengusik indra pendengaranku. Aku berpaling pada asal suara itu, lalu menemukan Lucas sedang menyesap sesuatu di gelasnya sambil menggenggam sebuah kertas di tangannya yang lain.
Sedikit lama bagiku mencerna apa yang terjadi di sini sekarang, kenapa si brengsek ini sudah muncul pagi-pagi sekali?
“AAAAAAAAAAA!!!!!!!!”
Parah! semalaman aku tidur di ruang kerja si brengsek Lucas ini?!!!
Salam Hangat,
SR
ig: @cintikus
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1