Seoul
Jun Su memandang ke sekeliling. Rumah yang dipijaknya ini benar-benar tua dan jelas membutuhkan banyak renovasi.
“Air di rumah ini lancar dan bagus, kau tidak perlu mengkhawatirkan masalah air.” pemuda yang membawanya ke rumah tua ini segera menambahkan hal baik, menyadari Jun Su yang melihat sekeliling dengan raut wajah yang tidak yakin.
“Baguslah kalau begitu.” Jun Su tersenyum kecil. Apa pun keadaan rumah tua ini, Jun Su akan tetap membelinya. Rumah tua di pinggiran kota Seoul yang tidak akan diketahui oleh Chang Min atau siapa pun.
Ia butuh ketenangan... Ia ingin sendiri.
“Tumben sekali kau ingin bertemu denganku.” Jun Ho memeluk Jun Su dengan erat.
Jun Su hanya tersenyum sementara Jun Ho segera memesan minuman.
“Rasanya sudah lama tidak mengobrol.”
Jun Ho tertawa kecil, “Kau tidak pernah mengobrol denganku.”
Jun Su mengangguk pelan, “Maaf.”
Jun Ho terdiam untuk beberapa detik, sebelum ia tersenyum lebar dan menepuk pelan pundak Jun Su. “Ada apa denganmu?”
Jun Su tersenyum lebar dan menggeleng.
“Ada masalah dengan Chang Min?” Jun Su menatap Jun Ho. Tebakan Jun Ho yang akurat mengingatkannya pada Jae Joong yang juga memiliki kemampuan yang sama. Jun Su kembali tersenyum dan menggeleng. Berbeda dengan keterbukaannya pada Jae Joong, Jun Su selalu menyembunyikan semuanya dari Jun Ho.
“Sebagai hyung, aku merasa tidak pernah bisa membantumu dengan masalah apa pun yang kau hadapi.” Jun Ho mengenggak minuman di hadapannya.
Pernyataan Jun Ho yang tiba-tiba membuat Jun Su tidak bisa bereaksi. “Tidak, Hyung…” Jun Su menatap Jun Ho, ia ingin meminta maaf untuk tidak pernah mendekatkan dirinya pada Jun Ho, untuk selalu diam dan melarikan diri ke Hamufield, untuk tidak menganggap keluarganya selayaknya orang-orang terdekat, “aku hanya, seperti ini.” Jun Su mengutuk dirinya sendiri untuk tidak pernah bisa mengatakan apa yang ada dalam hatinya dengan benar.
Jun Ho tidak mengatakan apa pun. Ia hanya tersenyum pada Jun Su. Senyum tulus seorang hyung.
Jun Su menarik nafasnya, kali ini, ia harus mengatakannya dengan benar, “Aku lega kau di sini.” Jun Su tersenyum tulus menatap Jun Ho, “Hyung, terimakasih.”
Hamufield
“Ada apa denganmu? Kau semakin terlihat kacau akhir-akhir ini.” Jae Joong menghela nafas sembari menikmati air panas di sekitarnya.
Jun Su tersenyum kecil. Hari ini Jae Joong memaksanya ikut ke pemandian air panas kesukaannya, sekarang ia tahu alasannya. Ia tidak akan bisa kabur dari Jae Joong.
“Ceritakan padaku apa yang terjadi. Ini sudah beberapa bulan sejak kau mulai terlihat murung.” Jae Joong menatap lekat-lekat mata Jun Su.
“Kau tidak akan mengerti.”
Jae Joong menatapnya semakin tajam.
“Baiklah, akan kuceritakan.” Jun Su tertawa kecil, dan tatapan tajam Jae Joong melunak. “Sejak kecil, aku selalu bermimpi setiap malam. Dan mimpi itu terasa begitu nyata dan bersambung.”
Jae Joong mengerutkan alisnya, raut wajah Jae Joong begitu serius mendengar ceritanya.
“Di mimpi itu, aku menikah dengan seorang laki-laki. Dan aku sangat senang memimpikannya.”
“Aku tidak percaya kau tidak menceritakan apa-apa tentang itu.” Jae Joong berdecak.
“Itu hanya mimpi!”
“Lanjutkan ceritamu.”
“Aku mulai tidak senang sejak aku bertemu keluarganya. Dan sekarang, aku meninggalkannya.” Jun Su menghela nafas dan memejamkan matanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan air panas.
“Kau tidak bisa membuat orang tuanya menyukaimu? Maksudku, itu adalah mimpimu. Kau tidak bisa mengubah mimpimu?”
Jun Su menggeleng, “Aku harap aku bisa.”
“Kalau begitu, bagaimana dengan menghentikan mimpimu? Kau bisa? Maksudku, kau terganggu dengan mimpi burukmu, bukankah lebih baik untuk tidak bermimpi?”
Jun Su tersenyum tipis. Ia senang Jae Joong menganggap serius masalahnya yang terdengar konyol dan tidak penting. “Entahlah.”
“Kau bisa tidur denganku kapan pun kau mau. Seperti saat kau kecil dulu.”
Seoul
Jun Ho kembali terbangun. Ia melirik jam di meja dan menghela nafas. Hari masih subuh dan Ri In masih tertidur lelap di sampingnya.
“Hyung, tolong jaga Eomma.”
Perkataan Jun Su tadi membuatnya benar-benar tidak tenang. Sikap dan kelakuan Jun Su yang tidak biasa itu terus mengganggu pikirannya. Ada yang tidak beres...