Seoul
Jun Su hanya bisa berdiri dalam diam memandang mobil Chang Min yang pergi menjauh. Lagi...
Baru beberapa hari Chang Min kembali tidur di sampingnya, dan laki-laki itu harus pergi lagi. Mereka bahkan belum sempat berbaikan. Jun Su masih merasa Chang Min kesal padanya, dan rasa sakitnya atas perkataan Chang Min malam itu masih membekas.
Tuan Shim berdeham, “Jun Su, aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”
Lamunan Jun Su buyar, ia segera mengikuti Tuan Shim untuk masuk ke rumahnya yang besar itu.
Jun Su hanya bisa duduk diam di hadapan Tuan Shim. Jun Su tidak menyukai ini; suasana tidak enak di ruang kerja Tuan Shim yang terasa gelap dan dingin.
“Apa kau benar-benar mencintai anakku?”
Jun Su terdiam memandang wajah laki-laki yang sudah terlihat tua itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab pelan, “Tentu saja.”
Laki-laki itu menghembuskan nafasnya dan mengangguk pelan. Jun Su tidak bisa menebak isi pikiran Tuan Shim.
“Dulu, Chang Min sering menceritakan banyak hal tentangmu. Kau adalah temannya yang sangat baik. Membantunya berhenti berpesta dan bermain dengan gadis-gadis yang tidak jelas. Aku sangat senang Chang Min memiliki teman sepertimu.” mata tua Tuan Shim menerawang, melihat lukisan yang terpajang di dinding ruangan itu.
Untuk pertama kalinya, Jun Su bisa tersenyum.
“Seperti yang kau lihat, Chang Min adalah putraku satu-satunya.” nada suara Tuan Shim berubah tegas, “Aku sudah tua dan memiliki semua yang kumau, kecuali seorang cucu.”
Senyum Jun Su segera memudar. Ia tidak bisa bereaksi; hanya diam dan menatap kosong pada apa pun yang ada di hadapannya.
“Aku ingin darah Chang Min mengalir di darah cucuku, dan meneruskan nama keluarga kami.”
Dan dengan itu, Jun Su merasa dadanya linu.
“Aku tahu Chang Min sangat menyukaimu. Tapi, aku harap kau bisa membujuknya untuk menikah dengan gadis pilihanku, dan memberiku cucu. Kau tidak perlu bekerja, aku akan memberimu banyak uang dan tempat tinggal mewah. Chang Min bisa pergi ke sana dan bertemu denganmu kapan pun ia mau. Tanpa perlu ada yang tahu.” Tuan Shim menegaskan kalimat akhirnya.
Jun Su tersenyum tipis, “Bukankah itu sama saja seperti menjadi simpanan Chang Min?”
Jun Su hanya bisa bersembunyi dalam selimutnya. Membiarkan air matanya mengalir diam-diam.
“Tidak. Anda tidak perlu memberiku uang dan tempat tinggal. Aku akan pergi.”
Jun Su tidak tahu apakah ia mengambil pilihan yang tepat karena emosi sesaatnya. Ia tidak ingin meninggalkan Chang Min, tapi ia juga tidak bisa membiarkan harga dirinya diinjak-injak.
Seperti anak kecil, ia ingin marah dan mengadu pada Chang Min. Dengan egois, ia ingin meminta Chang Min untuk pergi dengannya, memilihnya. Tetapi perang dingin kekanakan yang sudah berlangsung beberapa hari terakir ini membuat Jun Su sadar; Chang Min tidak akan pernah memilihnya. Mungkin Chang Min yang dulu sudah tidak ada, mungkin Chang Min yang sekarang sudah jauh berubah. Atau mungkin sejak awal, rasa cinta Chang Min padanya tidak pernah sebesar yang ia kira.