Seoul
Suara tawa Jun Su, Ji Hyo, Ri In, dan Nyonya Shim terdengar di ruang tengah. Sementara Jun Ho hanya tersenyum tipis mendengarkannya dengan diam di teras rumah orang tuanya. Chang Min juga hanya diam di hadapannya. Dua cangkir kopi di meja mengeluarkan aroma yang menenangkan sabtu pagi ini.
“Aku benar-benar khawatir karena Jun Su tidak pernah bisa ditemui.” Jun Ho akhirnya membuka suara.
Chang Min hanya diam, tidak dapat menanggapi kalimat Jun Ho.
“Kami mengobrol sedikit melalui pesan singkat, dan Jun Su selalu berkawata bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa dia senang, tapi aku tidak yakin.” Jun Ho menatap Chang Min yang membalas tatapannya dengan sedikit kaget. “Aku tidak meragukanmu, hanya saja, perasaanku tidak enak.”
Tidak… Itu lebih dari sekedar perasaannya. Jun Ho tahu bagaimana adiknya yang sempat ceria itu kembali menutup diri. Semua itu tergambar jelas dari balasan-balasan pesan singkat Jun Su. Melihat wajah redup dan mata sayu Jun Su hari ini menambah jelas keyakinannya.
“Aku mengerti.” Chang Min tersenyum kecil.
Jun Ho menatap Chang Min dengan mata tajamnya yang dalam, “Berjanjilah padaku untuk membuat adikku bahagia.”
Lagi, Chang Min mematung untuk beberapa detik, menyadari bahwa ia belum bisa membuat Jun Su bahagia, “Ya, aku janji.”
“Aku akan memukulmu dengan keras kalau kau melanggar janjimu.” Jun Ho terseyum jahil, namun Chang Min bisa melihat keseriusan di balik itu.
“Tentu.”