Tokyo
Tuan Shim tidak berhenti menumpahkan emosinya di koridor rumah sakit itu, “Aku kira Jun Su adalah anak baik-baik. Dia membuat Chang Min berhenti minum, merokok, dan bermin dengan gadis-gadis. Tapi ternyata...”
Ji Hyo menghela nafasnya. Kenapa orang-orang begitu mempermasalahkan hubungan sesama jenis?
“Anak itu sudah gila!” suara marah ayahnya kembali terdengar.
Ji Hyo tidak mau mendengar itu semua. Ia segera berjalan cepat memasuki kamar rawat Jun Su.
Ji Hyo hanya bisa terdiam melihat Chang Min yang terlihat depresi. Chang Min tidak pernah sekacau ini sebelumnya.
“Oppa,”
Chang Min mengangkat wajahnya dan menatap Ji Hyo yang berdiri di ambang pintu.
“Kau di sini?” Chang Min melebarkan matanya, tidak menyangka untuk melihat Ji Hyo di Tokyo.
Ji Hyo menggumam pelan dan mengangguk, “Oppa tidak menjawab telpon dan pesan singkatku. Aku benar-benar cemas.”
Chang Min tersnyum kecil, “Maaf.”
Ji Hyo berjalan mendekat, dan akhirnya dapat melihat wajah pria yang sudah menggemparkan seluruh keluarganya itu. Jun Su...
Mata Ji Hyo segera membulat melihat wajah yang tidak asing di balik masker oksigen itu; Jun Su yang sama dengan Jun Su yang dikenalnya di Hamufield!
Dari sekian banyak Jun Su, bagaimana mungkin laki-laki yang terbaring di hadapannya adalah Jun Su yang dikenalnya?! Tidak... Ji Hyo bahkan tidak pernah menyangka akan bertemu seorang pun dari Hamufield.
Hamufield
Satu lagu sedih telah selesai dilantunkan Jun Su sebagai penutup malam ini. Penginapan Duke segera ramai oleh tepuk tangan para tamu.
Ji Hyo hanya bisa terdiam selama beberapa saat, terkagum dengan suara merdu Jun Su yang sudah cukup lama tidak didengarnya.
Jun Su menunduk dan berterima kasih pada semua pendengarnya sebelum ia turun dari panggung.
“Tumben kau sendirian.” Jun Su segera mengmbil tempat di meja Ji Hyo.
Ji Hyo hanya tersenyum kecil dengan segelas ginger beer dalam ganggamannya. Ini adalah pertama kalinya Ji Hyo merasa bingung bagaimana ia harus berbicara dengan Jun Su. Jun Su yang sudah dikenalnya sejak kecil.
“Kau selalu datang dengan segerombolan tim lombamu, dan sekarang kau sendirian, apa Ji Hyo yang sudah dewasa ini sedang mencari pacar?” Jun Su menggoda Ji Hyo dengan tatapan jahilnya.
Ji Hyo tertawa kecil dan memukul lengan Jun Su cukup keras, mendapat respon kesakitan dari Jun Su di sela-sela tawa kecilnya.
“Jun Su,” Ji Hyo berdeham, ia menatap minuman di majanya, masih berusaha memikirkan kata-kata ang tepat.
“Ada apa?” Jun Su bisa melihat wajah Ji Hyo yang serius. Ia tidak pernah melihat Ji Hyo yang seperti ini.
“Apa kau, mengenal kakakku?” Ji Hyo menatap Jun Su dalam-dalam. Ia merasa jantungnya berdebar, sementara Jun Su terlihat kebingungan.
“Apa maksudmu? Kau tidak punya kakak.” Jun Su mengerutkan dahinya.
“Shim Chang Min.” Ji Hyo mengatakannya dengan jelas dan cepat. Ia bisa melihat wajah Jun Su berubah keget seketika, dan Ji Hyo segera yakin bahwa dugaannya memang benar.
Mendengar nama itu, Jun Su hanya bisa terdiam. Seketika, ia bisa merasakan bara panas di jantungnya.
“Shim Chang Min, adalah kakakku. Kita sama-sama dari Korea, bukan?” Ji Hyo menatap wajah Jun Su lekat-lekat.
Jun Su mengangguk pelan.
Keheningan hadir di antara Jun Su dan Ji Hyo. Hanya ada suara debaran ombak yang terdengar. Angin malam pantai berhembus cukup kencang menerpa wajah Jun Su dan Ji Hyo yang memfokuskan pandangan mereka pada lautan bebas.
Jun Su memecah keheningan dengan helaan nafasnya. Ia masih tidak bisa percaya akan hal ini... Semua cerita Ji Hyo... Ini gila! Setelah sekian lama tinggal di Hamufield... Setelah sekian lama menganal Ji Hyo...
“Jadi, tidak bisakah kau kembali?”
Jun Su menatap Ji Hyo yang membuyarkan pikirannya.
“Kakakku benar-benar merindukanmu. Bangunlah dan kembali padanya.” Ji Hyo menatap Jun Su dengan tatapan memohon.
“Aku juga merindukannya,” Jun Su tersenyum kecil, wajah Chang Min kembali terbayang di kepalanya. “tapi, aku tidak bisa bangun.” Jun Su kembali menghela nafasnya. “Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tidak bisa membuat diriku bangun di Tokyo.” Jun Su mengerutkan keningnya.
Ji Hyo melebarkan matanya. Ini tidak bagus...
“Jun Su, kau coma.”
Tokyo
Chang Min menatap Jun Su yang masih memejamkan matanya. Ia memang senang melihat Jun Su yang tertidur, laki-laki itu terlihat manis... tapi kali ini berbeda. Wajah pucat dan lemah itu membuat Chang Min takut.
“Kau benar-benar suka tidur ya.” Chang Min mencibir. “Bangunlah. Sampai kapan kau akan tidur?”
Tidak ada jawaban. Mata Jun Su masih terpejam.
“Aku merindukanmu.”