Read More >>"> Hamufield (Bab 34) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Tokyo

 

Chang Min benar-benar tidak sabar untuk ke kampus dan melihat Jun Su hari ini. Dengan langkah cepat, Chang Min berjalan ke ruang kelasnya. Wajahnya yang penuh semangat mendadak datar saat ia memasuki kelas itu: kosong. Ia datang terlalu pagi.

 

 

 

Jun Su menghentikan langkahnya saat melihat Chang Min berada di depan kelas, menyandarkan tubuhnya di dinding dan tertunduk memandang lantai. Chang Min tidak terlihat senang. Ia terlihat... marah?

Jun Su kembali berjalan mendekat. Ia tidak berniat menyapa Chang Min, namun kaki panjang si anak populer menghalangi pintu masuk ruang kelas itu. Langkah Jun Su terhenti, seketika ia bisa mendengar suara bisikan orang-orang di sekitarnya.

Tanpa mengatakan apa pun, Chang Min menarik Jun Su ke hadapannya. Wajah Chang Min masih terlihat megerikan. Laki-laki tinggi itu segera merogoh kantung jeans Jun Su, membuat matanya melebar di balik kacamatanya. Chang Min terlihat kesal saat tidak menemukan apa pun di sana.

Jun Su menatap Chang Min dengan tatapan tidak paniknya, “Apa yang kau lakukan?”

Chang Min tidak menjawab. Ia justru mengambil paksa tas Jun Su dan segera merogoh-rogoh tasnya.

“Apa yang kau cari?” suara pelan Jun Su terdengar kesal.

Chang Min tetap tidak menjawab. Beberapa anak sudah mengelilingi mereka, menjadikan mereka sebagai tontonan. Jun Su tidak menyukainya. Ia bisa merasakan tatapan tidak mengenakkan orang-orang itu.

Chang Min tersenyum puas saat ia menemukan ponsel Jun Su. Jari panjangnya segera mengetikkan sesuatu di sana, dan beberapa detik kemudian ponsel di saku Chang Min berbunyi. “Ini.” Chang Min menyodorkan ponsel Jun Su.

Jun Su hanya menerimanya dalam diam, masih kaget dengan kelakuan Chang Min yang tidak pernah bisa ia tebak. Apa hanya itu yang membuat Chang Min terlihat kesal? Hanya karena nomor ponselnya?

Masih dengan raut wajah penuh kemenangan, Chang Min berjalan ke dalam kelas. Ia melemparkan tasnya di samping bangku tempat Jun Su biasa duduk, lalu menunggu Jun Su untuk mngikuti langkahnya.

“Datanglah lebih pagi lain kali.” nada suara Chang Min terdengar kesal. Ia sudah terlalu sering menunggu kehadiran si tukang tidur itu.

Jun Su hanya memandang Chang Min dengan tatapan bingung dan kesalnya, tetapi ia tetap duduk di samping Chang Min.

Sam yang dari awal hanya diam menonton drama singkat itu menyeringai. Akhirnya ia mengerti kenapa temannya itu selalu memandang Jun Su sejak semester lalu. Ia mendesah pelan dan meletakkan tasnya di tempat Chang Min biasa duduk. “James aku kesepian.”

James yang berada di tempat duduk belakang Chang Min hanya terkekeh pelan.

 

 

Jun Su baru saja memasuki perpustakaan besar itu, siap untuk bekerja paruh waktu, saat matanya menangkap sosok yang tidak asing sudah duduk di meja tak jauh darinya.

“Apa yang kau lakukan tadi pagi? Kau membuat semua orang menatap kita.” Jun Su menatap Chang Min yang terlihat serius dengan buku yang dibacanya, membuat laki-laki itu mendongak, tidak menyadari Jun Su yang sudah berada di hadapannya.

“Lain kali akan lebih buruk lagi kalau kau terus menghindariku.” Chang Min berkata dengan nada malas.  

Jun Su mengerutkan alisnya, “Aku tidak menghindar.”

Chang Min menghela nafas dan bersender pada kursinya, “Tidak pernah menghadiri undaganku, selalu menolak untuk kuantar pulang, dan bahkan tidak mau memberi nomor ponsel?”

Raut wajah kesal Jun Su perlahan melunak mendengar ucapan Chang Min. Sebenarnya ia tidak pernah bermaksud menghindar.  

“Kenapa kau begitu menginginkan nomor ponselku?” Jun Su kembali berkata, kali ini dengan nada yang jauh melunak.

Untuk sejenak, Chang Min hanya terdiam. “Aku tidak bisa menghubungimu selama sabtu dan minggu, setiap malam aku juga tidak bisa menghubungimu. Aku harus menunggu sampai kita bertemu lagi di kelas atau perpustakaan. Itu menyebalkan!” Chang Min menggumam, lebih pada dirinya sendiri. Tetapi Jun Su mendengar semuanya dengan jelas.

Jun Su merasakan ada yang tidak beres dengan jantungnya. Nafasnya mulai tidak teratur. Ia bahkan tidak bisa memandang wajah Chang Min sekarang.

“Mulai sekarang kau harus selalu membawa ponselmu. Jangan letakkan di tas, tapi di saku celana.” suara Chang Min melunak walau pun wajahnya masih terlihat kesal.

 

 

“Aku akan mengantarmu pulang hari ini. Kau tidak boleh menolak.” Chang Min melipat kedua tangannya.

Jun Su memandangnya dalam diam untuk beberapa saat. “Tidak mau.”

Chang Min menghela nafasnya, “Kalau begitu beri tahu aku alamat rumahmu.”

“Tidak mau.” Jun Su mulai merasa dirinya benar-benar menghindar sekaang, tapi hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mencegah wajah Chang Min kembali muncul dalam pikirannya. Perkataan Chang Min beberapa saat lalu masih membuatnya salah tingkah, dan ia harap anak populer itu tidak menyadarinya.

Chang Min menghela nafasnya lebih keras. Ia kembali terlihat kesal. “Ada apa denganmu?”

Jun Su mengangkat alisnya, “Kenapa kau ingin tau? Aku rasa kau tidak membutuhkannya.”

Chang Min terdiam, lagi, ia menghela nafasnya, “Baiklah, kalau begitu aku akan mengikutimu pulang.”

Jun Su berjalan menjauh dengan tidak peduli. Chang Min menatap punggung Jun Su dan menyeringai, ‘Kau pikir aku bercanda?’

 

 

‘Anak ini benar-benar gila.’ Jun Su berusaha mengabaikan mobil Chang Min yang mengikutinya dengan sangat lambat.

Tatapan orang-orang mulai membuat Jun Su merasa tidak nyaman. Terlebih sebagian besar mahasiswa kampus itu sudah hafal dengan mobil mewah Chang Min, membuatnya semakin menarik perhatian. Jun Su mempercepat langkahnya, ia bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya.

 

 

Chang Min menghela nafasnya. Jun Su berjalan cepat menyebrangi jalan di depan kampus mereka, sementara mobil harus berputar untuk menuju jalan besar itu.  

Chang Min masih bergumam kesal saat ia menyadari sebuah mobil berbelok dan mendekat ke arah Jun Su dengan kecepatan tinggi, sementara Jun Su terlihat tidak menyadari itu. Dengan reflek, Chang Min berteriak sekuat tenanga memanggil Jun Su, namun mobil itu tetap menyambar anak itu.

Pemandangan di hadapannya membuat bola mata Chang Min melebar, sementara orang-orang mulai berjalan mengerumuni Jun Su.

Chang Min segera turun dari mobilnya dan berlari menerobos orang-orang yang sudah mengelilingi Jun Su. Anak itu terlihat mengerang kesakitan dengan tangan yang sudah berlumuran darah.

 

 

Jun Su merasa pinggul dan kakinya remuk. Setiap gerakan kecil menyiksanya. Perlahan, ia juga mulai merasakan tangannya seperti terbakar.Ia masih memejamkan matanya, berusaha menahan rasa sakit itu saat seseorang mengangkatnya dengan cepat. Jun Su yang terkejut itu membuka sedikit matanya, ia sudah berada dalam gendongan laki-laki tinggi itu dengan bridal style.

Dengan cepat, Chang Min membawanya ke arah mobil silver tak jauh dari situ. James yang juga menyaksikan kecelakaan itu segera membuantu membukakan pintu untuk Chang Min. “Hati-hati.” James menatap Chang Min. Chang Min membalasnya dengan anggukan dan tatapan penuh rasa terimakasih.

Mobil itu segera berjalan dengan kecepatan tinggi. Jun Su tidak bisa membuat dirinya untuk tidak mengerang oleh rasa sakit yang menusuknya. Dari ujung matanya, Jun Su dapat melihat tangan Chang Min mencengkram setir dengan erat. Jun Su berusaha mengalihkan pandangannya dan menatap Chang Min yang terlihat panik.

Selama perjalanan, Chang Min tidak bisa menyembunyikan wajah cemasnya. Ia menatap jalanan dengan mata tajam dan rahang yang tekatup rapat, menggertakan giginya tanpa sadar.

 

 

Chang Min segera menhentikan mobilnya dan berlari ke arah pintu di samping Jun Su. Dengan hati-hati, Chang Min kembali menggendong Jun Su yang mengeram. Setengah berlari, Chang Min membawa Jun Su ke dalam rumah sakit itu.

“Di mana UGDnya?” suara Chang Min terdengar panik.

Jun Su tidak dapat mendengar suara-suara di sekitarnya dengan jelas. Ia sudah merasa benar-benar lelah dengan rasa sakit itu. Tanpa sadar, Jun Su mencengkram kerah baju Chang Min erat-erat.

Jun Su kembali tersadar saat tiba-tiba Chang Min menidrukannya perlahan. Dengan pandangan buram, ia dapat melihat Chang Min tersenyum padanya walau wajah cemas itu masih terukir di sana.

“Kau akan baik-baik saja.” suara Chang Min terdengar seperti bisikan pelan. Perlahan, Jun Su melepas cengkramannya dari kerah baju Chang Min.

 

 

Tangan Chang Min terkepal erat. Hatinya perih tiap kali mendengar suara teriakan dan erangan Jun Su. Luka di tangan itu cukup besar, Chang Min tidak bisa membayangkan seberapa sakit yang dirasakan Jun Su saat suster membersihkan lukanya.

 

 

Jun Su tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak berteriak dan mengerang. Rasa sakit yang dirasakannya semakin hebat. Tangannya serasa terbakar. Refleknya membuatnya bergerak, namun setiap gerakan yang ia buat justru membuatnya terasa semakin sakit.

“Apa kau tidak bisa membiusnya dulu? Dia sangat kesakitan!”

Dengan mata yang sedikit terbuka, Jun Su bisa melihat Chang Min yang terlihat begitu marah dan cemas di saat yang bersamaan. Untuk sesaat, Jun Su melupaan rasa sakitnya.

 

 

Chang Min tersenyum lega memandang Jun Su yang tertidur. Jun Su terlihat sangat kelelahan. Dalam diam, Chang Min tidak bisa melepaskan pandangannya dari si laki-laki polos di hadapannya. Pipi putih yang chubby dan bibir yang tidak terkatub rapat itu membuatnya ingin mengelusnya.

Chang Min menggigit pelan bibir bawahnya. Dengan ragu, sebelah tangannya terangkat menuju kulit milky Jun Su. Meski takut membangunkan tidur pulasnya, Chang Min tidak dapat menahan diri untuk tetap merasakan kulit halus itu menggesek punggung tanganya dengan lembut.

‘Memang dasar si tukang tidur…’ Chang Min mengeluarkan tawa kecil tanpa suara. Ia menyukainya; sentuhan halus itu membuat perasaannya hangat.  

 

 

Jun Su membuka matanya perlahan. Untuk sejenak, ia hanya diam memandangi dinding rumah sakit yang terlihat kabur. Jun Su memandang sekeliling dan mendapati Chang Min tertidur di sampingnya.

‘Rambutnya sangat tebal…’ Jun Su tersenyum tipis. Seketika ia ingin mengelusnya.

Jun Su baru menggerakkan sedikit tubuhnya, dan rasa sakit segera menyerbu. Reflek, Jun Su mengerang.

Chang Min terbangun dan menatapnya dengan kaget, “Apa yang terjadi? Mana yang sakit?”

 

 

Chang Min mendorong kursi roda Jun Su dan membawa Jun Su ke tempat mobil Chang Min terparkir. Hari sudah gelap dan angin malam terasa cukup dingin.

“Kau kedinginan?” Chang Min mendekatkan wajahnya ke telinga Jun Su.

“Tidak.” Jun Su berkata pelan. Ia tidak megerti kenapa jantungnya berdetak tidak beraturan dengan gerakan kecil Chang Min.

Chang Min membuka pintu mobilnya, lalu bersiap mengangkat Jun Su dari kursi rodanya.

“Aku bisa berdiri sendiri.” Jun Su menghalangi Chang Min untuk mengangkatnya. Noda darah di baju dan celana Chang Min membuatnya merasa bersalah.

“Kakimu terkilir, dan pinggulmu hampir retak. Kau mau itu bertambah parah?” Chang Min mengomel dan mengngangkat Jun Su dari kursi rodanya.

Jun Su bisa merasakan wangi perfume Chang Min yang masih menempel di lehernya. Degan sangat hati-hati, Chang Min mengangkat dan mendudukkan Jun Su di mobil, seperti seuatu yang delicate.

Chang Min menutup pintu mobil itu untuk Jun Su. Di dalam mobil terasa jauh lebih hangat. Dari kaca jendela, Jun Su bisa melihat Chang Min melipat kursi rodanya, lalu memasukkannya ke bagasi mobil.

Chang Min terlihat tersenyum lega saat ia sudah duduk di kursi kemudi.

“Chang Min, terimakasih.” Jun Su berkata pelan.

Chang Min memandangnya dan tersenyum kecil, “Tidak masalah. Hanya, jangan tolak tawaranku untuk mengantarmu pulang lain kali.”

 

 

“Ini bukan arah ke rumahku, kau seharusnya belok kiri.” Jun Su menatap bingung jalanan di hadapannya.

“Aku tau.” Chang Min tersenyum lebar dan menatap jalanan di hadapannya. “Kau akan bermalam di apartmentku.”

“Apa?” Jun Su melebarkan matanya. “Tidak, aku pulang saja.”

“Tidak akan ada yang menjagamu di sana. Bukankah kau tinggal sendiri? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?”

Jun Su terdiam. Ia kembali melihat wajah cemas Chang Min. Ia senang... Ya, Jun Su senang Chang Min memperhatikannya seperti itu.

 

 

Chang Min membuka pintu apartmentnya, dan Jun Su segera melihat kagum pemandangan di hadapannya. Tempat itu sangat luas. Sofa hitam dan TV super besar terlihat berada di ruang tengah. Semua perabotan apartment itu begitu moderen dan mewah. Tidak hanya itu, dari tempatnya berada, ia dapat melihat lantai dua apartment itu.

Apartment ini dua lantai?” Jun Su masih membulatkan matanya.

“Tiga lantai.” Chang Min menyeringai sembari mendorong kursi roda Jun Su memasuki kediaman Chang Min lebih dalam, “Apa kau lapar?”

Jun Su hanya tersenyum dan menggeleng.

“Akan kubuatkan sesuatu yang hangat untukmu.”

Jun Su baru akan menolak, tetapi Chang Min sudah berjalan ke dapur.

Belum dua menit berlalu, Chang Min sudah kembali ke hadapan Jun Su dan tersenyum canggung, “Apa kau tau cara membuat teh?”

 

 

“Tidurlah.” Tuan Kim menatap Nyonya Kim yang terlihat tidak tenang.

“Jun Su belum membalas pesan singkatku. Dia juga tidak mengangkat telpon.” Nyonya Kim terlihat cemas.

“Bukankah itu sudah biasa? Lagi pula dia sudah besar. Mungkin kegiatan kampusnya terlalu padat.” Tuan Kim kembali memejamkan matanya, sementara istrinya masih memiliki perasaan yang tidak enak.

 

 

Dari ranjang besar tempatnya duduk bersandar, Jun Su hanya diam memandang Chang Min yang baru keluar dari kamar mandi kamarnya. Ia merasa bersalah dan kasihan melihat wajah Chang Min yang terlihat letih.

Menyadari pandangan Jun Su, Chang Min melemparkan senyum manisnya. “Hari yang panjang. Tidurlah.” Chang Min membantu Jun Su untuk tidur di ranjangnya. Aroma shampoo Chang Min tercium jelas dengan posisi mereka yang begitu dekat.

Jun Su berusaha mengabaikan wajahnya yang memanas. “Kau yakin aku tidur di kamarmu?” Jun Su menatap Chang Min yang menyelimutinya dengan selimut tebal.

“Tentu.”

“Kalau kau merasa terganggu, aku bisa tidur di kamar tamu. Apa ada kamar tamu? Aku juga tidak masalah dengan sofa.” Jun Su berkata cepat, membuat suaranya terdengar panik.  

Chang Min hanya tersenyum dan menggeleng, “Kau tidur di sini denganku. Aku tidak yakin bisa bangun dan mendengarmu kalau ada apa-apa.”

“Tidak akan ada apa-apa.”

“Bagaimana kalau kau terjatuh?” Chang Min kembali menatap Jun Su. Tatapan yang tajam sekaligus lembut. Sesuatu yang baru bagi Jun Su. “Lagi pula, aku tidak merasa terganggu sama sekali.”

Jun Su hanya terdiam sementara Chang Min menidurkan diri di sampingnya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love Dribble
9619      1745     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
A Man behind the Whistle
1360      588     2     
Action
Apa harga yang harus kau tukarkan untuk sebuah kebenaran? Bagi Hans, kepercayaan merupakan satu-satunya jalan untuk menemukannya. Broadway telah mendidiknya menjadi the great shadow executant, tentu dengan nyanyian merdu nan membisik dari para Whistles. Organisasi sekaligus keluarga yang harus Hans habisi. Ia akan menghentak masa lalu, ia akan menemukan jati dirinya!
Flower With(out) Butterfly
399      275     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
Pasha
1119      482     3     
Romance
Akankah ada asa yang tersisa? Apakah semuanya akan membaik?
love like you
418      296     1     
Short Story
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5524      1043     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
Under The Darkness
10      9     0     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
After School
1590      889     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Return my time
263      224     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Who are You?
1262      550     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?