Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Tokyo

 

Chang Min memasuki perpustakaan besar kampus itu dengan kening berkerut. Sosok anak yang bahkan jauh lebih tinggi dari Chang Min itu berada di balik meja pengembalian buku, tempat Jun Su biasa bekerja hari ini. Matanya segera menjelajah ke seluruh penjuru perpustakaan yang besar itu, berharap ia cukup beruntung untuk segera menemukan targetnya.

“Ada yang bisa kubantu?” Kenichi tersenyum ramah melihat kelakuan bingung Chang Min.

Chang Min yang masih belum sepenuhnya terfokus pada laki-laki super tinggi itu hanya menggumam kecil sembari berjalan mendekat, “Bukankah petugas lain biasanya berjaga hari ini?”

Kenichi mengerutkan keningnya untuk beberapa saat, mencoba mencerna pertanyaan Chang Min yang terlihat ragu, “Oh, Jun Su?”

“Ya!” wajah Chang Min langsung berubah cerah mendengar nama itu.

“Kau benar, itu karena setengah semester kemarin dia menggantikan tugasku. Sekarang aku sudah kembali, jadi Jun Su tidak perlu menggantikanku lagi.” Kenichi menjelaskan dengan tenang, sementara isi kepalanya sudah penuh dengan pertanyaan-pertanyaan. Anak super populer ini mencari Jun Su yang super pendiam? Awalnya ia meragukan kabar burung mengenai kedekatan Jun Su dengan Chang Min, tetapi melihat langsung seorang Shim Chang Min mencari rekan kerjanya itu membuat Kenichi mmpercayai perkataan orang-orang.

‘Dan dia tidak mengatakan apa-apa padaku?’ Chang Min berdecak kesal.

Menyadari wajah Chang Min yang terlihat kesal, Kenichi segera menambahkan, “Shift Jun Su nanti sore, kau bisa datang lagi nanti.”

Chang Min mengangguk dengan wajah yang melunak. “Oh ya, kau tahu kapan saja shift Jun Su?”

Kenichi mengangkat alisnya mendengar pertanyaan itu. “Aku bisa mengeceknya untukmu, tunggu sebentar.” Kenichi berbalik dan mencari jadwal staff perpustakaan itu. ‘Mungkin mereka tidak sedekat yang kupikirkan…’

 

 

Chang Min memutuskan untuk tetap duduk di dekat meja Kenichi bekerja. Ia selalu duduk di sana dan diam-diam mengamati Jun Su, tetapi kali ini ia benar-benar terfokus pada buku dan tugas-tugasnya, tidak menyadari Kenichi yang sesekali meliriknya.

“Lama tidak bertemu!” Kenichi menyambut rekan kerjanya dengan senyum lebar.

Jun Su membalas senyumnya dengan mata berkilat, ia sudah merindukan Kenichi. “Bagaimana pertandingannya?”

Mendengar suara kecil yang tidak asing itu, Chang Min mendongak dan mendapati Jun Su di sana, membuat senyumnya segera mengembang.

“Kami kalah.” Kenichi memanyunkan bibirnya.

“Masih ada pertandingan musim depan, semangat!” Jun Su mengayun pelan sebelah tangannya yang terkepal ke depan wajahnya, tidak menyadari bahwa kelakuan kekanakannya itu tidak hanya membuat Kenichi tersenyum, tetapi juga Chang Min yang tetap mengamati mereka meski tangannya sibuk membereskan bukunya.

Tanpa Jun Su sadari, Chang Min sudah berjalan mendekat ke arah mereka. Melihat wajah riang Jun Su yang masih mengobrol dengan Kenichi membuat perasaannya campur aduk; ia senang melihat senyum itu, tetapi ia menginginkan senyum itu hanya untuknya. Mereka terlihat akrab.

Chang Min berdeham, membuat Jun Su menyadari kehadirannya.

“Oh, Chang Min!” Jun Su tersenyum lebar pada Chang Min, sudah tidak kaget melihat anak jenius itu berada di perpustakaan.

Chang Min segera mengalihkan tatapannya dari Jun Su, merasakan wajahnya mendadak panas oleh tatapan dan senyum itu.

“Kau tidak bilang kalau shiftmu berubah.” Chang Min terdengar kesal.

“Kenapa aku harus bilang?” pertanyaan polos Jun Su seketika membuat Chang Min membeku, sementara Kenichi tertawa kecil.

‘Ya, kenapa dia harus bilang?’ Chang Min tenggelam dalam kebingungannya sendiri.

“Karena dia ingin bertemu denganmu.” perkataan Kenichi membuat Chang Min dan Jun Su terdiam, tenggelam dalam pikiran dan perasaan mereka masing-masing.

 

 

“Apa yang kau lakukan setiap sabtu dan minggu?” Chang Min menatap Jun Su dari tempatnya bersender. Jun Su terlihat sibuk mengecek buku-buku di sana.

“Tidak ada.” Jun Su menjawab singkat, sementara pikirannya berkata lain, ‘Tidur dan menghabiskan waktu di Hamufield.’ Tersadar dengan pikirannya sendiri, Jun Su oenasaran apa reaksi Chang Min kalau ia menjawab jujur. Ia cukup yakin Chang Min tidak akan mau berbicara padanya lagi.

“Lalu kenapa kau tidak pernah datang ke pesta?”

“Aku tidak suka keramaian.” Jun Su sendiri merasa aneh dengan perkataannya. Sabtu dan minggunya di Hamufield selalu ia habiskan di pub yang super ramai.

“Kalau begitu, pergilah denganku.” Chang Min berdeham. Susah payah ia membuat suaranya tetap terdengar manly. Sudah lama ia merasakan pestanya hampa. Ia tidak lagi bersemangat dan bersenang-senang; pikirannya justru tertuju pada anak yang selalu terlihat tidak peduli padanya itu.

“Tidak, terimakasih.” Jun Su menjawab santai, meski pertanyaan besar tentang kenapa anak populer itu mengajaknya pergi sudah memenuhi kepalanya. Ia merasakan sesuatu yang aneh menggelitik dirinya mendengar pertnyaan itu.

Chang Min hanya bisa melihat Jun Su dengan tatapan herannya. Tanpa sadar, mulutnya sedikit ternganga. Jun Su terlihat tidak peduli. Ia masih sibuk dengan buku-buku itu.

 

 

“Ada apa denganmu? Kau pikir aku akan menerormu?” Chang Min tidak bisa mencegah suaranya untuk naik. Suaranya menggema di basement yang sepi itu.

“Aku rasa kau tidak memerlukan nomor ponselku. Lagi pula aku jarang menggunakannya.” Jun Su berkata datar. Tapi itu memang kenyataannya, ia tidak ingin waktu luangnya untuk Hamufield terganggu. Lagi pula Jun Su tidak bisa merasakan atau mendengar apa pun yang terjadi di dunia yang ini saat ia berada di Hamufield. Ia hanya bisa ‘kembali’ saat ia tidur di Hamufield.

“Ya, tapi...” Chang Min terdiam. Ia juga tidak tau kenapa ia membutuhkannya. Apakah ia harus jujur dan bilang ia ingin mengobrol denganya setidaknya melalui telpon? Tidak mungkin.

Chang Min menghela nafasnya. “Biar kuantar pulang.” Chang Min berdiri di depan mobilnya yang sudah terparkir rapi.

“Tidak, terimakasih.” Jun Su tidak menghentikan langkahnya. Ia tetap berjalan sembari melambaikan sebelah tangannya sebagai ucapan sampai jumpa.

Chang Min hanya ternganga di tempatnya. Hanya Jun Su yang menolak tumpangannya setiap hari. Hanya Jun Su yang menolak ajakannya... hanya Jun Su. Anak misterius yang berhasil mencuri perhatian Chang Min.

 

 

Hamufield

 

Jun Su menikmati rerumputan penuh bunga yang ditidurinya. Ia tidak mengerti, bahkan di Hamufield, ia memikirkan Chang Min.

“Karena dia ingin bertemu denganmu.”

Tanpa sadar, senyum terukir di wajah Jun Su mengingat perkataan Kenichi.

‘Tidak… Dia ke perpustakaan untuk belajar, ‘kan?’ Jun Su berusaha meyakinkan dirinya sendiri, meskipun ia tidak bisa bohong tentang perasaan senangnya.

“Biar kuantar pulang.”

Jun Su tertawa kecil, ‘Anak populer itu selalu menawarkan tumpangan pulang? Pada Kim Jun Su?’

Jun Su masih tidak bisa memahami kehidupannya di dunia yang berbeda itu. Dari sanat sedikit orang yang dapat membuatnya nyaman di sana, ia tidak pernah membayangkan seseorang seperti Shim Chang Min akan menjadi salah satunya.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tv baru untuk Elsa.
488      338     1     
Short Story
TV Baru untuk Elsa Elsa adalah seorang anak yang kurang mampu,ia hanya tinggal di sebuah rumah dari kardus.Elsa hanya tinggal bersama neneknya.Setiap hari elsa menjual es lilin di sekolahnya seharga rp 600.Elsa tidak pernah mengeluh akan semua yang harus dikerjakannya,termasuk menjual es lilin.Pada suatu hari,Elsa sedang menjualkan es lilin seperti biasanya. Eh,kemarin aku nonton cinderella ...
Mysterious Call
528      357     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
Kenangan Hujan
561      415     0     
Short Story
kisah perjuangan cinta Sandra dengan Andi
Edelweiss: The One That Stays
2651      1127     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Heartbeat
239      189     1     
Romance
Jika kau kembali bertemu dengan seseorang setelah lima tahun berpisah, bukankah itu pertanda? Bagi Jian, perjumpaan dengan Aksa setelah lima tahun adalah sebuah isyarat. Tanda bahwa gadis itu berhak memperjuangkan kembali cintanya. Meyakinkan Aksa sekali lagi, bahwa detakan manis yang selalu ia rasakan adalah benar sebuah rasa yang nyata. Lantas, berhasilkah Jian kali ini? Atau sama seper...
Archery Lovers
5490      2306     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
A D I E U
2299      953     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Hello Goodbye, Mr. Tsundere
1494      979     2     
Romance
Ulya tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Natan di kampus. Natan adalah panggilan kesayangan Ulya untuk seorang cowok cool, jenius, dan anti sosial Hide Nataneo. Ketika para siswa di SMU Hibaraki memanggilnya, Hide, Ulya malah lain sendiri. Ulya yakin si cowok misterius dan Tsundere ini punya sisi lain yang menakjubkan. Hingga suatu hari, seorang wanita paruh baya bertopi fedora beludru...
ADA SU/SW-ARA
3659      1182     1     
Romance
Ada suara yang terdengar dari lubuknya Ada Swara....
SAMIRA
351      228     3     
Short Story
Pernikahan Samira tidak berjalan harmonis. Dia selalu disiksa dan disakiti oleh suaminya. Namun, dia berusaha sabar menjalaninya. Setiap hari, dia bertemu dengan Fahri. Saat dia sakit dan berada di klinik, Fahri yang selalu menemaninya. Bahkan, Fahri juga yang membawanya pergi dari suaminya. Samira dan Fahri menikah dua bulan kemudian dan tinggal bersama. Namun, kebahagiaan yang mereka rasakan...