Tokyo
Senin pagi datang terlalu cepat bagi Chang Min. Rasa sakit masih menendang kepalanya, dan tubuhnya terasa kacau. Ia melihat ke sekeliling apartment yang berantakan dan beberapa temannya masih berada di sana; tertidur di lantai, sofa, dan entah di mana lagi.
Seperti dugaan Chang Min, Jun Su tidak datang kemarin. Tapi ia bersyukur karena menunggu Jun Su membuatnya tidak begitu banyak minum. Ia melirik jam dinding dan menghela nafas. Ia ingin melewatkan semua kelasnya hari ini untuk tidur, tetapi keinginannya untuk bertemu Jun Su lebih kuat.
Jun Su tidak bisa menahan senyum kecilnya saat melihat Chang Min memasuki kelas. Ia tidak menyadari betapa ia menunggu kehadiran anak itu. Ia juga tidak mengerti kenapa dirinya harus kecewa karena Chang Min melewatkan kelas pagi mereka, sementara ia tidak peduli dengan lebih dari separuh kelas yang juga tidak hadir. Wajah kacau Chang Min siang ini sudah sangat menjelaskan pesta seperti apa yang mereka lakukan semalam.
Chang Min tidak bisa berhenti memijit pelipisnya. Efek alkohol yang tidak kunjung hilang itu membuatnya tersiksa selama pelajaran.
“Minumlah jahe hangat dengan gula, itu akan membuatmu lebih baik dengan cepat.”
Chang Min mendongak dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya; Jun Su sudah berdiri di hadapannya dan memulai percakapan terlebih dahulu.
“Aku tahu res-“ Jun Su mendadak menghentikan kalimatnya dan berdeham pelan. “Hati-hati saat menyetir pulang nanti.” Hanya itu yang Jun Su katakan sebelum ia berjalan keluar kelas, meninggalkan Chang Min yang ternganga di tempatnya, merasakan kembang api dalam dirinya.
Jun Su yang menyadari wajah kacau Chang Min itu menghela nafasnya, cukup kasihan dengan anak itu. Ia tahu benar bagaimana rasanya efek alkohol. Ia segera berusaha mengingat resep penghilang mabuk yang selalu Jae Joong buatkan untuknya setiap kali ia minum terlalu banyak di pub.
Setelah berhasil mengumpulkan rasa percaya dirinya, Jun Su segera berjalan mendekat ke meja Chang Min.
“Minumlah jahe hangat dengan gula, itu akan membuatmu lebih baik dengan cepat.” Jun Su mengalihkan pandangannya saat Chang Min mendongak, terlalu malu untuk melihat mata Chang Min.
“Aku tahu res-“ Jun Su mendadak menghentikan kalimatnya, menyadari bahwa dunia ini sudah moderen dengan semua obat pabrik, sangat berbeda dengan Hamufield. Jun Su berdeham, merasakan pipinya memanas, terlebih karena tatapan intense Chang Min.
“Hati-hati saat menyetir pulang nanti.” Jun Su segera keluar dari tempat itu, mengutuk dirinya sendiri, sama sekali tidak menyadari apa yang ia buat pada Chang Min.
Hamufield
Hari terakhir festival tahunan di kota kecil itu ditutup dengan Jun Su yang menyelesaikan solo performance pertamanya. Saat ia membuka mata, hanya ada suara teriakan orang-orang dan wajah-wajah kagum mereka. Ia kembali merasakan perasaan itu. Perasaan senang yang hanya bisa ia dapatkan di atas panggung. Sesuatu yang membuatnya benar-benar puas.
Di antara orang-orang banyak, ia dapat melihat Teddy memandangnya dengan wajah kagum dan bertepuk tangan, sementara Maya terlihat bangga dengan anak didiknya itu. Dengan ini sudah ia putuskan, ia akan bergabung dalam club musical dan berada di atas panggung lebih sering lagi.
Jun Su mengambil waktunya untuk berada di atas panggung sedikit lebih lama, menikmati kepuasan dalam diinya sembari tersenyum pada para penonton yang sebagian besar tidak asing baginya. Dari sekian banyak penonton, Jun Su berharap Chang Min berada di sana, memberinya tepuk tangan dan tatapan bangga, seperti Yun Ho yang selalu menjadi penggemar nomor satu Jae Joong.
Tersadar dengan pikirannya sendiri, Jun Su segera berusaha menghapus bayangan aneh di kepalanya itu. Ia berterimakasih pada penonton sebelum bergegas turun panggung. ‘Ada apa denganmu, Han Jun Su!’ Jun Su mengerutkan keningnya tanpa sadar.