Read More >>"> Hamufield (Bab 9) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Seoul

 

Jun Su kembali melihat kamarnya pagi ini. Ia sudah tidak terkejut. Sudah tidak mencari Jae Joong atau Nyonya Han. Nanti malam ia akan terbangun di Hamufield dan menemukan Jae Joong dan Nyonya Han lagi.

Jun Su menyingkirkan selimutnya dan baru akan bangun saat ia melihat lututnya. Tidak ada kapas dan plester. Tidak ada luka; bahkan bekasnya saja tidak ada.

Jun Su terdiam untuk beberapa saat. Ia menyentuhkan telunjuk kecilnya pada lututnya yang terluka kemarin; masih tidak percaya dengan mimpinya yang terasa begitu nyata. Tidak sakit.

“Jun Su, Eomma bilang kita akan jalan-jalan hari ini.” Jun Su mendongak dan mendapati Jun Ho yang tersenyum lebar di ambang pintu.

Jun Su hanya membalas dengan senyum manis dan anggukan. Jun Ho baru akan berbalik meninggalkan Jun Su saat Jun Su kembali memanggilnya, “Hyung,”

“Hm?” Jun Ho masih menyisakan senyum kecil di bibir dan mata jernihnya yang persis sama dengan milik Jun Su.

“Mmm…” Jun Su hanya menggumam kecil, berusaha menyusun kalimat untuk pertanyaannya yang tidak biasa. Jun Ho memandangi adiknya, menunggu dengan sabar sembari menyandarkan sebelah bahunya pada ambang pintu yang terbuka.

“Apa Hyung pernah terluka di mimpi?”

Jun Ho memiringkan kepalanya, berusaha mencerna pertanyaan Jun Su yang tiba-tiba.

“Maksudku, seperti, jatuh saat bermain sepak bola dan berdarah?” Jun Su menambahkan dengan cepat sambil memberikan gesture seakan ada luka besar di lututnya.

Jun Ho mengerutkan dahinya dan berusaha mengingat-ingat apakah ia memiliki mimpi semacam itu. “Ya, sepertinya. Aku pernah bermimpi guruku memukul kepalaku dengan keras karena tidak mengumpulkan tugas.” Jun Ho tertawa kecil mengingat pengalamannya sendiri, namun Jun Su terlihat serius.

“Apa di mimpi itu benar-benar sakit?” Jun Su melanjutkan pertanyaannya dengan semangat.

Jun Ho menghela nafasnya dengan keras dan kembali berusaha mengingat-ingat, “Mungkin… Entahlah, aku tidak yakin.”

Jun Su hanya menggumamkan ‘oh’ sambil mengangguk-angguk, lebih pada dirinya sendiri.

“Kenapa?”

Jun Su kembali mngeluarkan senyumnya dan menggeleng, “Tidak, Hyung. Aku hanya baru saja mendapat mimpi yang aneh.”

Kali ini Jun Ho yang menggumamkan ‘um’ dan mengangguk-angguk. “Cepatlah ke bawah. Sarapan sudah siap”

Jun Ho berjalan turun, meninggalkan Jun Su yang masih tenggelam dalam pikirannya.

 

 

Hamufield

 

Pagi kembali hadir di kota kecil itu. Seperti hari-hari kemarin, sinar mentari menembus masuk memlalui jendela kamar Jun Su.

Jun Su memandangi lututnya. Kapas dan plester. Ia menggerakkan kakinya, dan rasa sakit itu datang lagi.

“Jun Su, kita harus bersiap-siap ke pernikahan Eaton dan Melanie.” Nyonya Han terlihat di ambang pintu. “Masih sakit?” Nyonya Han berjalan mendekat saat mendapati Jun Su yang merintis pelan oleh luka di lututnya.

Nyonya Han memeluk Jun Su dengan sebelah tangannya, sebelah tangannya ragu-ragu untuk menyentuh plester yang menempel pada lutut anak bungsunya.

Jun Su terlalu tenggelam pada pertanyaan-pertanyaan di kepalanya, merasa aneh karena rasa sakir yang terasa begitu nyata. ‘Bukankah orang-orang biasanya terbangun saat akan merasa sakit di mimpinya?’ Mata Jun Su terlihat memandang jauh tanpa tujuan, ia bahkan tidak menyadari wajah cemas Nyonya Han.

 

 

Jae Joong berjalan sendirian mengagumi dekorasi taman gereja yang penuh dengan bunga. Bunga. Jae Joong selalu menyukai bunga dan taman.

Resepsi pernikahan baru akan dilaksanakan lima belas menit lagi, tapi para tamu undangan sudah terlihat berdatangan memasuki gereja. Anak-anak seumurannya terlihat bermain tidak jauh darinya.

Jae Joong masih berjalan-jalan tanpa arah saat ia melihat Yun Ho yang memasukkan kedua tangannya di saku dan berjalan tegak melihat sekelilingnya. Walau dengan wajah tirus dan dagu lancip, Yun Ho tetap dapat menunjukkan kesan hangat di wajahnya yang tersenyum menikmati pemandangan taman itu; sebagaimana Jae Joong juga menikmati suasana siang itu.

‘Mungkin dia memang tidak seburuk itu…’ Jae Joong semakin yakin dengan pikirannya. Ia sendiri tidak tahu bagaimana ia selalu membenci sosok Yun Ho selama ini.

Jae Joong berjalan mendekat ke sosok Yun Ho yang belum menyadari keberadaannya. “Hai.” Jae Joong menyapa dengan senyum kakunya.

“Hai.” Yun Ho hanya tersenyum, menatap lurus pada Jae Joong dengan mata tajamnya.

“Terima kasih sudah menolong adikku kemarin.” Jae Joong masih merasa canggung, sementara mata Yun Ho sedikir melebar dengan kalimat Jae Joong. Aneh. Mereka sudah menjadi teman sekelas sejak kecil, tapi tidak pernah berbicara dengan satu sama lain.

“Tidak masalah. Bagaimana adikmu?”

“Dia baik-baik saja.”

Yun Ho hanya mengagguk kecil. Keheningan yang canggung kembali dirasakan Jae Joong dan Yun Ho.

“Kau tidak memakai dasimu?” Jae Joong kembali memulai percakapan saat menyadari Yun Ho hanya menyampirkan dasinya di leher tanpa benar-benar mengikatnya; memberi kesan berantakan pada kemeja biru muda dan jas hitamnya yang sudah rapi.

“Aku, tidak tahu caranya.” Yun Ho memaksakan tawa kecil dan melihat ke tanah; menghindari tatapan Jae Joong. Itu menjadi kebiasaan Yun Ho saat malu.

Tanpa berkata apa-apa, Jae Joong mendekatkan dirinya pada Yun Ho, mengancingkan kancing putih teratas di kemeja Yun Ho yang sengaja tidak Yun Ho kancingkan.

Yun Ho hanya menatap Jae Joong dengan kaget, namun Jae Joong sudah terlihat serius mengikatkan dasi untuknya.

Mata Jae Joong terlihat sempurna, hidungnya mancung, bibir merahnya yang sedikit terbuka memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi, dan kulit wajahya terlihat begitu halus dari jarak wajahnya yang begitu dekat dengan wajah Jae Joong; membuatnya ingin mengelus pipi itu dengan punggung tangannya. Jae Joong tidak tersenyum, tapi Yun Ho tidak mengerti bagaimana Jae Joong tetap dapat terlihat begitu manis. Detik itu juga, Yun Ho bisa merasakan kelembutan Jae Joong meskipun wajahnya selalu terkesan dingin. Ia menyukainya.

“Sudah.” Jae Joong tersenyum dengan hasil karyanya. Dan tanpa Jae Joong sadari, senyuman itu memberikan efek yang kuat pada Yun Ho.

Yun Ho masih menatap Jae Joong dengan tatapan kagum yang tidak mungkin bisa ia sembunyikan. Jae Joong terlihat begitu sempurna saat tersenyum. Yun Ho tidak mengerti kenapa ia tidak menyadari itu selama ini.
‘Laki-laki lembut dan manis ternyata tidak buruk sama sekali.’ Yun Ho menyukainya.

 

 

Gereja kecil itu kembali penuh oleh penduduk Hamufield. Suara obrolan di sana-sini terdengar seperti gemuruh kecil yang memenuhi seluruh sudut ruangan.

“Terima kasih banyak atas bantuannya.” Nyonya Han menundukkan kepalanya saat mengucapkan terimakasih; salah satu kebiasaannya sejak kecil.

Dokter Ogweno yang baru saja mengambil tempat duduk di sebelahnya tersenyum ramah, “Jangan khawatir, itu hanya luka luar dan tidak serius.”

“Aku lega kalau begitu.” Nyonya Han memeluk Jun Su yang duduk di sampingnya, ikut berterimakasih pada dokter berkulit gelap di hadapannya.

Pintu gereja di buka; sosok cantik Melanie terlihat berjalan masuk dengan gaun putihnya, diiringi musik dan suara nyanyian anak-anak paduan suara. Semua tamu di dalam gereja segera berpaling menatap sosok Melanie, begitu juga dengan Jun Su, Nyonya Han, dan dokter Ogweno yang berada di barisan depan. Dari atas altar, Eaton menatap Melanie dengan senyum kagumnya. Perasaan gugup terlihat jelas di wajah laki-laki tinggi berlesung pipit itu.

Jae Joong dan Yun Ho terlihat fokus bernyanyi bersama dengan anggota paduan suara lainnya. Tapi ada yang berbeda kali ini; Jae Joong menyukai tempatnya berada di samping Yun Ho.

Yun Ho melirik Jae Joong sesekali. Jae Joong terlihat menawan dengan wajah seriusnya saat bernyanyi, ditambah dengan suara Jae Joong yang merdu. Baru kali ini Yun Ho benar-benar mendengarkan suara Jae Joong dengan serius.

 

Minggu di awal musim semi ini Eaton dan Melanie resmi menikah. Minggu di awal musim semi ini Yun Ho dan Jae Joong resmi berteman.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MASIHKAH AKU DI HATIMU?
610      396     2     
Short Story
Masih dengan Rasa yang Sama
SIREN [ RE ]
568      301     5     
Short Story
nyanyian nya mampu meluluhkan hati. namanya dan suara merdunya mengingatkanku pada salah satu makhluk mitologi.
Crashing Dreams
218      185     1     
Short Story
Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya. Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu...
DEWDROP
1015      518     4     
Short Story
Aku memang tak mengerti semua tentang dirimu. Sekuat apapun aku mencoba membuatmu melihatku. Aku tahu ini egois ketika aku terus memaksamu berada di sisiku. Aku mungkin tidak bisa terus bertahan jika kau terus membuatku terjatuh dalam kebimbangan. Ketika terkadang kau memberiku harapan setinggi angkasa, saat itu juga kau dapat menghempaskanku hingga ke dasar bumi. Lalu haruskah aku tetap bertahan...
Mr. Kutub Utara
306      231     2     
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
Surat Terakhir untuk Kapten
548      391     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
Premium
RESTART [21+]
4887      2182     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Once Upon A Time
336      215     4     
Short Story
Jessa menemukan benda cantik sore itu, tetapi ia tak pernah berpikir panjang tentang apa yang dipungutnya.
Kereta Antar Dunia
820      514     1     
Fantasy
Bagaimana jika kereta api yang kamu naiki malah membawamu pergi ke dunia-dunia yang belum pernah kamu lihat sebelumnya? Ini bukan hanya soal perjalanan. Tapi juga tentang perjuangan menemukan jati diri, menguak misteri kehidupan yang terlewat di masa lalu, dan mencari arti kehidupan sebenarnya hidup di dunia. "Mereka yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan akan muda...
Veintiséis (Dua Puluh Enam)
703      377     0     
Romance
Sebuah angka dan guratan takdir mempertemukan Catur dan Allea. Meski dalam keadaan yang tidak terlalu baik, ternyata keduanya pernah memiliki ikrar janji yang sama sama dilupakan.