Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Seoul

 

Jun Su kembali melihat kamarnya pagi ini. Ia sudah tidak terkejut. Sudah tidak mencari Jae Joong atau Nyonya Han. Nanti malam ia akan terbangun di Hamufield dan menemukan Jae Joong dan Nyonya Han lagi.

Jun Su menyingkirkan selimutnya dan baru akan bangun saat ia melihat lututnya. Tidak ada kapas dan plester. Tidak ada luka; bahkan bekasnya saja tidak ada.

Jun Su terdiam untuk beberapa saat. Ia menyentuhkan telunjuk kecilnya pada lututnya yang terluka kemarin; masih tidak percaya dengan mimpinya yang terasa begitu nyata. Tidak sakit.

“Jun Su, Eomma bilang kita akan jalan-jalan hari ini.” Jun Su mendongak dan mendapati Jun Ho yang tersenyum lebar di ambang pintu.

Jun Su hanya membalas dengan senyum manis dan anggukan. Jun Ho baru akan berbalik meninggalkan Jun Su saat Jun Su kembali memanggilnya, “Hyung,”

“Hm?” Jun Ho masih menyisakan senyum kecil di bibir dan mata jernihnya yang persis sama dengan milik Jun Su.

“Mmm…” Jun Su hanya menggumam kecil, berusaha menyusun kalimat untuk pertanyaannya yang tidak biasa. Jun Ho memandangi adiknya, menunggu dengan sabar sembari menyandarkan sebelah bahunya pada ambang pintu yang terbuka.

“Apa Hyung pernah terluka di mimpi?”

Jun Ho memiringkan kepalanya, berusaha mencerna pertanyaan Jun Su yang tiba-tiba.

“Maksudku, seperti, jatuh saat bermain sepak bola dan berdarah?” Jun Su menambahkan dengan cepat sambil memberikan gesture seakan ada luka besar di lututnya.

Jun Ho mengerutkan dahinya dan berusaha mengingat-ingat apakah ia memiliki mimpi semacam itu. “Ya, sepertinya. Aku pernah bermimpi guruku memukul kepalaku dengan keras karena tidak mengumpulkan tugas.” Jun Ho tertawa kecil mengingat pengalamannya sendiri, namun Jun Su terlihat serius.

“Apa di mimpi itu benar-benar sakit?” Jun Su melanjutkan pertanyaannya dengan semangat.

Jun Ho menghela nafasnya dengan keras dan kembali berusaha mengingat-ingat, “Mungkin… Entahlah, aku tidak yakin.”

Jun Su hanya menggumamkan ‘oh’ sambil mengangguk-angguk, lebih pada dirinya sendiri.

“Kenapa?”

Jun Su kembali mngeluarkan senyumnya dan menggeleng, “Tidak, Hyung. Aku hanya baru saja mendapat mimpi yang aneh.”

Kali ini Jun Ho yang menggumamkan ‘um’ dan mengangguk-angguk. “Cepatlah ke bawah. Sarapan sudah siap”

Jun Ho berjalan turun, meninggalkan Jun Su yang masih tenggelam dalam pikirannya.

 

 

Hamufield

 

Pagi kembali hadir di kota kecil itu. Seperti hari-hari kemarin, sinar mentari menembus masuk memlalui jendela kamar Jun Su.

Jun Su memandangi lututnya. Kapas dan plester. Ia menggerakkan kakinya, dan rasa sakit itu datang lagi.

“Jun Su, kita harus bersiap-siap ke pernikahan Eaton dan Melanie.” Nyonya Han terlihat di ambang pintu. “Masih sakit?” Nyonya Han berjalan mendekat saat mendapati Jun Su yang merintis pelan oleh luka di lututnya.

Nyonya Han memeluk Jun Su dengan sebelah tangannya, sebelah tangannya ragu-ragu untuk menyentuh plester yang menempel pada lutut anak bungsunya.

Jun Su terlalu tenggelam pada pertanyaan-pertanyaan di kepalanya, merasa aneh karena rasa sakir yang terasa begitu nyata. ‘Bukankah orang-orang biasanya terbangun saat akan merasa sakit di mimpinya?’ Mata Jun Su terlihat memandang jauh tanpa tujuan, ia bahkan tidak menyadari wajah cemas Nyonya Han.

 

 

Jae Joong berjalan sendirian mengagumi dekorasi taman gereja yang penuh dengan bunga. Bunga. Jae Joong selalu menyukai bunga dan taman.

Resepsi pernikahan baru akan dilaksanakan lima belas menit lagi, tapi para tamu undangan sudah terlihat berdatangan memasuki gereja. Anak-anak seumurannya terlihat bermain tidak jauh darinya.

Jae Joong masih berjalan-jalan tanpa arah saat ia melihat Yun Ho yang memasukkan kedua tangannya di saku dan berjalan tegak melihat sekelilingnya. Walau dengan wajah tirus dan dagu lancip, Yun Ho tetap dapat menunjukkan kesan hangat di wajahnya yang tersenyum menikmati pemandangan taman itu; sebagaimana Jae Joong juga menikmati suasana siang itu.

‘Mungkin dia memang tidak seburuk itu…’ Jae Joong semakin yakin dengan pikirannya. Ia sendiri tidak tahu bagaimana ia selalu membenci sosok Yun Ho selama ini.

Jae Joong berjalan mendekat ke sosok Yun Ho yang belum menyadari keberadaannya. “Hai.” Jae Joong menyapa dengan senyum kakunya.

“Hai.” Yun Ho hanya tersenyum, menatap lurus pada Jae Joong dengan mata tajamnya.

“Terima kasih sudah menolong adikku kemarin.” Jae Joong masih merasa canggung, sementara mata Yun Ho sedikir melebar dengan kalimat Jae Joong. Aneh. Mereka sudah menjadi teman sekelas sejak kecil, tapi tidak pernah berbicara dengan satu sama lain.

“Tidak masalah. Bagaimana adikmu?”

“Dia baik-baik saja.”

Yun Ho hanya mengagguk kecil. Keheningan yang canggung kembali dirasakan Jae Joong dan Yun Ho.

“Kau tidak memakai dasimu?” Jae Joong kembali memulai percakapan saat menyadari Yun Ho hanya menyampirkan dasinya di leher tanpa benar-benar mengikatnya; memberi kesan berantakan pada kemeja biru muda dan jas hitamnya yang sudah rapi.

“Aku, tidak tahu caranya.” Yun Ho memaksakan tawa kecil dan melihat ke tanah; menghindari tatapan Jae Joong. Itu menjadi kebiasaan Yun Ho saat malu.

Tanpa berkata apa-apa, Jae Joong mendekatkan dirinya pada Yun Ho, mengancingkan kancing putih teratas di kemeja Yun Ho yang sengaja tidak Yun Ho kancingkan.

Yun Ho hanya menatap Jae Joong dengan kaget, namun Jae Joong sudah terlihat serius mengikatkan dasi untuknya.

Mata Jae Joong terlihat sempurna, hidungnya mancung, bibir merahnya yang sedikit terbuka memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi, dan kulit wajahya terlihat begitu halus dari jarak wajahnya yang begitu dekat dengan wajah Jae Joong; membuatnya ingin mengelus pipi itu dengan punggung tangannya. Jae Joong tidak tersenyum, tapi Yun Ho tidak mengerti bagaimana Jae Joong tetap dapat terlihat begitu manis. Detik itu juga, Yun Ho bisa merasakan kelembutan Jae Joong meskipun wajahnya selalu terkesan dingin. Ia menyukainya.

“Sudah.” Jae Joong tersenyum dengan hasil karyanya. Dan tanpa Jae Joong sadari, senyuman itu memberikan efek yang kuat pada Yun Ho.

Yun Ho masih menatap Jae Joong dengan tatapan kagum yang tidak mungkin bisa ia sembunyikan. Jae Joong terlihat begitu sempurna saat tersenyum. Yun Ho tidak mengerti kenapa ia tidak menyadari itu selama ini.
‘Laki-laki lembut dan manis ternyata tidak buruk sama sekali.’ Yun Ho menyukainya.

 

 

Gereja kecil itu kembali penuh oleh penduduk Hamufield. Suara obrolan di sana-sini terdengar seperti gemuruh kecil yang memenuhi seluruh sudut ruangan.

“Terima kasih banyak atas bantuannya.” Nyonya Han menundukkan kepalanya saat mengucapkan terimakasih; salah satu kebiasaannya sejak kecil.

Dokter Ogweno yang baru saja mengambil tempat duduk di sebelahnya tersenyum ramah, “Jangan khawatir, itu hanya luka luar dan tidak serius.”

“Aku lega kalau begitu.” Nyonya Han memeluk Jun Su yang duduk di sampingnya, ikut berterimakasih pada dokter berkulit gelap di hadapannya.

Pintu gereja di buka; sosok cantik Melanie terlihat berjalan masuk dengan gaun putihnya, diiringi musik dan suara nyanyian anak-anak paduan suara. Semua tamu di dalam gereja segera berpaling menatap sosok Melanie, begitu juga dengan Jun Su, Nyonya Han, dan dokter Ogweno yang berada di barisan depan. Dari atas altar, Eaton menatap Melanie dengan senyum kagumnya. Perasaan gugup terlihat jelas di wajah laki-laki tinggi berlesung pipit itu.

Jae Joong dan Yun Ho terlihat fokus bernyanyi bersama dengan anggota paduan suara lainnya. Tapi ada yang berbeda kali ini; Jae Joong menyukai tempatnya berada di samping Yun Ho.

Yun Ho melirik Jae Joong sesekali. Jae Joong terlihat menawan dengan wajah seriusnya saat bernyanyi, ditambah dengan suara Jae Joong yang merdu. Baru kali ini Yun Ho benar-benar mendengarkan suara Jae Joong dengan serius.

 

Minggu di awal musim semi ini Eaton dan Melanie resmi menikah. Minggu di awal musim semi ini Yun Ho dan Jae Joong resmi berteman.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Foto dalam Dompet
528      369     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Love Invitation
571      402     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?
Kejutan
466      257     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media
Secret Love
348      234     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5551      1882     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
Trasfigurasi Mayapada
201      155     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...
Senja di Sela Wisteria
440      278     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Remember
424      287     3     
Fan Fiction
Sehun tidak mengerti kenapa Luhan bisa tidak mengenalinya setelah delapan tahun keduanya berpisah. "Maaf, tapi aku memang tidak mengenalmu."-Luhan "Apa dia mengalami amnesia?"-Kai "Siapa kau sebenarnya, hah!"-Sehun "Maafkan aku ...." -Luhan Apa yang terjadi pada Luhan? Kenapa dia bisa melupakan Sehun?
SATU FRASA
15622      3301     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Sanguine
5530      1695     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...