Read More >>"> I N E O (10 ; Asking for Help) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - I N E O
MENU
About Us  

"Ahh...ahh!!!"

Sora terbangun tiba-tiba ketika badannya digulingkan ke samping oleh lelaki yang belum bisa berbicara itu. Lelaki bernama Han Seungwoo itu dengan polosnya membangunkan Sora dengan cara yang sedikit brutal, untungnya Sora memaklumi hal tersebut dan hanya bisa menghela napas sembari memijit keningnya yang terbentur dinding kamar.

'Daripada ngoceh ahh uhh ahh uhh terus, nanti gue ajarin ngomong aja deh, semoga aja gue gak stress pas ngajarin dia.'

Sora bangun dari tidurnya dan tersenyum pada Seungwoo yang sudah berdiri di sampingnya dengan senyuman yang sangat menggemaskan. Betapa beruntungnya Sora karena pagi harinya terasa begitu nikmat, dengan suguhan berupa senyuman manis dari lelaki yang berdiri di hadapannya ini.

"Ada apa Seungwoo? Kamu laper? Lain kali banguninnya yang lembut dong, tenagamu kenceng banget tau gak? Untung aja jidatku gak berdarah."

Seungwoo hanya mengerjap sambil menganggukkan kepalanya, lalu setelah itu ia menarik tangan Sora dan mengajaknya untuk sarapan. Sora pasrah ketika ditarik oleh Seungwoo, namun setelah itu ia membelalakkan kedua matanya ketika melihat pemandangan yang tidak biasa di hadapannya.

Seungwoo menyiapkan sarapan berupa semangkuk sereal untuk mereka berdua. Hati Sora menghangat, tidak menyangka jika Seungwoo bisa menghidangkan semangkuk sereal seperti yang ia lihat sekarang. Sungguh kemajuan yang sangat cepat, padahal tidak ada yang mengajarinya. Berpikir positif saja, siapa tahu Seungwoo mencontohnya lewat saluran televisi yang ditontonnya kemarin.

"Seungwoo, habis ini kita pergi belanja pakaian ya? Gak mungkin juga kamu pake pakaian si Buyung terus."

Seungwoo mengangguk dan mempersilakan Sora untuk duduk dengan mendorong kursinya ke belakang, dan wanita itu hanya tersenyum lalu duduk di kursi dengan kondisi jantung yang sudah tidak dapat ia kontrol. Setelah itu, baru Seungwoo duduk di sampingnya dan mulai menyantap semangkuk serealnya dengan rakus.

Sora yang awalnya berbunga-bunga karena diperlakukan manis oleh Seungwoo, mendadak kembali prihatin ketika mengingat kondisi lelaki yang ia kira mengalami gangguan mental ini.

Seungwoo juga terlihat masih kesusahan ketika makan dengan menggunakan sendoknya. Bibirnya belepotan penuh dengan susu, dan cara makannya pun tidak seperti orang dewasa pada umumnya.

Sora yang awalnya sempat murung, mendadak langsung menyunggingkan senyumannya ketika Seungwoo menatap ke arahnya, lalu setelah itu Sora memutuskan untuk fokus dengan makanannya karena hari ini ia harus mengajari Seungwoo banyak hal.

Ah iya. Kebetulan Sora besok harus pulang ke rumah karena papanya yang sepertinya terlihat marah setelah anaknya ini membeli apartemen mahal secara tiba-tiba. Bukannya memikirkan apa yang harus ia katakan pada ayahnya, ia malah lebih memikirkan Seungwoo yang tentunya harus ia tinggal sendirian.

Harus kepada siapa ia meminta bantuan untuk menjaga Seungwoo selama ia tidak berada disini? Sora takut jika ia tidak bisa kembali ke apartemen ini secepatnya. Meminta bantuan Byungchan? Bahkan kakaknya itu tidak dapat diandalkan. Terlebih Byungchan terlihat sangat membenci Seungwoo, sangat tidak mungkin untuk meninggalkan Seungwoo bersama Byungchan disini.

"Uuuuu..."

Sora mengalihkan pandangannya pada Seungwoo yang sedang menunjukkan mangkuk kosongnya tepat di hadapan Sora. Sora hanya tersenyum tipis, lalu tanpa sengaja ia malah mengusap-usap kepala Seungwoo seperti ia memperlakukan anak kecil yang pintar karena mau menghabiskan makanannya.

Sora menghentikan aksinya ketika Seungwoo menatapnya dengan tatapan yang sangat dalam. Detak jantung Sora kembali beradu dengan cepat, entah mengapa tatapan lelaki di hadapannya ini terlihat seperti ingin mengungkapkan perasaan cinta terdalamnya, namun Sora buang jauh-jauh pemikiran tersebut, mengingat keadaan Seungwoo saat ini yang jelas berbeda dengan orang normal lainnya.

💦

"Bang, lo ngapain senyum-senyum kayak orang gila? Gak lagi kesambet kan lo?"

Lelaki yang tengah sibuk tersenyum sambil memikirkan kejadian tempo hari itu lantas menatap lelaki di hadapannya dengan mata yang berapi-api. Ia menjadi kesal karena lelaki yang merupakan sepupunya ini harus mengganggu acara melamunnya.

"Udah berani manggil dosen lo sendiri pake kata 'lo' ya? Mau nilai lo gue kasih E?"

"Dih! Ngancemnya pake nilai. Kan sekarang kita lagi gak di kampus bang."

"Masalahnya gue kesel lo lagi ganggu gue yang lagi sibuk memikirkanㅡ"

"Cieeee! Bang Uyon naksir cewek? Akhirnyaaaa!!! Abang sepupu sekaligus dosen gue yang paling anti deket sama cewek akhirnya tobat jugaaa!"

Teriakan Yohan mengundang atensi para pembeli yang sedang sibuk berbelanja di dalam sebuah tempat perbelanjaan. Wajah Seungyoun memerah karena malu, dan dengan cepat ia memiting kepala Yohan di dalam dekapannya.

"Kalo ngomong tuh volume-nya kecilin dikit kek! Suara lo berisik parah! Gue malu elah diliatin orang-orang. Mending lo cepetan milih celananya. Gue capek nungguin lo milih celana dari tadi."

"Yang penting bayarin celananya ya bang?"

"Iya, dasar cerewet!"

Seungyoun hanya bisa mendengus kesal ketika Yohan kembali asyik memilih celana untuk ia beli, lalu beberapa saat kemudian Yohan kembali dengan lima celana panjang yang langsung ia sodorkan pada Seungyoun.

"Mau lo beli semuanya?"

Dengan wajah polosnya, Yohan mengangguk sambil memasang cengiran di sudut bibirnya. Seungyoun hanya pasrah dan langsung mengajak Yohan menuju kasir, dan langsung ia bayar semua celana yang diinginkan adik sepupunya itu dengan menggunakan black card-nya.

Perlu diketahui, memang Seungyoun ini merupakan anak dari seorang pengusaha tambang yang sangat kaya raya. Meskipun hidupnya bergelimang harta, Seungyoun tidak pernah menindas ataupun meremehkan orang lain yang tidak sebanding dengan dirinya.

Awalnya ayahnya memaksanya untuk mengikuti jejaknya agar menjadi pengusaha saja, namun Seungyoun tidak mau dan malah memilih menjadi dosen, karena ia sangat mencintai dunia pendidikan dan juga jurusannya, pariwisata.

Dan tidak banyak yang tahu jika Yohan dan Seungyoun merupakan saudara sepupu, bahkan Sora pun tidak tahu karena memang Yohan tidak ingin membanggakan Seungyoun di hadapan teman-temannya.

Ia tidak ingin dicap sebagai orang yang sombong, dan Seungyoun juga tidak suka jika hubungan persaudaraannya dengan Yohan diketahui mahasiswanya. Bisa-bisa banyak wanita yang meminta Yohan untuk menjodohkan mereka dengan Seungyoun. Seungyoun sangat benci itu.

Dan Yohan hari ini mengajak Seungyoun ke sebuah tempat perbelanjaan karena ia ingin membeli celana. Terlebih Seungyoun memang berjanji untuk membelikan Yohan apapun yang ia mau karena minggu lalu Seungyoun kalah ketika bermain game dengan Yohan. Jadi, mumpung tidak ada jadwal mengajar dan perkuliahan hari ini, membuat Seungyoun meluangkan waktunya sejenak untuk Yohan.

💦

"Eh bang, ada temen gue si Sora lagi belanja disitu. Gue sapa bentar ya."

Yohan menyerahkan barang belanjaannya kepada Seungyoun, lalu ia berlari untuk menyapa teman terdekatnya di kampus, Sora. Seungyoun terkejut karena melihat Sora sedang berada di pusat perbelanjaan yang sama dengannya, dan dengan senyuman tipis yang tersungging di bibirnya, ia mengikuti Yohan karena ingin ikut menyapa mahasiswanya itu.

"Sor! Lo lagi nge-mall disini juga ternyata. Dunia sempit banget sih. Hahaha."

Sora terkejut karena pundaknya disentuh oleh seseorang dari samping, dan ia membelalakkan matanya karena melihat teman yang paling dekat dengannya di kampus itu ternyata juga berada di pusat perbelanjaan yang sama.

"Eh, lo sama siapa Sor? Sama pacar? Wait, sejak kapan lo punya pacar? Kok gak bilang-bilang dulu sama gue?"

"Eh, dia bukan pacar gue. Loh, pak Seungyoun?"

Yohan menoleh ke belakang dan melihat Seungyoun yang sudah tersenyum manis kepada teman perempuannya itu. Yohan menaikkan sebelah alisnya, melihat ada gelagat aneh yang ditunjukkan sepupunya itu. Tidak pernah ia melihat Seungyoun tersenyum semanis itu dengan wanita, apalagi Seungyoun memang dikenal dingin dan sangat menjaga jarak dari semua mahasiswinya.

"Kamu sama pacar kesini?"

Seungyoun melirik ke arah Seungwoo yang tengah bersembunyi di balik punggung Sora karena takut, membuat atensi Yohan juga beralih pada lelaki aneh tersebut sambil mengangkat sebelah alisnya karena heran.

"Bu-bukan pak. Ini sepupu yang saya ceritakan kemarin. Seungwoo, gak usah takut. Mereka orang baik kok."

Sora menarik tangan Seungwoo agar lelaki tersebut tidak bersembunyi terus di belakangnya, dan karena Sora sepertinya mengenal kedua lelaki asing di hadapannya, Seungwoo memilih untuk menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada kedua lelaki tersebut.

Seungyoun mengangguk paham dan malah mengusak rambut Seungwoo dengan lembut, membuat Yohan lagi-lagi memicingkan matanya karena tidak biasanya sepupunya itu bertindak lemah lembut dengan orang asing yang baru ditemuinya.

"Sepupu lo kok agak aneh ya Sor? Mana gak pake sepatu atau sandal kayak gitu."

Sora mengikuti arah pandang Yohan dan betapa terkejutnya karena Seungwoo tidak menggunakan alas kaki apapun, entah sejak kapan. Seingatnya, setelah turun dari bus tadi Seungwoo masih memakai sepatunya, dan ia tidak paham mengapa Seungwoo malah melepas sepatu miliknya. Membuat Sora menjadi kesal saja.

"Seungwoo! Kamu tadi ngelepas sepatumu dimana hah? Itu kan sepatu gue pinjem dari si Buyung! Bisa marah kalo sepatu dia gue ilangin!"

"Aaaahhh... ah!"

Seungyoun dan Yohan memandang iba kepada lelaki di hadapannya ini yang terlihat frustasi ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa. Seungwoo hanya menunjuk-nunjuk ke arah depan dengan wajah sedihnya, namun Sora tetap tidak paham apa maksudnya. Seungyoun ingat betul kemarin Sora mengatakan jika sepupu mahasiswanya ini memiliki keterbelakangan mental, dan ternyata Sora tidak berbohong kepadanya.

"Biar saya saja yang membelikan sepatu baru untuk sepupumu. Ukuran kakinya berapa?"

"Eh, tidak usah pak. Kenapa malah bapak yang repot-repot membelikan sepatu untuk sepupu saya? Saya masih mampu membelikan Seungwoo sepatu baru kok pak."

"Ekhem, gak baik menolak rejeki abang gue Sor. Udah terima aja niat baiknya, lagian dia emang sengaja mau buang-buang duitnya yang gak habis-habis."

"Abang? Maksud lo apaan?"

Yohan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu setelah mengembuskan napas perlahan, Yohan menjelaskan hubungannya dengan dosen killer mereka satu ini. Setelah mengetahui jika keduanya saudara sepupu, Sora awalnya ingin marah karena Yohan tidak memberitahunya sejak lama, namun ia paham mengapa mereka berdua berpura-pura tidak mengenal satu sama lain ketika berada di lingkungan kampus.

"Ngobrolnya dilanjut nanti saja. Mumpung saya sedang ada disini, saya mau membelikan sepupumu itu sepatu. Kalau perlu pakaian dan yang lain sebagainya. Kamu sebutkan saja apa yang sepupumu itu butuhkan."

"Ta-tapi pak?"

"Sebutkan apa yang sepupumu butuhkan atau nilai kamu saya kasih E!"

Sora menyerah dan memilih untuk menyebutkan semua yang dibutuhkan Seungwoo. Mulai dari pakaian, sepatu, dan barang-barang lainnya yang sekiranya tidak akan membuatnya untuk harus meminjam milik Byungchan lagi.

Seungyoun tidak main-main dalam ucapannya. Lelaki itu mengambil banyak sekali pakaian dan beberapa pasang sepatu. Sora bahkan tidak paham atas dasar apa dosennya ini mau menghamburkan uangnya untuk membelikan Seungwoo segala yang ia butuhkan. Atas dasar kasihan? Atau karena Sora adalah mahasiswanya? Jelas hanya Seungyoun saja yang tahu alasannya.

"Sor, kok lo gak pernah cerita tentang sepupu lo itu sih? Dia agakㅡehmㅡanu... agak gitu ya?"

Lelaki yang sejak tadi ditatap Yohan itu sedang duduk di sebelah Sora sambil kakinya ia goyangkan ke atas dan ke bawah, merasa bahagia karena mendapatkan sepasang sepatu baru. Sora hanya bisa menghela napas dan sepertinya ia harus menceritakan yang sejujurnya pada Yohan, terlebih Sora juga saat ini membutuhkan bantuannya.

"Besok gue ceritain. Tapi gue boleh minta tolong sesuatu gak ke lo? Gue gak tau harus minta tolong siapa lagi soalnya. Terus juga jangan bilang pak Seungyoun, gue gak enak."

"Minta tolong apaan?"

"Tolong lo besok jagain Seungwoo. Gue harus ngehadap papa gue dan gue gak bisa bawa Seungwoo. Pokoknya nanti gue jelasin semuanya. Oh iya, nanti juga lo gue kasih tau alamat apartemen gue."

"Kenaㅡ"

Sora dengan cepat menempelkan telunjuknya pada bibir Yohan dan langsung tersenyum manis pada Seungyoun yang baru saja selesai membayar dan kembali ke tempat mereka bertiga duduk.

"Butuh bantuan saya lagi tidak? Saya siap membantu sepupumu, Sora."

💦

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Maze Of Madness
3108      1308     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Kanvas Putih
91      79     0     
Humor
Namaku adalah Hasywa Engkak, yang berarti pengisi kehampaan dan burung hitam kecil. Nama yang memang sangat cocok untuk kehidupanku, hampa dan kecil. Kehidupanku sangat hampa, kosong seperti tidak ada isinya. Meskipun masa depanku terlihat sangat tertata, aku tidak merasakannya. Aku tidak bahagia. Wajahku tersenyum, tetapi hatiku tidak. Aku hidup dalam kebohongan. Berbohong untuk bertahan...
The pythonissam
321      242     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
When I Was Young
7786      1615     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
My Rival Was Crazy
76      65     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
Cute Monster
600      330     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Once Upon A Time: Peach
793      471     0     
Romance
Deskripsi tidak memiliki hubungan apapun dengan isi cerita. Bila penasaran langsung saja cek ke bagian abstraksi dan prologue... :)) ------------ Seorang pembaca sedang berjalan di sepanjang trotoar yang dipenuhi dengan banyak toko buku di samping kanannya yang memasang cerita-cerita mereka di rak depan dengan rapi. Seorang pembaca itu tertarik untuk memasuki sebuah toko buku yang menarik p...
The Story of Fairro
1987      674     3     
Horror
Ini kisah tentang Fairro, seorang pemuda yang putus asa mencari jati dirinya, siapa atau apa sebenarnya dirinya? Dengan segala kekuatan supranaturalnya, kertergantungannya pada darah yang membuatnya menjadi seperti vampire dan dengan segala kematian - kematian yang disebabkan oleh dirinya, dan Anggra saudara kembar gaibnya...Ya gaib...Karena Anggra hanya bisa berwujud nyata pada setiap pukul dua ...
IRIS
465      339     2     
Short Story
Alf terlahir dalam dunianya yang gelap, sementara Faye hidup dalam sisi yang berlawanan dengannya. Namun, siapa sangka jika ternyata sesekali Faye menginginkan hidup di posisi Alf. Sedangkan Alf telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan hitamnya, bukan beralih ke dunia putih milik Faye, namun ke kehidupan yang sebelumnya telah dipilih ibunya, Sang Pengkhianat.
The Eternal Witch
19199      2698     6     
Fantasy
[Dunia Alternative] Perjalanan seorang pengembara dan petualang melawan dan memburu entitas Penyihir Abadi. Erno Orkney awalnya hanyalah pemuda biasa: tak berbakat sihir namun memiliki otak yang cerdas. Setelah menyaksikan sendiri bagaimana tragedi yang menimpa keluarganya, ia memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Dimulai dari mengapa ia menerima tragedi demi tragedi, identitasnya...