Raga, boleh aku bercerita padamu tentang hari itu? Kalau kamu sudah lupa, tolong biarkan aku membawamu kembali ke belakang. Dimana memori - memori tak pernah lekang.
Hari itu setelah rintik air berhenti, kamu masih bergeming di depan kedai roti. Melihat jalan dipenuhi kendaraan lagi setelah tadi sempat sepi. Matamu menerawang jauh ke arah langit. Berpikir, "Apakah hujan akan turun lagi setelah ini?"
Kamu tidak membawa payung hari itu. Memastikan air langit sudah benar - benar berhenti turun adalah usahamu agar tidak kebasahan saat di perjalanan. Jarak sekolah tidak jauh dari rumahmu. Maka, kamu memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan. Kamu berpikir kamu akan merasakan betul arti berjuang menuntut ilmu. Merasakan panas ketika matahari bersinar terik, dan kedinginan ketika hujan.
Seorang gadis berseragam sekolah serupa denganmu berjalan mendekat. Sepertinya ia ingin bergabung denganmu, duduk di kursi panjang didepan kedai. Kulitnya putih bersih, disiram cahaya lembut matahari sore yang hangat. Rambutnya pendek sebahu, bergoyang kecil seiring berjalan. Tas punggung berwarna merah dan sepatu putih membuatnya terlihat manis. Ia sedang mendengarkan musik melalui kabel yang dihubungkan pada ponsel ditangan kiri.
Kamu menatapnya intens. Setelah semakin dekat, kamu baru menyadari bibirnya yang merah muda itu bergerak mengikuti lirik yang kamu tahu lagu apa itu. Itu lagu favoritmu. Tanpa sadar kamu tersenyum. Lalu menyapa, "Hai."
Gadis itu menoleh. Ia tersenyum, membalas sapaanmu, "Hai juga." Kamu tertegun sesaat. Sungguh itu senyum tulus yang sangat manis. Dengan canggung kamu bertanya, "Suka lagu itu?" Ia mengangguk samar.
"Boleh lepas earphone-nya? Aku mau mendengarkan juga," katamu. Lalu dia dengan senang hati melepas kabel itu dari ponselnya, agar kamu ikut mendengarnya. Diam - diam kamu menahan senyum. Gadis yang didepanmu ini sangat baik.
"Kamu suka lagu ini?" tanyanya.
"Iya, itu lagu favoritku," jawabmu. Lalu ia mengangguk - angguk. "Kenapa belum pulang?" kamu bertanya.
"Aku menunggu dijemput supir." Ia tersenyum, lalu balik ternyata, "Kamu?"
"Aku berjalan kaki. Rumahku tidak jauh dari sini."
"Kenapa belum pulang?"
"Menunggu hujan benar - benar reda."
"Hujannya sudah berhenti dari tadi."
"Tidak ada yang tahu kalau nanti hujan lagi."
Gadis itu memutar bola matanya, "Lantas kamu mau disini semalaman?"
Kamu tertawa. Benar juga kata dia.
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan kalian. Kamu langsung menyadari bahwa mobil itu adalah jemputan gadis didepanmu. Kamu merasa sedikit kecewa. Entah karena kamu tidak akan mendengar lagu favoritmu itu, atau karena kamu berpisah dengan gadis itu.
"Aku dijemput. Terimakasih sudah menemaniku," katanya seraya berdiri. Ia tersenyum manis sekali.
Kamu mengangguk. Sebelum ia masuk kedalam mobilnya, kamu berkata, "Kita belum berkenalan." Ia berbalik badan. Lalu tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Kala," ucapnya. Kamu menyambut uluran tangan itu dan menyebutkan namamu, "Raga."
"Sampai jumpa lagi, Raga."
"Sampai jumpa lagi, Kala."
Kala masuk kedalam mobilnya. Kamu melihatnya melambaikan tangan melalui kaca yang terbuka. Setelah membalas lambaian tangannya, kamu beranjak dari sana. Dalam setiap langkah kakimu kamu berharap, semoga suatu hari kamu bisa menjadi lebih dekat dengan Kala.