Cuaca sore itu terlihat cerah dengan awan yang beriak melintas. Suara beberapa murid yang saling bercengkrama pun terdengar berisik di koridor lantai 1. Mungkin karena sudah waktunya pulang sekolah, koridor lantai 1 akan sedikit ramai selama beberapa menit sebelum akhirnya hanya beberapa murid saja yang menetap di sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler. Namun untuk sosok cowok bergigi kelinci yang sedang berdiri di balik pilar sepertinya pengecualian. Karena cowok itu hanya anggota ekskul fotografi yang jarang datang—lebih tepatnya dia akan datang kalau sedang tidak mager.
Di balik pilar koridor yang mengarah ke parkiran, cowok itu mengintip sepasang murid yang tengah mengobrol ringan. Wajah cewek yang tengah mengobrol dengan cowok yang berdiri di hadapannya memerah ketika si cowok memasangkan helm. Keduanya tampak tertawa tanpa suara sebelum si cowok menyalakan mesin motornya, kemudian si cewek naik di jok penumpang dan motor ninja berwarna putih itu pun meninggalkan lingkungan sekolah.
Sosok cowok bergigi kelinci dengan tali kamera yang melingkar di lehernya pun menghela napas kemudian kaget saat bertemu pandang dengan cewek berwajah bulat dengan rambut dikuncir dua.
Cewek itu memiringkan kepalanya dengan raut wajah yang polos. “Tadi itu, mereka pacaran, ya?” tanya cewek itu dengan nada 50 persen penasaran, 50 persen mendesak cowok di depannya untuk menjawab.
Cowok bergigi kelinci itu menghela napas pendek kemudian mendorong cewek di depannya ke samping untuk tidak menghalangi jalannya. “Gue mau ke taman belakang. Jadi nggak usah ngikutin!”
“Ih, Handi! Pertanyaan gue belum dijawab!” balas si cewek dan menyamakan langkah kakinya dengan cowok bergigi kelinci yang dia panggil Handi.
Handi berdecak sebal kemudian menghentikan langkahnya untuk berhadapan dengan cewek yang tiba-tiba berada di dekatnya itu. “Kalau mereka pacaran, emang kenapa? Lo cemburu?” tanya Handi dengan nada sebal dan mata-nya yang berubah malas.
Cewek itu menggeleng cepat. “Nggak, nggak. Gue aja nggak tahu gimana rasanya cemburu.”
“Ha? Apaan dah,” Handi menggeleng tidak mengerti pada cewek itu lalu kembali berjalan menjauh. Tapi sepertinya, cewek itu masih tidak puas dengan jawaban Handi.
Cewek itu menghalangi jalannya dengan kedua tangan memegang pinggang. “Lo pasti tahu, kan, gimana rasanya suka sama orang?”
Handi menggulirkan kedua bola matanya malas. “Ya, terus?”
Cewek itu tersenyum lebar. “Ih, kayaknya pacaran itu seru banget, ya! Tadi juga si Sena romantis banget sama Ajeng!” ucap cewek itu riang dengan mata yang berbinar polos. “Terus, ya, gue juga sering—“
“Udah, deh, Ca. Maksud lo ngobrol sama gue apa, sih?” Handi menatap Caca sebal setelah memotong kalimat cewek bawel itu.
Caca mengerjapkan kedua matanya dengan bibir mengerucut. Cewek itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan dramatis sebelum bertanya. “Lo tahu gimana rasanya mencintai seseorang, Han?”
“Ha?”
( b e r s a m b u n g )
a.n
Hai semuanya! Udah lama aku nggak upload cerita apa pun ke sini. Hehe, aku balik lagi dengan cerita yang mungkin bisa kalian sukai nantinya. Selamat bertemu di chapter 1 besok!
See u!