Namaku Salma Habibah. Aku adalah tukang ngacir alias hobi traveling. Bulan Agustus tahun lalu aku dan teman-temanku melakukan ekspedisi plus berlibur ke Pulau Belitung selama 10 hari. Sebelum kepulangan kami ke Jakarta, kami ber-12 membeli oleh-oleh seperti wisatawan pada umumnya. Kami pun mendatangi salah satu toko souvenir yang didalamnya cukup lengkap karena menjual aksesoris, makanan khas, sampai macam-macam kaos. Aku yang berniat membelikan kaos Laskar Pelangi untuk adikku langsung menuju area kaos.
Waktu pun terus berlalu, semua teman-temanku sudah selesai berbelanja. Beberapa sudah mulai kembali ke mobil sewaan. Sedangkan, aku masih di dalam toko dan masih kebingungan mencari ukuran kaos yang pas untuk adikku. Beruntung masih ada 2 orang temanku yang mengantri di kasir dan bersedia menungguku.
Ketika aku ingin membayar, kartu atm yang aku pakai tidak berfungsi. Beberapa kali petugas kasir mencoba menggesekan kartu ke mesinnya selalu saja gagal.
“Sal, cepeten woy udah ditungguin nih, supirnya buru-buru katanya” kata Bella, temanku yang menungguku di pintu keluar.
“Ia ini gak bisa terus atm nya” ujarku panik. Aduh, gimana coba ini masa belanjaan gak jadi dibeli, pikirku.
“Bisa gak? udah pake punya gua aja. Ini di grup udah pada bawel nih anak-anak nyuruh cepet” ujar Dyah, temanku yang satunya lagi.
Sembari buru-buru melakukan transaksi di kasir, penjaga toko berkata kepada kami :
“Dek, kalau mau, nanti kalian boleh bawa minum beberapa buat temen-temennya yang udah nungguin. Anggap saja sebagai ucapan terimakasih udah belanja di sini”
“ia pak, makasih ya pak” kataku sambil menyempatkan tersenyum walaupun sedang terburu-buru.
Setelah selesai, aku bergegas membawa barang belanjaan dan tak lupa membawa beberapa cup minuman yang tersisa di satu kardus.
Saat akan menyebrang jalan, tiba-tiba Bella terkejut.
“Loh? Sal? Cup minumannya loe bawa sekardus?“ tanyanya
“ia, kan lumayan buat dibagiin ke temen-temen kita nanti. Lagian ini gak berat kok, tinggal sisa yang di bawah,” jawabku dengan polos
“Salma, salma, loe ngerti gak sih kalau BEBERAPA itu bukan SEKARDUS?” ujar Dyah sambil geleng-geleng dan tertawa.
“Pokoknya besok kalau ke toko souvenir gue gak akan bawa-bawa loe sal, gua takut malu lagi,” tambah Bella.
Sesampainya di mobil, Bella dan Dyah menceritakan apa yang baru saja terjadi sambil tak henti-hentinya tertawa. Sedangkan aku, yah, aku hanya bisa nyengir, hehe..
“Udah ketawanya udah, nih yang aus yang aus, minuman gratis minuman gratis” kataku berkoar-koar di mobil.
Dari kejadian tersebut aku sadar, kepanikan bisa menimbulkan kesalahan. Kebanyakan ambil minuman contohnya, hehe..