‘’Selalu ada kegilaan dalam cinta. Tapi juga selalu ada alasan dalam kegilaan’’ begitulah ucapan Nietzsche dalam kitab suci Zarathustra. Cinta bukanlah bom atom yang pernah menghancurkan Hirosima dan Nagasaki. Dan yang paling penting, bukanlah kekerasan. tapi sebentar dulu. walaupun begitu. Si fasis Hitler dan fasis Italia, Musolini. Mereka pernah jatuh cinta. Lantas bagaimana dong? Jadi, Aku pikir cinta juga akan menjadi peluru untuk sesuatu yang penuh dengan kekerasan. serius deh, aku jadi bingung sekarang. Tapi silahkan saja menduga-duga, kalian punya kesempatan yang bebas nilai untuk bagaimana menafsirkan cinta.
Malam itu Sekar datang pada acara grand launching buku Jazz Untuk Nada karyaku. ia datang sangat terlambat dan menggunakan jas hujan. Sekar adalah Mahasiswa Bahasa Inggris yang punya penampilan aneh. Kalian tau bagaimana seorang nerd atau kutu buku berpenampilan dan bersikap? Nah.. si gadis bernama Sekar akan terlihat seperti itu. Menggunakan celana jens yang ketat dan biru lalu berhijab. Hijab yang sangat-sangat tidak kontras dengan pakainya. Kenapa aku berkata seperti itu? Bukan untuk menyakiti atau menjatuhkan. Hanya saja mengkritik. sebab Beberapa saat yang lalu aku mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan tata busana. Oh Tuhan. Apakah ia berpikir ini adalah agenda pengajian ibu-ibu? Maksudku, tidak seharunya ia berpenampilan seperti itu. Harusnya ia menggunakan dress dan sepatu hak tinggi. Menggunakan kalung serta anting-anting. Mungkin itu akan jauh lebih baik. Tapi kalau dipikir-pikir, walaupun penampilanya seperti itu. Ia terlihat cantik juga.
jika aku analogikan, Sekar adalah gadis kecil yang ketika turun hujan selalu berada dibalik jendela untuk menyaksikan terplesetnya air dari genting. Dan jika terdengar suara geledek, Ia akan lari kepada maminya untuk bersembunyi. Maksudku begini, ia jadi gadis manis dan cantik yang pemberani, mungkin. datang seorang diri keacara peluncuran buku puisi yang jauh dari rumahnya dimana turun hujan lebat. Tapi ia datang membawa kebahagian yang terpancar pada raut wajah pucat kurusnya. Dan menurutku, ia meninggalkan beberapa kebahagian itu pada auditorium. yang kemudian sisa kebahagiaan yang tertinggal itu aku bawa pulang kerumah setelah semuanya bubar meninggalkan acara. Maksudku begini. Aku membawa perasaan yang meliriskan ke rumah dan itu ada hubunganya dengan Sekar. besok aku mau bilang langsung ah. Aku akan bilang seperti ini:
(dalam hayalan imajinatif seperti seorang autis yang tersesat di hutan sabana Spanyol)
‘’hi Sekar.. lihat kesini deh, aku suka sama kamu. Sebab kamu membawa kebahagian. kebahagian yang kamu bawa itu, ada hubunganya dengan perasaan yang kemaren aku bawa pulang kerumah setelah Launching buku itu selesai. btw Aku melamun sepanjang hari dan berpikir keras tentangmu’’.
Atau aku akan berkata seperti ini:
‘’Sekar.. aku adalah anak muda aneh yang intoleran. Jadi, apakah kamu mau jadi kekasihku? Aku menulis novel dan membaca novel sepanjang hari. Lalu tidur dan minum susu. Aku suka tidur dan bangun agak siang. Apakah kamu suka panas-panasan?”
Imajinasi seperti itu ternyata hanya bualan utopis saja. Aku tidak yakin betul berani menyatakanya langsung. Sebab aku adalah laki-laki pemalu yang punya pipi merah ketika tersipu.
Dirumah aku bertanya-tanya lagi. Apa yang kemudian menjadi motif Sekar datang keacara yang sangat tidak penting itu? Hanya mendiskusikan buku jelek yang berkisah tentang seorang gadis yang menyedihkan dan menyebalkan. Apakah Sekar datang karena ia menyukaiku? Hanya karena aku adalah seorang anak muda yang produktif menghasilakan tulisan-tulisan sampah? Atau, apakah Sekar datang dibawah ketidaksadaranya untuk bertemu Hemingway muda? Ah entahlah. Yang jelas gadis itu datang dan menjadi penonton yang baik
Kota kecil yang jauh ini memang selalu turun hujan beberapa bulan belakangan. Jika kaliian percaya bahwa Bogor adalah kota hujan. Maka kalian pun harus percaya pula bahwa Magelang adalah kota hujan. Magelang yang hujan dan indah, kota yang katanya mempunyai sejuta bunga dan tentara. Aih tentara. Sebenarnya aku ingin bercerita tentang tentara kepada kalian. tapi, Sebentar-sebentar. aku harus bertanya dulu pada penulisnya. Boleh atau tidak aku bercerita tentang tentara kepada kalian. Mohon bersabar dan ditunggu sebentar ya. Hmmm...
Oh, penulisnya ternyata rendah hati dan manis sekali. Aku diperbolehkan untuk bercerita kepada kalian tentang tentara. Jadi begini, Aku tidak terlalu suka tentara. Mereka begitu sombong dan arogan. senjata yang mereka miliki hanya digunakan untuk membunuh dan membunuh. Itulah kenapa aku tidak suka tentara. Tentara selalu menggunakan jalan kekerasan untuk mengatur. Beberapa kali aku dipukul tentara saat demonstrasi. Mereka kasar dan fasis. Aku pikir mereka tanpa cinta dan tidak memanusiakan manusia.
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-data yang mendukung. Jadi begini, Di kotaku ada gunung tengah kota. Konon katanya, gunung itu adalah pusat peadaban manusia. Ada pelangi yang melayari perahu kertas sampai ke sorga merah kuning hijau. Ada perguruan tinggi yang punya mahasiswa-mahasiswa Sosialis yang romantis. Ada candi Borobudur. Ada hutan-hutan rimbun yang selalu memberikan penghidupan. Dan pastinya, ada sekar disini. Dan Jika malam datang. Bintang dan bulan selalu bercintaan diatas sana. Sumpah deh. Aku tidak berbohong. Magelang lebih indah dari New York atau Paris. Tapi lagi-lagi. Ada terntara di Megalng. Aku tidak suka. Hanya itu.
Kembali kepada Sekar. Aku pikir ia telah mengenalku lebih jauh. dan pasti dia tahu bahwa aku adalah tuan rumahnya. Seorang anak laki-laki manis yang berwajah kering penuh jerawat. Walaupun begitu, aku yakin sekali. Bahwa Sekar akan menyukaiku seperti kucing berbulu putih kemerahan. Selain manis aku adalah penulis yang tidak terkenal. Sebab bukuku sangat-sangatlah jelek dan membosankan. Buku-bukuku tidak laku terjual.
Sebenarnya kalau kalian mau tahu. aku yang mengundang Sekar untuk datang keacara peluncuran bukuku. Jadi seperti ini ceritanya. aku harus pula menjelaskanya kepada kalian tentang awal perkenalanku dengan Sekar. Supaya kalian pembaca-pembaca bodoh bisa pula mengerti. Jujur saja, aku akan jujur kepada kalian wahai pembaca bodoh. Aku mengenal Sekar dari BBM. Kira-kira 2 tahun yang lalu. Pasca berakhirnya masa orientasi mahasiswa baru di universitas tempat aku dan Sekar belajar. Aku mencoba mencari informasi tentangnya. Sebab aku penasaran. Maka aku mencari. waktu itu, waktu ospek. sekar terlihat anggun dan seperti kapas. Maksudku, ia begitu putih dan lembut. Sebenarnya aku kesulitan juga mencari informasi tentang Sekar. Beberapa saat aku mencarinya lewat teman-teman. Aku juga mencari informasi tentangnya melalui internet. Ini cukup aneh bukan. Dan aku pikir modernisasi berhasil membawa dan memberikan akses informasi dalam dunia maya tentang seseorang wanita. Dan membawanya pada dunia nyata pula. seharusnya aku tidak perlu anti kepada kapitalisme. Sebab era digital dan kapitalisme membawaku pada Sekar. Maka aku sampaikan terima kasih banyak kepada si keparat Amerika dan si bajingan Washington. Era digital memang gila. Paling gila di abad 21 ini. dan era digital lebih berkesan ketimbang penemuan mesin uap yang aku baca pada buku-buku Karl Marx.
Saat itu aku mencoba membuka posting-postingan Sekar pada Instagram. Facebook dan Twiter. Bahkan yang paling tidak penting lagi adalah: membaca komentar-komentar pada kolom foto-fotonya. Sialan sekali bukan. Tapi itulah yang terjadi. Lalu kalian mau apa? Bukankah Adam dan Eva diturunkan dari firdaus ke bumi dengan letak yang berbeda. Adam tidak mengenal Eva. Dan Eva tidak mengenal adam. mereka bertemu karena saling mencari. Kalau dibilang itu adalah takdir. Maka pertemuanku dengan Sekar adalah takdir pula. Aku berani bersumpah. Serius deh, ini adalah takdir.
Hi apakah kalian bisa membayangkan pertemuan mereka, maksudku. Si Adam dan Eva jika android populer waktu itu? Aku pikir Adam akan lebih efisien menggunakan waktunya untuk menemukan si Eva. Dan mungkin peradaban manusia akan lebih cepat bergulir. Sehingga evolusi Darwin tidak akan populer. Atagfirulahalazim, aku sunggu durhaka. Tapi maksudku begini. Jangan mudah menjastifikasi dulu. Adam dan Eva bertemu dengan cara yang konvensional. Dan apakah aku bisa bertemu Sekar dengan cara yang konvensional pula? Tapi ini serius. aku ingin menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan. Terkhusus buat Sekar. Dan umumnya buat Adam dan Eva yang berada di sorga.
Aku berkenalan secara langsung dengan Sekar pada malam peluncuran bukuku itu. yang dipenuhi hujan yang turun dari langit bulan Desember. Aku pikir dilangit semua turut merayakan kebahagianku. Bukan yang sedang jatuh cinta. Tapi mugkin jatuh cinta. Ah entahlah, Bukankah yang paling menyebalkan dari semuanya adalah perasaan. hujan turun malam itu karena mungkin mereka sedang berpesta dan mendiskusikan bukuku.
Aku bejabat tangan denganya. Dan menatap raut wajahnya cukup dalam. Jadi seperti ini, maksudku. Walaupun penampilanya aneh. Tapi garis senyumnya penuh dengan kejujuran. aku rasa Senyum seperti itu sengaja diciptakan Tuhan untuk membuat bunga gugur dan kupu-kupu jatuh. Yang jelas senyum itu penuh dengan kejujuran. Serius, Senyum seperti itu tidak akan menipu. Jadi, ketika kalian pembaca-pembaca bodoh jatuh cinta kepada seorang wanita. Carilah wanita yang garis senyumnya sama seperti Sekar. Dan kalian akan menemukan kejujuran yang tidak akan menipu.
Matanya yang bulat kecil sesaat memancarkan kegelisahan. Entah kegelisahan yang seperti apa. Tapi mata itu indah. Ayolah sialan, apakah harus pula aku mendeskripsikanya kepada kalian? Aku pikir itu tidak perlu. Aku tidak rela menjelaskan keindahan mata itu. kalian akan jatuh cinta. Aku takut kalian jatuh cinta pada Sekar.
Rambunya entah seperti apa. Jadi, aku tidak bisa menjelaskanya kepada kalian. Maafkan aku ya. Tapi mungkin, rambutnya akan terlihat pendek seperti Dora dan bergelombong. Agak kemerah-merahan mungkin. Dan mungkin gerstur yang diciptakan atas rambut yang sepert itu akan mengnadirkan rona wajah yang kekanak-kanakan. Kalian mengenal Lala Karmela? Si penyanyi terkenal itu loh. aku membayangkan rambutnya akan terlihat seperti Sekar, mungkin saja. Atau bahkan tidak terlihat seperti itu sama sekali. Dan yang lebih parah lagi adalah, aku terdengar sangat sialan bukan. Menduga-duga betuk rambut seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tapi begitulah penulis. Akan mendeskripsikan apapun seenak perut jidatnya sendiri.
Dan Kalian ingin tahu bagaimana aroma harum tubuhnya? Maaf, aku tidak sempat menciumnya. Dan belum sepat pula memeluknya, Yang jelas, Semua bagian wajahnya adalah keindahan.
tipis alisnya.
Kelopak matanya.
Lentik bulu matanya.
Kantung matanya.
Besar Hidungnya.
Kupingya.
Pipinya.
Dagunya
adalah keindahan yang saling berpengaruh satu sama lain.