Loading...
Logo TinLit
Read Story - Diskon Tilang
MENU
About Us  

Suatu hari, saya pernah kena tilang gara-gara menerobos lampu merah. Biasalah, detik-detik terakhir lampu hijau yang amat tanggung kalau tidak terus tancap gas. Saya sebenarnya agak heran, sebelumnya tidak pernah ada razia di persimpangan itu, meskipun di sana ada pos polisi kecil. Apalagi posisinya masih dekat dengan perkampungan. Adalah pemandangan biasa petani naik motor tua tanpa helm dengan buntalan rumput di jok belakang, lewat persimpangan untuk menyeberang ke desa sebelah. Biasanya, pelanggaran dibiarkan saja meskipun ada polisi yang lagi nongkrong di pos. Paling-paling, sesekali adanya razia STNK ‘mati’.

Tapi, yah, karena saya memang bersalah, terpaksalah menepi dulu. Pak Polisi mengajak saya duduk di kursi teras pos, lalu mulai menjelaskan. Apa pelanggaran saya, mau pilih ikut sidang atau langsung bayar denda. Kebetulan saya tidak bisa ikut sidang pada waktu yang ditetapkan, jadi saya pilih langsung bayar denda. Pak Polisi menjelaskan bahwa denda seratus ribu bisa dibayar lewat bank, kemudian SIM dan STNK bisa diambil di Kantor Kejaksaan.

“Atau bisa kami bantu juga. Jadi bayar di sini langsung, nanti SIM dan STNK langsung dikembalikan.”

Saya memang terlalu polos dan sama sekali tidak berpengalaman soal tilang-menilang, karena waktu itulah pertama kalinya. Tapi intuisi saya masih cukup berfungsi untuk mendeteksi adanya udang di balik batu. Hmm, apa ini yang namanya pungli? Karena tidak yakin, saya kukuh menolak dengan alasan tidak ada uang tunai sejumlah itu untuk bisa bayar langsung di tempat.

Padahal, sebelum kena tilang, saya baru saja mampir ke ATM untuk ambil uang tunai – lebih dari segitu.

Pak Polisi lalu pamit sebentar ke dalam untuk mengurus administrasi tilang saya. Saya tetap menunggu di teras. Satu menit. Dua menit. Saya masih merutuki keapesan saya yang kena tilang saat lagi buru-buru begini. Apalagi duit seratus ribu bakal melayang percuma. Saya menyalahkan para polisi yang tumben-tumbenan mengadakan razia begini.

Lima menit. Sepuluh menit. Pak Polisi tidak kunjung keluar. Mungkin karena ramai, beliau jadi lupa dengan saya. Oh ya, yang kena tilang bukan cuma saya. Ada sekitar dua-tiga pengendara lainnya.

Saya gelisah karena saya sudah terlambat sekali. Akhirnya, saya coba mendekat ke pintu pos.

“Pak, jadinya gimana ya?”

“Oh iya, sini masuk dulu Mbak,”

Saya masuk ke dalam pos. Tapi, beliau malah menggiring saya semakin ke dalam, menuju ruangan yang lebih sepi.

“Begini Mbak. Kalau lima puluh ribu, Mbak ada nggak sekarang?”

“Oh, kalau segitu saya ada Pak,”

“Ya sudah. Bayarnya lima puluh ribu langsung di sini saja, nanti SIM sama STNK langsung dikembalikan,”

“Oh, iya Pak,” saya menurut. “Kok turun harganya Pak?” entah kesambet apa, mulut saya iseng bertanya begitu. Tapi beliau tidak dengar; entah karena sudah keburu jalan ke depan, suara saya terlalu pelan, atau memang pura-pura budek.

Kemudian saya ke meja Pak Polisi Lain yang sedang tulis-menulis surat tilang. Dikonfirmasi lagi nominal dendanya lima puluh ribu. Begitu buka dompet, ternyata hanya ada pecahan seratus ribuan yang tadi baru ditarik di ATM. Tidak ada pecahan kecil.

Terpaksa deh, saya bayar denda lima puluh ribu dengan uang seratus ribu. Untung Pak Polisi tetap kasih kembali lima puluh ribu tanpa ‘babibu’.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tas nyangkut
386      253     2     
Short Story
Kentut Pembawa Petaka
406      274     1     
Short Story
Kentut bocah ini sangat berbahaya, nampaknya.
PENCURI
624      342     1     
Short Story
Cerita saat pencuri datang ke rumahmu..
Mbak Sum (The Queen of Ngeyelan)
524      373     2     
Short Story
Di dunia ini ada orang yang susah amit dikasih tau. Apa aja yang diomongin orang selalu berhasil dia bales sampai majikannya kewalahan. Inilah cerita tentang Queen of Ngeyelan bernama Mbak Sum.
Sandal Bersama
370      237     2     
Short Story
"Jangan Beli Sandal Yang Sama! "
Renyah
740      436     0     
Short Story
Obrolan singkat yang (mungkin) bermanfaat untuk pasangan halal.
Topan yang Sopan
507      341     2     
Short Story
Beruntung, ketika insiden itu hendak terjadi, aku berada cukup jauh dari Topan. Sialnya, ketika insiden itu barusan terjadi, mendadak aku malu sendiri, hanya dengan melihat Topan mempermalukan dirinya sendiri.
Sial Mulu, Ah!
423      280     1     
Short Story
Gimana rasanya jika hidupmu selalu dirundung kesialan?. Pasti buat kesel dan tidak menyenangkan. Entah emang bawaan lahir atau ada orang yang tega jampi-jampi gue sehingga gue sial mulu. Arghh...
Batagor (Menu tawa hari ini)
424      280     4     
Short Story
Dodong mengajarkan pada kita semua untuk berterus terang dengan cara yang lucu.
Penumpang Di Sebelahku
400      260     4     
Short Story
Sore itu, aku keluar kantor agak malam. Karenanya, beberapa angkot yang lewat selalu penuh. Saat satu angkot berhenti dan pask sopir menawarkan duduk bertiga di depan, bersamanya dan satu penumpang lain, aku langsung mengangguk. Namun penumpang di depan menghalangi aku masuk dan duduk. Walau aku sudah memberitahunya, lebih dari satu kali, dia tetap saja menghalangi, bersikeras angkot ini tidak ...