Read More >>"> Maaf, tapi aku tak bisa bertahan
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Maaf, tapi aku tak bisa bertahan
MENU
About Us  

Faras adalah seorang gadis berumur 16 tahun. ia dilahirkan di keluarga yang memang bisa dibilang mampu. Namun dibalik semua harta yang keluarganya punya, ia memiliki satu kendala yaitu ia dibesarkan dengan situasi keluarga yang tidak baik. Orang tuanya selalu bertengkar setiap malam, dan kakak laki-lakinya pun tak tentu arah. Keluarganya menjadi berantakan semenjak ayahnya tertangkap selingkuh 2 tahun yang lalu. Sampai akhirnya dia mengenal dunia gelap.

***

Sudah jam 10 malam, papa belum juga pulang. Karena khawatir, mama mengajakku untuk menonton tv di ruang tengah. Dan belum lama kami menonton tv, suara pintu terbuka terdengar ke telinga kami. Dengan spontan Mama pun berbicara.

“Darimana saja kamu? Pulang malam terus, tidak bisa apa kamu itu pulang lebih awal? Apa jangan-jangan kamu selingkuh lagi ya?”

“Aku baru sampai, bukannya dibuatkan minum atau apa, ini malah di curigai” Ucap Papa

Aku mencoba mengalihkan pikiran dan pandanganku ke tv, mecoba untuk tidak menghiraukan mereka berdua.

“Ya habisnya memang begitu bukan? Setiap hari pulang larut malam, tau-taunya selingkuh sama bawahan sendiri seperti waktu itu” Sindir Mama

“Tapi itu kan 2 tahun yang lalu ma, sudah lama. Lebih baik lupakan saja”

“Lupakan saja katamu? Kita sudah menikah selama 23 tahun dan kau menghancurkan kepercayaanku dengan selingkuh dengan wanita lain segampang itu, kau bilang lupakan saja?!” Teriak mama

Air mataku pun menetes mendengarnya

“Ma aku ke kamar dulu ya, selamat malam” Dengan cepat akupun meninggalkan mama dan papa yang sedang bertengkar. Aku masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintunya.

Aku masih menangis dengan derasnya namun tanpa bersuara. Tidak ada yang tau berapa kali aku menangis setiap malamnya karena mendengar teriakan mama dan papa. Mereka mungkin menganggapku sudah tertidur, atau mungkin mereka memang sudah tidak peduli denganku.

Aku mengambil ponselku yang tergeletak di kasur dan segera menghubungi kakakku dengan tangan yang gemetaran.

“K-kak”

“Ya ada apa?”

“Kak, m-ma-mama sama papa b-bertengkar lagi” Ucapku tergagap

Aku takut kakak akan marah denganku seperti yang ia selalu lakukan. Tapi aku tak punya siapa-siapa lagi untuk bercerita dan aku sangat membutuhkan seseorang saat ini.

“Ya terus?”

“K-kak aku, aku takut. Bagaimana kalo sampai mama sama papa tidak bisa melanjutkan hu-“ Ucapanku terputus olehnya

“Ya terus? Denger ya, gue gak peduli keadaan di rumah gimana, toh gue juga udah ga tinggal di sana. Udah ya gue sibuk, jangan hubungin gue lagi. Capek gue denger curhatan lo yang gak penting” Dengan begitu ia menutup teleponnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Aku masih menangis. Aku benar-benar tak tau harus bercerita kepada siapa lagi. Ingin rasanya aku bercerita ke teman-temanku, namun mereka pasti tak akan mengerti. Mereka tak peduli denganku. Mereka hanya peduli dengan kekayaan yang ku punya.

Aku melamun dan tiba-tiba saja aku mendengar suara bisikan. “Lebih baik kau mati saja. Tidak ada yang peduli denganmu, jadi untuk apa kau hidup?” “Di kamar mandi kakakmu ada pisau cukur, ambil siletnya dan goreskan ke pergelangan tanganmu!”

Entah mengapa aku mengikuti intruksinya. Aku tak tau siapa yang baru saja berbisik, tapi semua perkataannya benar. Aku memang tak pantas untuk hidup.

Sambil menangis aku menuliskan surat untuk Mama dan Papa berharap mereka membacanya, ya walaupun aku tak yakin mereka akan repot-repot mencariku sampai kesini dan membacanya.

 

Untuk Mama dan Papa,

Ma, Pa, maaf aku tak bisa melanjutkan hidupku dan membuat kalian bangga.

Maafkan aku jika aku terlalu cepat mengambil keputusan.

Tapi aku tak bisa terus seperti ini.

Aku lelah.

Aku lelah mendengar kalian bertengkar setiap malam hanya karena hal kecil.

Aku lelah di besarkan di keluarga yang bahkan tidak bisa menjaga suasana kekeluargaannya.

Yang aku inginkan adalah keluarga yang harmonis seperti anak-anak lain punya.

Aku iri dengan mereka, ma, pa.

Di saat kalian bertengkar, aku hanya bisa menangis mendengar ucapan kasar kalian.

Sebegitu tegakah kalian terhadap diri kalian masing-masing?

Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi di otak kalian, hingga kalian setega itu.

Bahkan dengan anak sendiri pun kalian tak peduli.

Iya kan?

Itu kan alasan mengapa kakak pergi?

Kalian selalu memberitahuku bahwa kakak pergi karena ia mendapat pekerjaan di kota,

Tapi buktinya?

Bahkan kakak sampai sekarang belum dapat pekerjaan! Ia yang memberitahuku kalau kalian yang mengusirnya karena kalian bilang bahwa ia sudah terlalu tua untuk hidup bersama kalian.

Padahal saat itu kakak baru berusia 19 tahun!

Aku benci kalian.

Jika aku tau aku akan di besarkan di keluarga seperti ini,

Aku berharap aku tak pernah di lahirkan ke dunia.

Dan yang terakhir,

Apapun yang terjadi di antara kalian nanti, aku harap kalian mengambil jalan yang terbaik.

Walaupun aku tidak akan peduli dengan apa yang akan terjadi, 

Tapi setidaknya, berubahlah.

Kalian sudah dewasa tapi sikap kalian masih seperti anak remaja yang labil akan hubungan mereka.

Aku harus pergi, selamat tinggal.

 

Juli 31, 2015

Anakmu,

 

Faras Adelia Fajar.

 

Tanganku gemetar menulisnya. Aku tidak peduli jika mereka akan membacanya atau tidak, yang terpenting sekarang adalah aku sudah berpamitan.

‘Maafkan aku Tuhan, aku tak bisa hidup seperti ini lagi’ Ucapku dalam hati

Tanpa berpikir panjang, akupun menggoreskan silet yang mungkin sudah berkarat ini ke pergelangan tanganku. Rasa sakit yang kurasakan kali ini tidak sebanding dengan apa yang telah terjadi denganku. Katakan aku berlebihan, aku tak peduli. Coba saja jika kalian ada di posisiku saat ini, mungkin kalian akan melakukan hal yang sama.

Aku terus menggoreskan siletnya sampai pada akhirnya aku melemas. Seluruh tubuhku sudah tidak dapat digerakkan. Aku mati rasa. Dan aku merasakan tubuhku jatuh ke lantai, sampai akhirnya pandanganku menjadi gelap.

***
1 minggu setelah kematian Faras,

"Pa kamu liat Faras? Kayanya mama tak pernah melihatnya lagi, kemana dia?" Tanya mama

"Mana aku tau? Bukannya kamu yang sering ada di rumah?" Tanya papa balik

Ternyata malam di saat Faras mengakhiri hidupnya, papa dan mama saat itu juga berbaikan. Entah apa yang terjadi, tapi kini mereka sudah kembali akrab seperti dulu. Dan mirisnya, mereka masih belum mengetahui jika Faras telah tiada.

"Pa, mama serius tau! Mama sepertinya tidak pernah melihat Faras lagi, biasanya kan dia selalu keluar kamarnya untuk sarapan bersama" Ucap mama

"Mungkin dia lagi menginap di rumah temannya. Sudahlah ma, Faras kan sudah dewasa, biarkan saja" Ucap papa santai

"Papa ini apa sih! Anak perempuan satu-satunya kok malah di biarkan begitu saja? Ia masih 16 tahun pa, bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya?" Ucap mama panik

"Coba mama telepon temannya. Udah ya, papa mau berangkat dulu, udah kesiangan"

Papa pun mengambil tasnya dan langsung pergi. Sementara mama mencoba menghubungi salah satu teman Faras, Nandita.

"Hallo?"

"Hallo Nandita ya?"

"Iya, ini siapa ya?"

"Ini mama nya Faras"

"Oh iya tante, ada apa?"

"Tante mau nanya, apa Faras ada di rumah kamu?"

"Oh gak ada tante"

"Oh begitu ya, uhm kamu tau tidak teman-teman yang sekiranya dekat dengan Faras?"

"Tau tante, kebetulan kita semua lagi ada acara menginap"

"Jadi kalian semua menginap tapi Faras tidak ada di sana?"

"Iya tante"

"Ya sudah, terimakasih ya Nandita"

Mama langsung menutup teleponnya dan menuju kamar Faras.

"Faras? Kamu ada di dalam?"

Tidakk ada jawaban

"Faras? Nak? Kamu tidak kenapa-napa kan?"

Masih tidak ada jawaban

Karena penasaran, akhirnya mama pun membuka pintu kamar Faras yang kebetulan tidak terkunci, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Faras. Mama pun pasrah dan menelpon papa.

"Pa, Faras tidak ada di bersama teman-temannya. Di kamarnya pun tak ada" Ucap mama

"Coba cari di kamar Aldi (kakak Faras). Biasanya kan dia ada di sana kalau kangen dengan Aldi" Jawab papa

"Oke nanti mama cari, papa udah sampai di kantor?" Tanya mama

"Ini baru sampai ma, udah ya nanti kabarin papa kalau Faras sudah ketemu"

"Iya pa"

Mama pun menutup teleponnya dan langsung menuju kamar kakak laki-laki Faras, Aldi. Kali ini mama tak mengetuk pintunya terlebih dahulu karena ia sudah tau jika Faras berada di sini, ia tak akan mengunci pintunya.

"Faras kamu dimana nak?"

Tak ada tanda-tanda keberadaan Faras, namun bau bangkai yang tercium dari arah kamar mandi Aldi memancing perhatian mama untuk menghampirinya. Dan saat masuk di kamar mandi, betapa terkejutnya mama saat melihat putrinya yang tergeletak di lantai dengan silet di tangannya.

"Astaga Faras!!!"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gadis Kopi Hitam
1024      714     7     
Short Story
Kisah ini, bukan sebuah kisah roman yang digemari dikalangan para pemuda. Kisah ini, hanya sebuah kisah sederhana bagaimana pahitnya hidup seseorang gadis yang terus tercebur dari cangkir kopi hitam yang satu ke cangkit kopi hitam lainnya. Kisah ini menyadarkan kita semua, bahwa seberapa tidak bahagianya kalian, ada yang lebih tidak berbahagia. Seberapa kalian harus menjalani hidup, walau pahit, ...
Sepotong Hati Untuk Eldara
1366      633     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...