Read More >>"> Lantunan Ayat Cinta Azra (Dilema Hati Azra) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lantunan Ayat Cinta Azra
MENU
About Us  

Setiap hari setelah pulang sekolah Azra dan Azmi latihan untuk persiapan pertunjukkan Isra’ Mi’raj nanti. Di sela-sela latihan itu akhirnya melahirkan rasa kagum dari Azra kepada Azmi. Azra yang sudah tidak bisa memendam rasanya sendirian menceritakan semuanya dengan Tiara. “Ti, aku mau cerita nih,” ujar Azra saat jam istirahat di perpustakaan.

            “Cerita apa Ra?” tanya Tiara yang masih sibuk dengan buku bacaannya.

            “Ti, saat hati merasakan sebuah getaran yang begitu hebat dan jiwa ini terasa resah tanpa apakah itu?” tanya Azra.                

            Karena tidak terlalu memperhatikan Azra, Tiara tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Azra tadi. “Tadi apa Ra?” tanya Tiara seraya meletakkan bukunya di meja yang berada di depannya.

            “Saat hati merasakan sebuah getaran yang begitu hebat dan jiwa ini terasa resah tanpa apakah itu Ti?” ujar Azra mengulangi pertanyaannya.

            “Emang kenapa Ra? Kok kamu nanya gitu?” tanya Tiara balik.

            “Nggak ada apa-apa nanya aja,” jawab Azra berbohong.

            “Saat kamu merasakan itu berarti kamu sedang mengagumi seseorang,” jawab Tiara. “Eh, ngomong-ngomong siapa ikhwan itu?” tanya Tiara penasaran.

            “Ihhh…. Tiara ini, aku kan cuma nanya bukan berarti aku sedang merasakannya,” ujar Azra berbohong.

            “Udahlah Ra, aku bisa melihat bahwa ada aura-aura itu dalam dirimu. Aku ini sahabatmu jadi aku tahu banyak tentangmu,” ujar Tiara. “Udah jujur aja Ra! Aku nggak bakal bocorin rahasiamu kok!” ujar Tiara meyakinkan.

            Azra berpikir keras, dia begitu bimbang. “Apa aku ceritaiin aja ya sama Tiara? Atau tetap ku pendam semua cerita ini sendirian? Tapi rasanya aku tak sanggup mengagumi dalam diam ini. Aku butuh teman untuk aku mencurahkan segalanya.” Akhirnya dia memutuskan untuk menceritakannya dengan Tiara.

            Azra menceritakan kronologi kejadiannya. “Baiklah aku akan cerita, tapi Demi Allah berjanjilah padaku untuk tidak menceritakannya kepada siapapun,” ujar Azra.

            “Iya Ra! In Syaa Allah aku amanah kok,” ujar Tiara meyakinkan.

            “Semuanya berawal dari suara seorang Ikhwan membaca ayat suci Al-Qur’an yang sering terdengar di Mushallah sekolah kita. Suara itu begitu merdu Ti hingga aku begitu betah berlama-lama di Mushallah hanya sekedar untuk menikmati bacaannya,” ujar Azra mengawali ceritanya.

            “Siapa dia Ra?” tanya Tiara.

            “Bentar, dengari aja dulu.” ujar Azra.

            Azra menceritakan semuanya sampai selesai. “Nah begitulah ceritanya Ti,” ujar Azra.

            “Aduhh…. So sweet banget Ra. Kayaknya kamu memang ditakdirkan Allah untuk bersamanya,” ujar Tiara baper.

            “Ihhh…. Tiara,” ujar Azra dengan wajah yang memerah karena malu.

            “Loh, buktinya aja kamu diberikan kesempatan oleh Allah untuk bekerja sama dengannya kan! Itu tandanya Allah mau mendekatkan kalian,” ujar Tiara.

            “Masa sih Ti!” ujarnya kurang yakin.

            “Lah iya loh Ra, kurang bukti apa lagi hayoo?” tanya Tiara.

            “Bisa jadi sih Ti, tapi aku kurang yakin deh. Karena dia ketus banget denganku,” ujar Azra lemas.

            “Oalah Ra, Ra cowok mah emang gitu!” jelas Tiara beragumen.

            “Hmmm…. Begitu toh Ti,” ujar Azra.

            “Iyalah Ra. Kamu sih kurang peka! Coba kamu ingat lagi perlakuannya denganmu,” ujar Tiara.

            Azra mengingat hari-harinya saat latihan bareng Azmi.

Iya hari itu saat latihan duet di mulai Azmi sering mencuri pandangan ke Arahnya. Dan dilain waktu Azmi juga pernah gagal fokus karena mendengar bacaannya. Dan pernah dia mendengar Azmi menyebut namanya sebelum dia membaca Surah Yusuf di Mushallah setelah shalat Dhuha. “Terkhusus untuk Afischa Azra.” ujar Azmi saat itu.

 “Hmmm…. Apakah mungkin yang dikatakan Tiara itu benar?” ujar Azra dalam hati.

            “Ra! Azra!” ujar Tiara seraya melambai-lambaikan tangannya di depan mata Azra. “Ara!” pekik Tiara.

            “Oh eh iya Ti kenapa?” tanya Azra tersadar dari lamunannya.

            “Tuh kan melamun,” ujar Tiara. “Pasti memikirkan apa yang aku bilang tadi kan!” tebak Tiara.

            “Hmmm…. Jangan asal tuduh aja kamu Ti, aku nggak lagi lamunin itu kok,” ujarnya berbohong.

            “Up to you lah Ra, Aku mau baca lagi,” ujar Tiara seraya mengambil bukunya kembali dan membacanya.

            Azra masih memikirkan apa yang dikatakan Tiara tadi, ia mengingat semua episode kehidupannya bersama Azmi. Saat latihan, pertemuannya di Mushallah dan semuanya. “Ohhh…. Ya Allah apa benar aku telah jatuh cinta kepada Azmi?” tanya Azra dalam hati. “Tapi…. Jika itu benar cinta berarti aku juga mencintai Kak Zakky sepupuku sendiri!” ujarnya lemas.

            Sementara di lain sisi ternyata ada orang yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

***

            Sore itu lapangan basket dipenuhi olah kumpulan anak basket yang sedang bertanding. Pertandingan antara Team Zakky dan Team Jordan. Azra yang merupakan aktivis dakwah sekolah belum pulang ke rumah karena ada kajian mingguan. ia berjalan melewati teras kelas yang kebetulan berada di samping lapangan itu untuk pulang.

            Pertandingan itu cukup menegangkan skor kedua team saling berkejaran. Kedua kapten team saling unjuk kebolehan, Zakky begitu lincah memainkan bolanya, Azra memandangi Zakky kagum. “Astaghfirullahal‘adzim,” ujar Azra beristighfar kemudian menundukkan pandangannya.

            Zakky yang melihat Azra berteriak memanggilnya. “Azra!” panggil Zakky.

            Azra menoleh ke arahnya, Zakky langsung berlari kecil meninggalkan lapangan untuk menghampiri Azra. “Ra, kita pulang bareng aja nanti. Biar aku bilang sama Tante kalo kamu pulangnya bareng aku biar dia nggak khawatir. Tapi tunggu bentar ya! Pertandingannya sepuluh menit lagi selesai kok!” ujar Zakky.

            “Okay Kak,” jawab Azra mengiyakan.

            “Kakak lanjutkan dulu pertandingannya ya!” pamit Zakky, seraya masuk lapangan.

            “Priiittt.” peluit tanda permainan dimulai berbunyi. Zakky bermainnya sangat menonjol, jauh sekali dengan permainan Jordan. Ia begitu bersemangat dan lincah membawa bola kearah ring lawan.

Azra begitu kagum melihat Zakky. “Kak Zakky hebat banget ya!” ujarnya dalam hati.

“Priiit.” peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Akhirnya pertandingan sengit itu dimenangkan oleh Team Zakky. “Yeayy….. Kita menang.” ujar Zakky kegirangan seraya memeluk anggota teamnya yang lain. Kemudian berteriak. “Ara…. Aku menang,” teriaknya seraya menghadap ke arah Azra dengan mengangkat sebelah tangannya.

“Siiiiip,” ujar Azra seraya mengacungkan kedua jempolnya.

Mereka mengakhiri pertandingan dengan berjabat tangan dengan team lawan, menunjukkan rasa sportivitas yang tinggi. Setelah semua selesai Zakky langsung menemui Azra. Kira-kira hari sudah menunjukkan pukul lima sore. Zakky dan Azra bergegas pulang karena takut nanti Uminya Azra marah kalau kemalaman pulangnya. “Yuk Ra!” ajak Zakky seraya menarik lengan Azra.

Sontak Azra kaget dengan perlakuan Zakky. Zakky yang sadar dengan apa yang diperbuatnya langsung melepaskan tangannya. “Maaf ya Ra, habisnya Kakak terlalu bahagia hari ini,” ujar Zakky meminta maaf.

            “Hmmm…. Nggak apa-apa kok Kak,” ujar Azra tersenyum menutupi kekagetannya. “Ya Allah mengapa jantungku berdebar?” tanya Azra dalam hati. “Kata Tiara kalo jantung ini berdebar berarti aku sedang jatuh cinta. Tapi masa iya aku jatuh cinta kepada dua orang sekaligus, apalagi salah satunya Kak Zakky, sepupuku sendiri,” ujar Azra dalam hati.

            “Yaudah yuk kita langsung pulang! Takutnya ntar kemaleman nyampe rumah,” ajak Zakky.

            Azra keluar dari lamunannya dan menjawab ajakan Zakky. “Okay Kak,” jawab Azra seraya berjalan mengiringi Zakky.

            Mereka berdua akhirnya pulang dengan mengendarai motor ninja biru milik Zakky. Di perjalanan Azra memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. “Lillah…. Apakah ini cinta? Atau hanya kekaguman semata?” tanya Azra dalam hati. “Jika ini cinta mungkinkah aku mencintai dua orang yang berbeda dalam satu waktu? Atau ini yang dikatakan nafsu? Astaghfirullahal‘adzim,” ujar Azra beristighfar.

            Kira-kira setengah jam mereka di perjalanan, dan akhirnya mereka sampai di rumahnya Azra. Azra tidak sadar karena hatinya sedang kalang kabut. Zakky menghentikan motornya di depan gerbang rumah mewah itu. Namun Azra sedikit pun tidak beranjak. “Ra! Udah nyampe!” ujar Zakky.

            “Apa Kak?” tanya Azra.

            “Kita udah nyampe di rumahmu!” ulangnya.

            “Hehe… Iya Kak,” jawab Azra baru menyadari bahwa dirinya sudah berada di depan gerbang rumahnya. “Oh iya kak mampir aja dulu, shalat maghribnya di sini aja nanti telat kalo mau shalat di rumah Kakak.” tawar Azra.

            “Baiklah Ra,” jawab Zakky menerima tawaran Azra.

            Mereka berdua berjalan menuju pintu rumah yang megah itu kemudian mengetuknya. “Assalamualaikum.” panggil Azra.

            “Wa’alaikumussalam,” jawab Bi Ratih. “Eh Non Azra, loh ada Den Zakky juga toh,” ujar Bi Ratih. “Masuk Den!” ajak Bi Ratih.

            “Iya Bi,” jawab Zakky.

            Mereka masuk dan duduk di ruang tamu rumah itu. “Mau minum apa Kak?” tanya Azra.

            “Apa aja boleh,” jawab Zakky.

            “Bentar ya Kak Azra ambil dulu. Bi tolong panggil Umi ya! Azra mau buatkan minum untuk Kak Zakky,” pinta Azra. “Kak Zakky tunggu sini dulu ya!” ujar Azra.

            Azra pergi ke dapur untuk membuat minum. Dibuatkannya Jus Alpukat tanpa gula kesukaan Zakky. “Hmmm… Pasti Kak Zakky suka nih,” ujar Azra dalam hati. Langsung Azra menatanya di atas nampan beserta makanan ringan juga. Kemudian membawanya ke ruang tamu.

            Sementara di ruang tamu Zakky ngobrol serius dengan Umi. Tapi saat Azra keluar mereka langsung mengubah topik pembicaraan mereka. “Zak, yang tadi jangan cerita dulu dengan Azra,” ujar Umi.

            “Baik Te.” jawab Zakky.

            Azra menghampiri mereka dengan membawa nampan berisi makanan yang telah dia siapkan tadi. “Silakan dinikmati makanannya Kak,” tawar Azra.

            “Makasih Ra,” ujar Zakky.

            “Allahuakbar….. Allahuakbar…..” suara adzan Maghrib berkumandang. “Hmmm…. Udah adzan tuh!” ujar Azra. “Shalat dulu yuk!” ajak Azra mengingatkan.

            “Iya, Oh ya kalian mandi aja dulu soalnya kalian berdua keringetan tuh,” ujar Umi. “Oh, iya Zak. Kamu mandi di kamar mandi kamar tamu ya! Disana udah ada baju ganti juga! Habis itu kita shalat berjamaah di ruang shalat ya!” ujar Umi.

             “Baiklah Te,” jawab Zakky mengiyakan.

            Zakky langsung menuju salah satu kamar tamu rumah itu, ya memang rumah itu begitu luas hingga kamar khusus kamu saja ada sekitar lima kamar. Ia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, kemudian langsung wudhu dan mengikuti shalat jama’ah. Disana sudah ada Abi, Umi, Azra dan semua asisten rumah tangga mereka. Zakky langsung duduk di shaf depan diantara mereka. “Zak, kamu yang jadi imam malam ini,” pinta Abi.

            “Baiklah Om,” jawab Zakky mantap.

            Mereka menjalani shalat berjama’ah dengan khusu’nya. Tiga raka’at rampung sudah mereka kerjakan. “Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.” Zakky menoleh ke sebelah kanan. “Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.” kemudian menoleh kesebelahnya.

            “Bacaan Kak Zakky makin lama makin bagus aja,” puji Azra dalam hati. “Suaranya sekarang malah lebih bagus daripada suara Azmi,” ujar Azra dalam hati.

            “Zak!” panggil Abi.

            “Iya Om,” jawab Zakky.

            “Bacaanmu makin lama makin baik aja, kalau Om tawari kamu untuk jadi guru ngaji di TPA Om mau? Nemanin Azra mengajar disana,” tawar Abi.

            “Oh, boleh banget Om, tapi apakah Zakky pantas untuk ngajar disana? Karena bacaan Zakky belum sebaik bacaan Om, jangankan bacaan Om, dibanding dengan bacaan Azra aja masih baik bacaan Azra daripada bacaan Zakky., ujar Zakky merendah.

            “Nggak kok Kak suara Kakak tadi bagus banget loh!” puji Azra. “Ya Allah semoga Kak Zakky mau,” doanya dalam hati.

            “Tuh bukan Om aja yang bilang bacaanmu bagus, Azra juga bilang gitu,” ujar Abi. “Jadi gimana mau nggak?” tanyanya lagi.

            “Baiklah Om Zakky terima tawaran Om,” jawabnya menyanggupi tawaran itu.

            “Alhamdulillah,” ujar mereka hampir bersamaan.

            Suasana hari itu begitu hangat mereka bercerita masa kecil Azra dan Zakky, mulai dari sifat jahil Zakky ke Azra yang membuat Azra sering menangis. Dan banyak cerita-cerita lainnya.

            Kira-kira pukul Sembilan malam Zakky pamit pulang karena hari ini Papanya sedang tugas di luar kota. “Om… Tante…. Zakky pulang ya!” pamit Zakky.

            “Loh kok, nggak nginep aja disini dulu nanti Tante telpon Mamamu,” ujar Umi.

            “Kapan-kapan aja Te, karena hari ini Papa lagi tugas di luar kota,” tolak Zakky halus seraya menjelaskan.

            “Ohhh…. Okaylah kalo begitu! Hati-hati di jalan,” ujar Umi.

Zakky naik ke atas ninja biru kesayangannya itu. “Eh Azra. Kakak pulang ya!” pamitnya.

            “Hmmm…. Iya Kak,” jawab Azra.

            “Assalamualaikum.”

            “Wa’alaikumussalam, ” jawab mereka bertiga hampir bersamaan.

            Ninja biru itu berlalu meninggalkan rumah megah itu. Azra dan keluarga masuk ke rumah kemudian menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.

***

            Pukul dua belas dini hari Azra belum bisa tidur karena hatinya saat ini sedang kalang kabut. Azra begitu bingung tentang hatinya karena sebenarnya apa arti perasaannya dengan Azmi ataupun Zakky. “Apakah ada cinta yang seperti ini? Siapa yang sebenarnya aku cintai? Azmi atau Kak Zakky?” tanyanya dalam lamunannya.

            “Azmi kah? Tapi aku lebih nyaman saat bersama Kak Zakky daripada bersama Azmi. Atau mungkin Kak Zakky? Tapi dia adalah sepupuku mana mungkin aku mencintai sepupuku sendiri sebagai cinta kepada lawan jenis!” ujarnya.

            “Arrrggghhh….. Ternyata cinta tak semudah yang aku bayangkan. Cinta begitu rumit untuk dijalankan.” ujar Azra.

            Azra memutuskan untuk melaksanakan shalat Tahajjud untuk menenangkan hatinya. Segera ia mengambil wudhu kemudian melaksanakan shalat dengan khusu’nya.

            Selesai shalat ia meminta petunjuk kepada Allah atas rasa yang ada dalam hatinya. “Ya Allah aku mohon petunjuk dari-Mu atas rasa yang ada saat ini. Aku takut perasaan yang ku rasakan saat ini adalah nafsu dari bisikan setan Ya Rabb. Lillah bantulah aku agar tetap pada penjagaan yang suci ini. Aamiin,” doa Azra.

            Sepanjang malam itu Azra menenangkan hatinya dengan bercumbu bersama Rabbnya. Lantunan ayat-ayat cinta keluar dari bibirnya begitu merdu dan syahdu menyayat-nyayat hati orang yang mendengarkannya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • diandra_lovia

    MasyaAllah pengen deh jadi kayak Azra

    Comment on chapter Ikhwan yang Bersuara Merdu
Similar Tags