Read More >>"> Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang (BAB 4: Aku Butuh Tuan Mahawira) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
MENU
About Us  

Karena kimono milikku sobek di beberapa bagian, Tuan Mahawira dengan rela memberikan mantelnya untuk kugunakan, sementara ia hanya mengenakan kain tipis berwarna putih sebagai pakaian. Aku merasa tidak enak dengannya.

"Tuan ... yakin memberikan mantel ini untukku?"

"Hanya kuberi pinjam. Dan itu tidak gratis. Kau harus melakukan sesuatu untukku."

"Hah?! M-melakukan apa, Tuan?"

"Sudahlah, sekarang lebih baik kita lanjutkan perjalanan. Negeri Angin sudah dekat dari sini. Jika kita berhasil melewati satu perbukitan terakhir, Negeri Angin akan terlihat."

Aku mengangguk-anggukkan kepala sebagai respons.

"Tuan, bagaimana kalau ada yang mengenali Tuan? Bukankah Tuan orang yang terkenal di seluruh negeri aliansi dan—"

"Tidak satu pun kerajaan di Negeri Angin itu aliansi Kerajaan Rosalia. Ah, sudahlah. Kau tidak akan mengerti jika berbicara tentang kerajaan. Kau sebaiknya cukup ikuti saja aku."

Aku mengembuskan napas setelahnya.

Aku juga 'kan, mau tahu tentang kerajaan-kerajaan dan negeri-negeri itu. Meskipun memang aku hanyalah seorang pelayan, tapi jika dalam keadaan seperti ini aku tidak punya pengetahuan tentang kerajaan sendiri dan kerajaan-kerajaan lainnya, banyak hal yang bisa terjadi.

"Ayo, kau berjalan di sampingku. Jika terjadi sesuatu lagi, aku tidak akan menolongmu."

Jahat sekali kau, Tuan!

Kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Negeri Angin. Seperti yang dikatakan oleh Tuan Mahawira, jika berhasil melewati satu bukit lagi, maka Negeri Angin akan segera terlihat. Nyatanya, sampai malam tiba pun, kami belum juga melihat adanya perbukitan.

"Aku lelah. Kita istirahat sebentar," pungkas Tuan Mahawira sambil menyapu dahi dengan tangan, ia pun mengempaskan pantat di tanah yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar.

Aku pun begitu, lelah sekali. Tenggorokanku kering.

"Ya, ampun. Aku lupa mengambil air minum dari air terjun itu. Sekarang pasti kita tidak akan menemukan sumber air di sekitar sini," ucapku.

"Dasar bodoh," lirih Tuan Mahawira.

Apa? Dia mengataiku bodoh? Enak saja! Kalau aku lupa, bukankah seharusnya dia mengingatkan? Atau paling tidak memerintahkan untuk mengambil air di sana. Membuatku kesal saja!

"M-maaf, Tuan. Aku ... benar-benar tidak terpikir untuk—"

"Sssst!"

Tiba-tiba Tuan Mahawira meletakkan jari telunjuk di depan bibirku. Seketika aku terdiam.

Tuan Mahawira sibuk mengedarkan bola mata ke sekeliling, seolah-olah ia sedang waspada akan suatu hal.

"A-ada apa, Tuan?" tanyaku dengan nada pelan.

Tuan Mahawira tidak menjawab, ia lantas memejamkan kedua matanya. Tak berselang lama, kembali matanya terbuka, tetapi setelahnya langsung berteriak keras, "LARI!"

Aku terkesiap ketika Tuan Mahawira meraih punggungku dan membawaku lari. Kulihat puluhan anak panah melesat cepat hampir mengenai wajahku.

"Kau bersembunyilah di sini!"

Tampak sangat jelas Tuan Mahawira begitu tegang.

"Kau mau ke mana, Tuan?" tanyaku karena Tuan Mahawira tidak ikut bersembunyi denganku di balik pohon.

"Aku akan mencari orang-orang terkutuk itu! Kau tetap di sini sampai aku kembali."

Saat Tuan Mahawira akan pergi, dengan cepat kuraih ujung pakaiannya sambil menunduk. "Kumohon, jangan tinggalkan aku di sini, Tuan."

Aku tidak tahu ekspresi apa yang ditunjukkan oleh pria itu karena sedang dalam posisi menunduk. Setelah kuangkat kepala, tiba-tiba saja Tuan Mahawira mendorongku dengan keras sehingga terperosot di sebuah jurang di balik pohon-pohon.

Tuan Mahawira menangkap satu anak panah. Aku masih bisa menyaksikannya, pria itu juga tergelincir hingga terjatuh. Setelah itu, aku tak tahu bagaimana nasib tuanku. Bahkan, nasibku sendiri pun aku tak tahu.

Aku menggelinding di jurang terjal. Tubuhku menabrak pohon dan semak-semak di sekitar, bahkan batu pun menghantam pinggangku hingga tak sadarkan diri. Seluruh tubuh kurasakan sakit, yang kulihat menggelap.

------------------------

"Tuan ... Tuan ... Tuan ...."

Aku menggeliat-liat karena merasakan tubuh nyeri dan pegal. Mata belum kubuka, tetapi rasanya ada banyak pasir dan kotoran yang menutupi wajah. Yang teringat saat itu hanya nama tuanku.

Mahawira Baladewa Balmatra Bangsawan. Seorang pria yang selalu berhasil membuatku terkagum dengan ketangkasannya. Dimulai semenjak usia lima belas tahun saat Tuan Mahawira mulai berlatih menggunakan pedang serta belajar bela diri.

Dulunya, tuanku orang yang penakut. Namun, saat ia melihatku menangis karena selalu dihina oleh pangeran-pangeran dari negeri seberang, ia memberanikan diri untuk melawan mereka tanpa kemampuan yang hebat.

"Jelek! Hitam! Kau tidak pantas ada di istana ini! Bahkan kau tidak pantas berada di negeri mana pun!" Begitulah cerca mereka—para pangeran yang tampan dan calon penerus raja.

Kututup telinga dan menjongkok, coba mengusir kata-kata mereka yang begitu menyakiti hatiku.

"Pergi kau dari sini! Kau tidak pantas bersama Pangeran Mahawira!"

"Hentikan!"

Mendengar teriakan yang menggema itu, aku lantas membuka mata, lalu melihat lelaki yang selalu bersamaku itu berdiri di depanku. Dibentangkannya kedua tangan, seolah menjadi tameng yang siap melindungi diriku.

"Ada apa? Apa yang kau lakukan, Pangeran?" tanya salah satu dari tiga bersaudara yang merupakan anak-anak dari kerajaan di negeri seberang.

"Kalian tidak semestinya mengatakan hal itu pada Cornelia! Kalian tidak tahu betapa baik hatinya!"

Mendengar teriakan dari sang pangeran, tiga bersaudara itu tertawa keras. "Apa yang kau katakan, Pangeran? Dia tidak sebanding dengan kita. Dia itu berada di bawah—"

"Terkutuk!"

Tuan Mahawira dengan cepat melesat ke arah mereka, lalu menghantam tiga bersaudara itu satu per satu. Tanpa sedikit pun kekhawatiran akan mendapatkan hukuman dari ayahandanya atas perlakuan itu, Tuan Mahawira membabi buta.

Aku tidak dapat melakukan apa pun. Bergeming diriku melihat ketangkasan tuanku. Aksinya itu seolah-olah dapat meredakan tangis dan kesedihan atas perlakuan tiga pangeran congkak.

Ketiga pangeran mampu dibuat terkapar oleh Tuan Mahawira. Namun, ekspresi di wajahnya semenjak saat itu jadi berubah. Dia tidak lagi lelaki seperti yang aku kenal; penakut, kaku, kurang komunikasi.

Ia selalu bersikap dingin dan berwajah datar.

"Kembalilah kau ke kamarmu!"

Aku mulai bangkit, gugup. Untuk pertama kalinya aku gugup karena lelaki itu. Semula akulah yang selalu melindunginya, bermain bersama Tuan Mahawira. Dan sekarang ... tidak lagi.

"T-terima—"

"KEMBALI!"

Justru teriakan pria itu membuatku semakin dirundung rasa takut. Jantung berontak, aku pun segera pergi dengan langkah gontai.

Aku pikir diriku bisa menjadi seseorang yang selalu melindungi dan melayani tuanku, tetapi nyatanya malah membawa sial.

Aku sadar dengan fisikku yang tidak seberuntung anak-anak gadis di istana. Kulit yang putih dan mulus, rambut yang lembut, bola mata yang indah, serta hidung yang lancip. Aku tidak memiliki semua itu. Aku hanya gadis buruk rupa yang dipungut sang ayahanda dari tuanku, lalu dipekerjakan serta dilatih menjadi seorang pelayan.

Aku tak tahu dari mana berasal dan siapa diriku yang sebenarnya.

---------------------------

Membuka sebelah mata, cerah yang kulihat. Kucoba bangkit dengan rasa sakit yang membalut beberapa bagian tubuh. Pasir-pasir yang mengotori wajah dan mantel Tuan Mahawira segera kubersihkan.

Tiba-tiba perutku berbunyi. Tidak heran, aku kehilangan banyak tenaga.

Segera kulangkahkan kaki meski agak terhuyung. Kusapukan pandangan, lalu menemukan pohon apel yang telah berbuah. Dengan cepat kudekati dan memetik apel begitu banyak. Kumakan dengan lahap. Satu apel belum habis, kumakan yang lainnya.

"Akan kuambilkan untuk Tuan—"

Aku terhenti seketika. Tuan Mahawira? Ke mana dia?

Mataku mulai menerawang. Mengingat kejadian kenapa aku bisa sampai ada di tempat ini membuatku berhenti memetik buah apel, lantas berjalan cepat untuk menemukan tuanku.

"Tuan Mahawira, di mana kau?" gumamku dalam hati. Tentu saja, aku berharap hal buruk tidak terjadi padanya.

Aku belum siap untuk kehilangan pria itu karena masih merasa begitu membutuhkannya. Kupikir ia tidak membutuhkanku, tetapi akulah yang butuh akan dirinya.

Kucari pria itu di semak-semak tanah terjal tempatku menggelinding. Namun, tak juga kutemukan. Hatiku mulai sedih.

Apel-apel yang kupetik percuma saja jika tuanku tidak bisa menikmatinya. Apa pun yang kutemukan tetap tidak berarti apa-apa.

Lututku serasa keropos hingga diriku bersimpuh. Apel-apel terjatuh dari genggaman, berserakan di sekitar.

"Apa yang kau lakukan di situ?"

Sebuah suara membuat leherku memutar ke kanan. Seorang pria tampan dengan dua anting terpasang di telinga, membuatku terkejut.

"Apa yang sudah terjadi denganmu, Gadis Cantik?"

Aku bergeming, napas menderu saat dia mendekat. Terlebih lagi ia membawa pedang panjang di genggaman.

------------------------

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Ardhio_Prantoko

    Perfect. Awalnya aku berpikir di chap dua Mahawira mengajak Cornelia kabur adalah dipaksakan dan janggal, tapi sepertinya tidak dan akan terjawab chap selanjutnya.
    Aku bukan fans cerita romance, dalam genre ini aku sangat pilih-pilih. Namun aku jadikan ini roman story pilihanku, ya :D
    Serius, aku suka banget. Kasih tahu aku tiap kali up ya. Aku akan kasih rev kalau sudah jauh. Salam dan terus berkarya dengan luar biasa!

    Comment on chapter BAB 3: Pelukan Hangat Tuanku
Similar Tags
Dear Kamu
3217      1000     6     
Inspirational
Kamu adalah pengganggu. Turbulensi dalam ketenangan. Pembuat onar dalam kedamaian. Meski begitu, kamu adalah yang paling dirindukan. Dan saat kamu pergi, kamulah yang akhirnya yang paling aku kenang. Dear kamu, siapapun kamu. Terimalah teriakanku ini. Aku kangen, tahu!
The Boy
1610      598     3     
Romance
Fikri datang sebagai mahasiswa ke perguruan tinggi ternama. Mendapatkan beasiswa yang tiba-tiba saja dari pihak PTS tersebut. Merasa curiga tapi di lain sisi, PTS itu adalah tempat dimana ia bisa menemukan seseorang yang menghadirkan dirinya. Seorang ayah yang begitu jauh bagai bintang di langit.
Daniel : A Ruineed Soul
524      297     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
SURAT CINTA KASIH
529      378     6     
Short Story
Kisah ini menceritakan bahwa hak kita adalah mencintai, bukan memiliki
Memories About Him
2785      1426     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Hamufield
25418      2896     13     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
Warna Masa Muda
259      239     2     
Romance
"Gue benci lu," Tiga kata tak berperasaan itu dilontarkan Ratangga kepada Ririn saat mereka pertama kali bertemu di kelas yang sama Ririn tak mengerti apa yang salah dengan dirinya. Ia pun menjaga jarak. Namun, sikap Ratangga sangat kontradiktif dengan ucapannya. Ia selalu mengajak Ririn bicara dan seolah berusaha mendekatinya. Hal itu membuat Ririn penasaran. Sebenarnya...apa yang...
Sweet Scars
225      188     1     
Romance
Premium
Cinta Dalam Dilema
12694      3930     0     
Romance
Sebagai anak bungsu, Asti (17) semestinya menjadi pusat perhatian dan kasih sayang ayah-bunda. Tapi tidak, Asti harus mengalah pada Tina (20) kakaknya. Segala bentuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya justru lebih banyak tercurah pada Tina. Hal ini terjadi karena sejak kecil Tina sering sakit-sakitan. Berkali-kali masuk rumah sakit. Kenyataan ini menjadikan kedua orang tuanya selalu mencemas...
Nightmare
394      266     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.