"Lepakan tanganmu dari istriku" sebuah suara laki-laki terdengar tegas dan penuh penekanan disetiap katanya.
Semua orang disana termasuk killa dan lilis langsung menengok keasal suara itu. Disana terdapat sosok laki-laki tampan berdiri tegap dengan kedua tangannya yang berada disaku celananya. Saat pereman yang tengah memegangi tangan killa itu sedikit lengah. Killa langsung melepaskan tangannya dari cengkraman preman itu, lalu menjauh darinya.
Kedua preman itu menatap laki-laki didepannya dengan seringainya."Ouh. Ada pahlawan kemalaman rupanya" ujar pria krempeng menghampiri laki-laki tampan itu dan disusul dengan temannya yang botak. Dengan gaya sok nantang serta sangarnya mereka semakin mendekat kearah laki-laki itu. Tapi, semua itu tidak memberikan pengaruh sama sekali bagi laki-laki tampan itu. Malah laki-laki itu terlihat tenang tanpa ada rasa takut sedikitpun diwajahnya.
"Ngaku-ngaku suaminya lagi ahaha..." ujar pria botak. Yang disusul tawa mereka berdua.
Setelah tertawa puas, Kedua preman itu kini beralih menatap killa, meminta jawabanya atas pertanyaanya tadi"apa bener dia laki lo?"tanya salah satu dari mereka.
Killa hanya mengangguk mengiyakan karena merasa terancam disituasi seperti ini. Dan saat preman itu telah mendapatkan jawaban dari killa. mereka kini kembali menatap laki-laki didepannya. Sedangkan Laki-laki itu sudah menatap tajam preman itu tak lupa dengan muka datarnya.
Tiba-tiba saja nyali preman itu ciut, gara-gara tertangkap basah tengah gangguin bini orang ditambah tatapan tajam yang diberikan laki-laki itu"hehehe... Ampun bang... , ampun... , kami janji gak akan gangguin istri lo lagi" ujar mereka berbarengan sambil menangkupkan kedua tangannya didada.
Killa dan lilis yang melihat kelakuan preman itu langsung membulatkan matanya,merasa jengah dengan sikap cemen preman tadi.
"Gila ternyata preman itu cemen bener, beraninya sama perempuan aja!" rutuk killa.
"Pulang sanah kalian, jangan ganggu istri orang lagi" ujar laki-laki itu dingin. Dan Preman tadi langsung pamit meninggalkan mereka.
"Kalian gak papa?" tanya laki-laki itu kepada mereka tapi tatapan matanya malah tertuju kearah killa yang tengah mengusap lengannya memberikan rasa hangat bagi tubuhnya.
"Kami, gak papak kok mas azzam" ujar lilis. Ya laki-laki itu adalah azzam anaknya pak kyai. Lilis tau sedari tadi kalau mata azzam itu terus menatap killa.
"Terimakasih banyak mas, kalau gak ada mas gak tau tuh nasib kita kayak gimana." ujar killa.
"Iya, sama-sama. Lain kali hati-hati, tapi maaf ya tadi saya sempat ngaku-ngaku" ujar azzam menatap killa.
"Ouh, gak papa kok. Santai aja mas"
"Kalian, mau kemana malam-malam begini, gak baik perempuan pergi malam-malam tanpa ditemani makhramnya." sindir azzam tertuju kepada killa.
Mendengar kata makhram. seketika jantungkila berdetak lebih kencang. Ia langsung menatap laki-laki itu. Mata mereka saling bertemu " gue baru nyadar kalau laki-laki itu bener-bener cenayang!" batin killa.
"Ini kita mau ke warung mang udin" jawab lilis seadanya. Membuat mereka saling melempar tatapan mereka kearah lain.
"Biar saya antar, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lagi"
"Baiklah, terimakasih banyak mas azzam"
***
Killa pov.
Gila!, maksud dia apa?nyindir gue? Omg! Gue baru nyadar kalau dia itu bener-bener cenayang. Berarti dia tau dong kalau gue udah nikah.
Kira-kira dia kecewa gak ya?gue udah nikah?. Pd banget lo killa! Gak mungkin dia kecewa. Emang dia suka sama lo apa?!. Padahal gue mulai tertarik loh sama tuh cowok, tapi mau bagaimana lagi. Gue udah sold out.
Terus apa-apaan dia mau antar gue dan lilis. Dan lilis kenapa pake ngebolehin dia lagi. Duh ntar rasa kagum gue kedia tambah besar gimana? Kan kasihan laki gue!.
.
.
.
.
Saat diperjalanan kami hanya diam, setelah sampai kewarung mang udin kami langsung pesen nasi goreng. Karena kebetulan kang udin jualnya nasi goreng. Setelah selesai gue sama lilis diantar balik sama mas azzam
"Terimakasih mas azzam udah mau mengantar kami beli makanan sama mengantar kami pulang" ujar lilis saat kami berada didepan villa. Azzam hanya mengangguk.
"Terimakasih banyak" ujar gue.
"Kalau gitu kami masuk kedalam, assalammualaikum" ujar lilis jalan duluan.
"Waalaikum salam"
Saat gue ingin melangkahkan kaki gue mengikuti lilis. Ada sebuah suara yang mengintrupsikan gue supaya berhenti.
"Tunggu sebentar"
"I-ya" mau tidak mau gue berhenti dan membalikan badan gue keasal suara itu. Mas Azzam melangkahkan kakinya mendekati gue. Sekarang jarak kami hanya tersisah satu langkah. Gue ingin sedikit menjauh tapi kaki gue sulit digerakan, karena Menurut gue saat ini jarak kami terlalu dekat. Gue dapat melihat dengan jelas wajah tampannya dari jarak sedekat ini. Dan itu membuat gue semakin jatuh kedalam pesonannya.
"Apa itu sakit?" gue mengeryitkan dahi bingung.
"Hah?"
"Apa ini sakit?" ujar azzam meraih tangan gue yang sempat dicengkram oleh preman tadi. Ternyata cengkraman tersebut menyisahkan bekas kebiruan ditangan gue. Pantesan dari tadi tangan gue merasa sedikit nyeri.
Hati gue menghangat ketika mendapat sedikit perhatian darinya.
"Eh, hanya sedikit kok" ujar gue sambil menarik tangan gue yang dipegangnya.
Gak!lo gak boleh jatuh cinta sama dia killa!,lo dah nikah!, dalam diri gue selalu menegaskan.
"Gue masuk ya, assalammuallaikum" gue langsung masuk kedalam villa. Gue gak mau berlama-lama didekatnya taku perasaan aneh dihati gue berubah menjadi cinta.
"Waalaikum salam" sekilas gue melihat sebuah senyuman diwajahnya.