Mata Killa terpaku saat menatap benda kecil didalam kotak hitam itu, mendadak jantungnya berdebar cukup kencang. Mulutnya secara tak langsung melongo alias terbuka saat menatap benda kecil itu, buru-buru ia tutup kembali mulutnya dengan tangannya. Takut ada lalat yang masuk. Kini Matanya menangkap sebuah surah yang terlipat sangat kecil dan cukup rapih didekat benda itu. Dibukanya kertas itu lalu ia baca isinya.
Pakailah jika kau menganggapku dan menghargaiku sebagai suamimu. Sebenarnya aku sangat ingin memakaikannya langsung cincin itu ketanganmu. Tapi...,,kau tau lah...
Setelah membaca isi surat tersebut. killa langsung mengambil cincin itu dan ia kenakan pada jari manisnya. Ia memandangi lekat tangannya yang terlihat cantik memakai cincin itu. Dalam hatinya ia sangat menyukai cincin pemberian dari suami rahasianya.
***
Killa pov
Malam ini malam yang berbeda dari malam sebelumnya. Menginggat malam sebelumnya status gue masih single. Dan malam ini status gue sekarang itu berubah, Sebagai seorang istri.
Gue menatap miris bulan dilangit yang terlihat gelap. Ia tak pernah merasa kesepian walaupun bintang tak hadir menemaninya. Kadang gue merasa bingung dengan bulan, ia tak pernah lelah selalu berputar di orbitnya, yaitu mengelilingi bumi. Dan bumi pun sama halnya dengan bulan, selalu berputar mengelilingi matahari.
Gue membayangkan bagaiman menjadi matahari. Yang memiliki daya pikat tersendiri. Membuatnya selalu dikelilingi banyak planet. Dan sekarang diri gue sangat menyesalinya, karena saat ini gue sedang jauh dari kata 'seperti matahari'. Karena gue tengah meninggalkan zona kehangatan yang diberikan oleh keluarga gue sendiri. Dan itu hanya gara-gara seorang laki-laki. Laki-laki yang telah memberikan goresan luka dihati gue.
Hufttt...
Gue menghela nafas lelah beberapa kali. Menerima kenyataan luar biasa dalam hidup gue saat ini. Gue ingin sekali pulang kerumah. Tapi, apa mungkin hati gue sanggup? Jawaban gue belum pasti. Karena jujur, gue sendiri pun tak bisa memahami hati gue sendiri.
***
Kini malam semakin larut, gue masih bertahan dibalkon kamar yang udaranya semakin dingin. Tiba-tiba aja perut gue bunyi. Padahal gue udah makan tadi, tapi kok lapar lagi ya?. Apa mungkin gara-gara tadi gue makanya sedikit ya?, jadi cepat lapar.
Gue mutuskan meninggalkan balkon kamar. Melangkahkan kaki gue menuju kedapur, siapa tau ada makanan disana. Tapi, ternyata didapur tidak ada makanan sama sekali. Gue buka lemari es siapa tau ada bahan masakan yang bisa gue masak.
Tapi, tidak ada bahan makanan sama sekali yang ada hanya mie instan. Dan Gue paling anti sama yang namanya mie instan, karena dulu gue pernah keracunan gara-gara makan mie instan disekolah.
Tok...tok...
Gue mengetuk pintu kamar lilis,"lis...udah tidur"
Lilis mau gak ya nemenin gue keluar beli makanan? Moga-moga dia mau. Kalau gak mau gue bakal tetep tarik dia buat nemenin gue hahahaha...(gue ketawa jahat)
"Ada apa mbak?"
"Lis temenin gue yuk, beli makanan diluar. Gue laper nih" ucap gue, sudah pasang wajah polos sama pupy eyes terbaik milik gue.
"Udah malam, mbak"
"Lis plis" mohon gue sambil menangkupkan kedua tangan gue. Lilis terlihat menghela nafas lelah, setelah itu mengangguk
"Bentar mbak aku mau ambil jaket dulu" ujar lilis masuk kembali kekamarnya.
***
Author pov.
Didusun dekat perkebunan teh terlihat dua orang gadis jalan beriringan tanpa takut terancam bahaya dimalam hari. Saat mereka sudah melewati kebun teh yang sepi itu, kini mereka harus melewati perumahan warga yang agak sepi karena jam menunjukan pukul 10.00 malam.
"Lis, kok sepi bener ya?" ujar killa sambil mengusap lengannya untuk menghangatkan diri.
"Aku kan udah bilang. Ini udah malam mbak jadi sepi"
"Mau gimana lagi, gue laper lis" ujar killa dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Satu fakta yang belum kalian ketahui tentang killa. Dia itu orangnya suka nangis kalau kelaperan dan merasa ketakutan seperti saat ini.
"Duh,, kok mbak malah nangis sih. Jangan nangis ya. Kita beli makan ya diwarung mang udin" bujuk lilis saat melihat killa meneteskan air matanya. Killa mengangguk sambil menyeka air matanya.
Saat mereka hampir sampai, mereka dikejutkan dengan kumpulan seorang laki-laki dipos ronda. Yang terlihat genit kepada mereka. Ingin rasanya mereka puter balik lagi kevilla tapi sudah dicegat oleh salah satu dari mereka. Membuat lilis dan killa merasa terancam dan ketakutan.
"Cewek cantik mau kemana sih malam-malam gini?" ujar pria berbadan kerempeng. Yang semakin mendekati mereka.
"Mau ngapain lo?"tanya killa berani.
"Jangan marah-marah dong cantik, nanti cepet tua loh"ujar pria kerempeng itu yang tangannya lancang ingin memegang dagu killa, langsung killa tepis sebelum tangan sialan itu menyentuh wajahnya.
"Mending neng nemenin abang disini" ujar laki-laki botak yang tengah duduk dipos ronda.
"Ogah, yuk lis kita pergi" ucap killa menarik tangan lilis buat ninggalin mereka. Tapi,sebelum killa dan lilis pergi. Tangan killa langsung ditahan sama pria kerempeng itu.
"LEPASIN TANGAN SIALAN LO, SEBELUM GUE TERIAK!"
"Silahkan aja teriak, gak bakal ada yang dengar"
Disisi lain seorang laki-laki yang tak sengaja melihat seorang perempuan tengah diganggu oleh pereman dikampungnya memutuskan menghampiri untuk menolongnya.
"Lepakan tanganmu dari istriku" ujar laki-laki itu tegas dan penuh penekanan disetiap katanya.
.
.
.
.
.
.
.
Siapa sih laki-laki itu?,main ngaku killa itu istrinya.