Read More >>"> Egoist (Chapter 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Egoist
MENU
About Us  

Kemarin, Jim Sakgaard yang menempati posisi ketua dewan perwakilan rakyat telah menghilang. Tidak ada siapa pun yang menjamin lelaki itu masih hidup dan Grisham sudah tahu siapa pelakunya. Bodohnya, ia tidak bisa melakukan apa pun. Tidak ada media yang berani menyebar berita ini. Tidak ada satu pun dari pendukung, baik bayaran maupun sukarela yang memikirkan panutan mereka. Bahkan, seorang presiden di tempat ini pun tidak mampu. Tidak memiliki kuasa.

Ia duduk sendiri di singgasana, tanpa didampingin pengawal, asisten, atau penasehat Nilfheim. Tidak, ia tidak boleh terlihat bergantung pada mereka. Tidak ada yang boleh terlihat disembunyikan. Seharusnya, ia memang tidak berada di sini, berada di tengah para penuduh yang sebetulnya tak memiliki nyali untuk maju.

Dipandangi secara bergantian tujuh wajah di hadapannya, mereka duduk sejajar. Empat orang di bagian kanan adalah anggota komisi khusus yang tidak pernah patuh pada keputusan presiden sejak sindrom biostigma. Mereka tidak hanya ingin menurunkannya sebagai presiden, tapi mereka ingin ia dicap sebagai pengkhianat Nilfheim, diusir, lalu direndahkan seperti hewan. Dan, tiga di bagian kiri adalah orang yang berpihak padanya.

Ia menarik leher mikrofon, tertarik penuh dan berada dekat dengan mulutnya. Sebisa mungkin, tubuhnya tidak condong ke depan untuk bicara dengan para anggota kongres yang mengangkat wajahnya dengan angkuh. Condong hanya akan membuatnya diremehkan.

Dan sekarang, ini adalah saat-saat yang ia tunggu setelah sekian bulan tidak ada rapat yang membahas tentang Turk.

"Presiden Grisham." Seorang lelaki berambut perak mulai bicara. Ia menatap sang presiden dengan tatapan intimidasi, menganggap ketidakbecusan seorang presiden. "Sudah sepuluh tahun kita bertindak seolah melindungi teroris."

"Kita tidak pernah melindungi teroris." Sang presiden membantah dengan cepat, dengan nada yang santai dan tidak terburu-buru. Raut wajahnya sebisa mungkin tenang, tanpa emosi, tapi sorot matanya tajam. "Sepuluh tahun aku menjabat, tidak pernah ada teroris yang dilindungi."

"Apakah Anda sungguh yakin dengan hal itu?"

"Saya bersungguh-sungguh dalam mengatakannya, jadi Anda tidak perlu mengulangi pertanyaan yang sama. Tolong dipahami, kita tidak pernah melindungi teroris."

Lelaki itu menarik napas, tersenyum tipis. "Baiklah. Saya pikir kita harus mengganti pertanyaannya."

"Silakan."

"Apakah Turk bertanggung jawab atas ribuan nyawa Nilfheim ketika sindrom biostigma terjadi?" 

"Ya."

"Lalu, apakah menurut Anda, tindakan penyelamatan dengan mengorbankan jutaan nyawa adalah tindakan yang benar?"

"Tindakan sepuluh tahun yang lalu itu memang benar. Kita tidak bisa menggunakan hewan sebagai kelinci percobaan karena biostigma terlalu kuat. Sel dan jaringan tubuh hewan tidak mampu bertahan lebih dari dua jam setelah terjangkit biostigma. Karena itu, manusia yang mampu bertahan lebih dari dua hari adalah kelinci percobaan yang tepat. Memang terdengar kejam, tapi apakah Anda akan membiarkan jutaan rakyat Nilfheim meninggal hanya karena landasan rasa iba?"

"Jadi, menurut Anda itu adalah tindakan yang tepat? Bahkan setelah sepuluh tahun sejak kejadian itu, ada aktivitas tak normal yang terjadi di dalam Turk?"

"Selain masa sepuluh tahun terakhir, ya. Mengizinkan mereka melakukan uji coba memang tepat."

Kini giliran perempuan berkacamata yang merupakan salah satu penuduh bicara. Perempuan itu berdeham, lalu melihat beberapa lembar kasus di hadapannya. Jemari kurus yang keriput itu menyusuri kalimat per kalimat, lalu menatap sang presiden.

"Kalau tidak salah, pemimpin Turk adalah Christer Winberg, bukan?"

"Ya."

"Keturunan bangsawan Nilfheim, Nicholas Winberg, salah satu ilmuwan berpengaruh di Nilfheim sekitar dua puluh tahun silam."

"Benar, tapi Christer Winberg bukanlah anggota bangsawan sekarang."

"Apakah jabatannya sebagai bangsawan telah dicopot?"

Presiden Grisham mengangguk. "Benar."

Dengan kepala yang mulai berdenyut, ia menarik napas dan melirik tiga orang pendukungnya. Lea, asistennya yang andal, Danny, ketua DPR yang sejak dulu menjadi tempatnya berbincang, dan terakhir, Brook, kepala staf yang berkepala dingin, tempat di mana Grisham suka bertukar pendapat.

"Saya tidak ingin kepatriotisme kita dipertanyakan, Tuan Presiden." Perempuan itu memajukkan dagunya, menantang. "Rakyat Nilfheim sangat prihatin. Mereka tidak tahu apa pun yang terjadi di dalam sini. Nilfheim perlu tahu Anda ada di pihak siapa sekarang."

"Saya berada di pihak siapa?" Grisham berucap penuh penekanan. "Saya berpihak pada Nilfheim dan itu sudah sangat jelas."

"Presiden Grish-"

"Saya berpihak pada mereka yang telah berjuang setengah mati selama sepuluh tahun ini. Setelah Nilfheim hancur porak-poranda akibat biostigma, negara kita miskin. Mereka yang bekerja mati-matian demi membangun Nilfheim. Untuk apa lagi Anda bertanya, pada siapa saya berpihak?"

"Presiden Grisham. Bukan itu yang saya maksud. Ini bukan tentang Nilfheim, tapi tentang Anda. Sepuluh tahun Nilfheim berada di bawah tekanan Turk dan Anda tidak dapat melakukan apa-apa."

Grisham tahu rapat kali ini benar-benar berniat menjatuhkannya dari jabatan. Empat orang penuduh itu telah bosan berada di bawah tekanan presiden yang dianggap tidak becus tanpa tahu apa yang terjadi di belakang layar. Tiga asistennya itu benar. Tidak peduli sekuat apa pun jawaban yang diberikannya, orang-orang itu akan tetap membencinya yang seolah-olah memberikan Nilfheim pada Turk.

Padahal, ada maksud tersembunyi di balik niat mereka dan ada maksud tersembunyi dari kata-katanya.

"Hal ini sudah sering kita bicarakan."

"Tapi apa Anda yakin rakyat akan menerima semua ini? Maksudku, kita punya presiden, juga para dewan dan kongres. Kita punya konstitusi, punya landasan, tapi kenapa kita bergantung pada Turk?"

Kau tidak tahu betapa mengerikannya rapat sepuluh tahun lalu mengenai biostigma hingga rasanya membuat kepalaku ingin pecah. Dan sekarang, mereka hanya menuntut timbal balik atas jasa mereka.

Ingin rasanya ia melontarkan hal itu, tapi mungkin akan membuat wibawanya semakin jatuh dan membuat orang-orang itu semakin meninggikan lehernya.

"Kita tidak pernah bergantung pada Turk."

"Anda masih menyangkalnya setelah apa yang terjadi? Anda jelas memohon pada Christer Winberg untuk melindungi Nilfheim."

"Saya tidak memohon padanya. Itulah yang dikatakan oleh kalian, bukan saya."

"Merespons hal itu, apakah terbesit oleh Anda untuk membubarkan Turk? Jika memang Anda berpihak pada Nilfheim dan tidak bergantung pada Turk, maukah Anda membubarkan Nilfheim dan membebaskan konstitusi kita?"

Grisham terdiam. Ia tidak bereaksi sama sekali. Membubarkan? Mereka pikir membubarkan organisasi ilmuwan yang telah menyelamatkan jutaan manusia hanya karena membela orang-orang kotor adalah hal yang mudah? Ingin sekali Grisham menguliti kepala mereka dan memakunya di tembok-tembok pembatas wilayah, lalu mendeklarasikan bahwa orang-orang ini lebih jahat dari Turk. Ia tidak pernah membela Turk dan tidak pernah menganggap Turk sebagai musuh.

Karena bagaimanapun, Nilfheim selamat karena mereka.

"Saya menolak untuk menjawab."

***

Sidang itu berakhir. Grisham memijat pelipisnya yang berkeringat, mulai merasa lelah dan pusing. Beberapa tahun ini telah menjadi tahun yang berat baginya. Padahal, sebagai presiden seumur hidup yang telah menjabat dua puluh tahun, ia jarang memikirkan hal-hal seperti ini. Banyak yang harus ia pikirkan, bukan hanya masalah Turk yang sebenarnya 'bermain aman' dan ia tidak punya waktu untuk mengurusi para penuduh itu.

Bersama dengan tiga asistennya, Grisham memasuki ruang kerjanya, kembali berkutat dengan beberapa dokumen negara yang perlu diselesaikan. Namun, siapa sangka ada orang lain yang menantinya?

Lelaki berambut hitam yang melebihi tengkuk, diikat rendah, duduk membelakanginya, di singgasana presiden. Pakaian serbahitam, juga topi bulat dengan garis putih yang sangat familier, ditambah dua lelaki yang berpakaian senada.

"Bagaimana rapatnya, Presiden Grisham?" Suara lelaki itu berat, terkesan dingin, dan angkuh.

Grisham mendengkus, lalu duduk di salah satu kursi tamu. Ia meminta tiga asistennya, juga asisten orang itu untuk keluar. Sebuah percakapan rahasia yang bahkan tidak boleh diketahui asistennya sendiri.

"Begitulah. Mereka tidak akan puas sebelum menurunkanku dari jabatan dan membuangku ke luar Nilfheim, menjadikanku pecundang."

Lelaki itu tertawa, lalu memutar kursi, menghadap Grisham. "Perlukah aku membunuh mereka?"

Grisham menggeleng. "Tidak. Jika kau membunuh semua manusia kotor, aku tidak akan memiliki lawan lagi. Tidak seru dan membosankan."

"Benarkah? Kupikir itu yang kau harapkan."

"Tidak perlu berbasa-basi, Christer. Katakan apa yang membawamu ke tempat yang paling tidak kau sukai."

Christer bangkit, berjalan menuju Grisham. Ia duduk di hadapannya, bersandar. "Kau pasti mengerti apa yang kuinginkan."

"Aku tidak mengerti jika kau tidak mengatakannya. Perlu kuambilkan minuman?"

Christer menggeleng. "Tidak, kawan. Aku tidak haus dan tidak bersantai sekarang. Aku dikejar waktu, jadi akan kukatakan dengan cepat." Ia menarik napas, lalu menatap tajam Grisham. "Ada orang-orangmu yang menyelundup ke dalam Turk. Aku tidak tahu apakah kau yang memerintahkannya, atau bukan. Aku tidak tahu apa tujuannya, tapi yang pasti, jika kau tidak menarik orang itu segera, maka akan aku jadikan orang itu sebagai sahabat Jim."

"Aku tidak mengutus siapa pun ke Turk. Tidak ada sama sekali, ini pasti kesalahan."

Christer mengangguk-angguk. "Kita akan tahu setelah menginterogasinya. Ah, ya, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu."

Grisham mengernyit. "Apa?"

"Atas pemberian anjing pemburu yang bagus, Niel Zackween. Ia membuatku jatuh cinta dengan hasil buruannya."

"Maksudmu, Jim Sakgaard?"

Christer menggeleng. "Tidak, ada satu lagi. Salah satu anggota kongres yang sombong. Dia akan mendapatkannya untukku lusa nanti."

Grisham terdiam. Ia tahu Christer tidak akan berhenti hingga akhir hayat dan tahu bahwa maksud orang ini sebetulnya baik, meski dengan cara yang salah. Ada alasan kenapa Christer melakukan semua kesadisannya, alasan mengapa Turk begitu mencintai orang-orang yang kotor. 

Mereka bukanlah teroris. Ia yakin hal itu karena Nilfheim berutang nyawa begitu banyak. Mereka hanya menuntut balas jasa atas apa yang dikorbankan saat biostigma terjadi. 

Ya, tidak ada salahnya jika mereka meminta balas jasa, bukan? 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Good Guy in Disguise
633      453     4     
Inspirational
It started with an affair.
Karma
4547      1145     7     
Mystery
Tidak di angkasa, di tengah lautan atau pun di dalam gua - gua gunung, tidak dimanapun seseorang dapat menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan- perbuatan jahatnya. (Dhammapada : 127)
Altitude : 2.958 AMSL
667      450     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.
CALISTA
288      223     0     
Fantasy
Semua tentang kehidupan Calista, yang tidak hanya berisi pahit dan manis. Terdapat banyak rasa yang tercampur di dalamnya. Ini adalah kisah dimana seorang Calista yang mendapatkan pengkhianatan dari seorang sahabat, dan seorang kekasih. Disaat Calista berusaha menyelesaikan satu masalah, pasti masalah lain datang. Akankah Calista dapat menyelesaikan semua masalah yang datang padanya?
Jangan Main Petak Umpat
295      170     1     
Short Story
"Jangan Main Petak Umpat Sore-Sore!"
Loteng Rumah Ku
781      460     6     
Short Story
Apakah ada seseorang di atas sana?
MY SCHOOL
8262      1985     1     
Action
STORIES OF MY SCHOLL
AUNTUMN GARDENIA
104      90     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
karachi
618      362     0     
Short Story
kisah elo
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
2409      758     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...