Dulu dia masih kecil, belum memahami apapun tentang dunia. Tentang rasa sakit bila suatu hari orang yang ia sayangi meninggalkannya.
Sampai rangkaian memori menelusup hadir tanpa permisi, menyalakan putaran kejadian yang tak pernah hilang dari ingatannya.
Azka mengingatnya, walaupun itu terlalu kekanakan. Dimana dirinya merasakan kebahagian hanya dengan menghabiskan waktu bersama teman kecilnya.
Aresha Ravan Arabella
Gadis kecil berwajah manis, yang tak pernah menunjukkan tangisnya. Azka bukan jatuh cinta ketika itu, dia bahkan belum paham makna cinta. Tapi dia menginginkan Aresha bersamanya untuk selama-lamanya.
Pada kenyataannya itu mustahil, Aresha bisa pergi kapan saja. Dan memang terjadi. Azka tak menyangka kejadian 10 tahun yang lalu mampu memisahkannya dengan Aresha. Dia tak tau lagi keberadaan gadis itu. Dimana dia? Kemana Azka harus mencari?
Jakarta , 8 Agustus 2008
Hari ini tepat perayaan ulang tahun Azka Aldrich yang ke tujuh. Orang tuanya merayakan pesta kecil ditaman yang tak jauh dari rumahnya. Seperti pesta pada umumnya, banyak orang yang hadir.
Azka yang berwatak pendiam memilih duduk dikursi sambil menopang dagu, memperhatikan orang-orang dewasa yang bercengkrama. Dia jelas bosan, tak ada yang spesial.
Seorang anak kecil diam-diam mengendap-endap dibelakangnya. Berniat mengagetkan Azka. Tapi Azka sudah tau lebih dulu sehingga justru Azka yang mengagetkan gadis kecil itu.
"BA!"
"Mama!" Aresha kaget sampai tubuh kecilnya terjungkal jatuh diatas tanah."Ih kok jadi aku yang kaget."
"Makanya jangan jahil,"balas Azka agak tak minat.
"Azka! Main yuk."
Azka mengernyit, tanpa sadar matanya berbinar."Main apa?"
"Kejar-kejaran, nanti yang kalah harus dikasih hukuman. Yuk!"Aresha menarik lengan mungil Azka agar turun dari kursi mengikuti langkahnya.
Mama Azka melihat keduanya sontak berteriak."Jangan jauh-jauh, sayang!"
"Iya, Ma! Ayo kejar aku,"teriak Azka. Sorak bahagia mengiringi sore hari berawan kali ini tanpa ada beban-beban kesedihan.
Sayup-sayup teriakan itu mampu menyusup di memorinya, kenangan lama yang telah terkubur muncul kembali. Hatinya terasa sakit, rasanya ingin kembali dan memperbaiki semuanya. Memori itu berputar terus menghasilkan kepingan masa lalu tentang orang yang dirindukan.
"Yee kena!!"
Sepasang anak kecil itu ternyata sedang bermain bersama di taman karena hari ini ada sebuah pesta ulang tahun mereka berdua. Mereka tampak gembira, tapi tidak untuk beberapa saat setelah takdir mereka diubah oleh semesta. Semuanya... berubah.
"Yahh... Gantian sekarang kamu aku kejar ya?"Azka antusias mengerlingkan matanya kearah gadis imut yang ada dihadapannya. Dia terengah-engah sambil menggelengkan kepalanya berulang kali agar menolak ajakan Azka.
"Aku capek kaaa,"rengek gadis kecil itu.
Azka mengerucutkan bibirnya."Baru main masa capek sih payah."
Tanpa aba-aba gadis itu lari secara tiba-tiba."Lari!"
"Aku tangkap ya! Awas kamu."
"Gak kena wlekk."
Mereka berdua berlarian dengan penuh keceriaan tanpa mereka sadari dari arah utara sebuah mobil berwarna merah melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Gadis kecil itu berlari dijalanan berlapis aspal, seharusnya mereka tak bermain terlalu jauh seperti sekarang ini.
Brak
"Areshaaaaa..."
Gadis kecil tadi tertabrak sangat keras, luka mengucur dikepalanya dan membuat tubuh kecilnya terpental ke pinggir jalan. Naasnya sang pemilik mobil berwarna merah itu segera memacu kendaraannya pergi dari tempat itu.
Gelak tawa riang hilang bersamaan dengan air mata langit yang turun membasahi bumi. Luntur, kacau dan hilang. Apa ini benar-benar nyata? Ataukah hanya ilusi yang diciptakan otaknya. Semua terlalu mustahil.
Langkah Azka gemetar, menghampiri tubuh Aresha yang tergeletak tak berdaya."Aresha? Aresha bangun!"
Untuk pertama kali, dia melihat darah sebanyak ini. Mata Aresha terpejam.
Azka menangis dan segera berlari menuju kerumunan pesta tak jauh dari tempat itu. Tangan mungilnya berusaha menarik Mamanya.
Para orang tua bertanya-tanya."Ada apa Azka?"
"Aresha berdarah, tolongin dia Ma."
"Aresha!!!"
Mereka semua segera berlari menuju tempat itu. Jerit-jerit para orang tua. Wajah-wajah penuh kecemasan dan derai air mata menambah kacau suasana. Kedua orang tua Aresha shock dengan kondisi anaknya yang pingsan dan kepalanya terluka. Mama Aresha histeris melihat itu sedangkan yang lain berusaha menyelamatkan Aresha.
Ambulan datang untuk membawanya ke rumah sakit terdekat, mereka berharap nyawa gadis itu bisa tertolong. Dengan kejadian itu takdir mereka berubah total. Semesta menginginkan mereka untuk berpisah dan saling merasakan kehilangan. Hilang dalam sekejap, cukuplah berharap takdir baik akan ada dan kemungkinan terburuk lenyap.
Kita tahu hidup ini memang terkadang tidak bisa memilih. Kita tidak bisa menghindar dari bagian pahit dari kehidupan. Sesuatu ketika seseorang harus kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya. Karena itu semua adalah bagian dari kehidupan kita. Tuhan mengajarkan kita melalui kehilangan. Bila bukan hari ini kamu menemukan mungkin esok akan menjadi sebuah kejutan. Jadi bersiaplah merasakan kehilangan.
Hari itu hari terburuk selama aku hidup di dunia ini karena kamu menghilang tanpa pernah kembali lagi.
Kehilanganmu adalah penyesalan paling menyakitkan dari kelalaian ku untuk menjagamu.
Ya, bagiku kau adalah sosok sahabat. Sahabat tempat berbagi, saling menguatkan kala lemah, saling menghibur saat sedih, berbagi ceria saat berbahagia. Kau adalah seorang yang kukagumi, yang selalu tersenyum ramah. Kau, seseorang yang pernah berjanji akan selalu ada.
Maaf semua ini salahku... Kalau saja aku tak memintamu untuk melakukan itu pasti kau masih ada disisiku.
Ijinkanlah aku untuk mencarimu dan menemukanmu lagi... Aresha...
- Azka Aldric