Denting lirih lagu Fur Elise milik Beethoven mengalun dari mainan anak – anak yang berputar perlahan di antara keremangan kamar bayi itu. Seorang ibu muda tampak sedang mengayun keranjang bayinya di pojok kamar. Bayi itu menangis keras sambil menendang – nendang. Entah apa yang membuatnya menangis.
“Tidur ya sayang? Tidur ya? Ini sudah pukul 2 dini hari, kenapa kamu masih saja menangis, nak??” kata ibu muda itu risau. “Apa kamu sakit??”
Ibu itu mengangkat bayinya dari keranjang dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang berusaha menenangkan bayi itu.
Bayinya seorang bayi laki – laki yang lucu, begitu menggemaskan, begitu manis, matanya abu – abu jernih, kulitnya seputih salju, bibir mungilnya bersemu merah jambu. Siapa pun pasti akan jatuh hati bila memandangnya. Karena kemolekan bayi itulah ibu muda itu beserta suaminya memutuskan untuk merawat bayi itu ketika pertama kali menemukan bayi manis itu di tergolek menangis depan pintu gerbang rumah mereka. Entah siapa yang sudah begitu tega meninggalkan bayi itu di situ. Hanya seuntai kalung berbandul Pentagram yang melingkar di leher bayi malang itu, selain itu tak ada tanda pengenal atau surat apapun yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengetahui siapa orang tua kandung bayi laki – laki itu.
“Ada apa sayang?? Kenapa kamu tak mau diam?” bisik ibu itu sambil memeluk bayinya yang masih saja menangis. “Kamu sakit ya atau kamu sudah lapar lagi, nak? Sebentar ya ibu buatkan susu...Sabar ya?”
Denting lagu Fur Elise itu tiba- tiba terhenti ketika mendadak ada suara tangisan bayi lain yang mengiringi suara tangis bayi laki – laki lucu itu! Ibu muda itu nyaris saja menjatuhkan bayi yang digendongnya karena kaget.
“Ke...Kenapa tangisan itu...” mata ibu muda itu mencari – cari sumber suara tangisan ke 2 yang berkumandang menyaingi tangisan bayinya sendiri. “Su...Suara itu...Sepertinya ada di dalam ruangan ini juga!”
Jantung ibu muda itu mendegup kencang ketika menemukan seorang bayi lain tiba – tiba saja sudah tergolek menangis di dalam keranjang bayinya. Bagaikan tengah bermimpi ibu itu memandang bayi itu...Bayi misterius itu...Serupa benar dengan bayinya sendiri, matanya, rambutnya...Laksana kembar...Dari mana datangnya bayi itu?? Kenapa bisa tiba – tiba ada di dalam keranjang ini??? Apakah bayi itu...Apakah...
“Ya Tuhan...” ibu itu mendekap mulutnya dengan wajah pucat pasi, dia masih terpaku memandang bayi yang di dalam keranjang. Bayi misterius itu tiba – tiba berhenti menangis dan kepalanya bergerak perlahan membalas memandang ibu muda itu. Kedua bola mata abu – abu bayi asing itu begitu jernih sehingga nyaris berwarna putih...Putih...Begitu putih...Bahkan warna putih itu sampai melebar keluar matanya...Meleleh ke pipinya...
“Aaaaahh!!! Tidaaaaaakk!!!!” jeritan histeris ibu muda itu seolah hendak memecah keheningan malam pukul 2 dini hari itu.
Terlambat! Ketika suami ibu muda itu menerjang masuk ke dalam kamar bayi. Terlambat!!
“Dina??!!! Ada apa??!! Dina!!! Apa yang terjadi dengan anak kita??”
Tapi laki – laki itu hanya menemukan Dina istrinya sudah tergeletak kaku di lantai. Mata wanita itu terbelalak kosong dengan luka bekas gigitan menganga dilehernya. Sedangkan bayinya tergolek disamping tubuh sang istri, berlumuran darah dan menangis.
“Dinaaaa!!!!!! Tidaaaaak!!!!” teriakan laki – laki itu membahana keras.