“Hei, Rosaline! Tunggu!” Sheila tergopoh – gopoh mengejar Rosaline yang sudah lebih dulu melangkah keluar gerbang sekolah, saat itu 10 menit setelah bell pulang berbunyi.
“Ada apa? Penting betul tampaknya? Nilai ulangan matematikmu dapat 100?”sahut Rosaline sambil terkikik.
“Sembarangan saja kamu, tapi alhamdulillah deh kalau benar....Hehehe...” Sheila akhirnya berhasil mengiringi langkah Rosaline.
“Eh serius nih sekarang, ada apa kamu memanggilku tadi?”tanya Rosaline.
“Lihat ini? Brosur yang kudapat dari kak Mira ketua OSIS.” jawab Sheila sambil mengacungkan sebuah brosur warna – warni ke depan hidung Rosaline. “Brosur peringatan ulang tahun sekolah kita, tanggal 14, akan dimeriahkan dengan pertunjukan teater ‘Putri Salju’, lomba baca puisi dan banyak deh yang lainnya! Seru banget keliatannya.”
“Wah keren! Ada lomba puisi? Kamu kan jago puisi, kamu ikut kan?” kata Rosaline dengan mata berbinar – binar.
“Ya, dan kamu juga sudah kudaftar kan ikut pertunjukan teater ‘Putri Salju'...” ujar Sheila kalem.
“Apa?! Kamu mendaftarkan aku ikut teater?!” Rosaline langsung mendelik. “Kok nggak bilang – bilang dulu ke aku?”
Sheila terkekeh melihat wajah Rosaline yang merah – kuning – hijau karena kata – katanya.
“Kan sekarang sudah kuberi tau kamu...” sahut Sheila sambil mengerling nakal.
“Ih sebal.....Kamu...” Rosaline hendak menjewer Sheila ketika
tiba – tiba sebuah motor sport Kawasaki Ninja H2R berhenti di dekat Rosaline dan Sheila membuat kedua gadis itu menoleh. Pengendaranya memakai seragam sekolah juga.
“Sorry....” tegur pengendara Kawasaki Ninja H2R itu tanpa membuka helmnya, tapi Sheila masih bisa mengenali wajahnya.
“Grey!!” pekik Sheila entah histeris entah karena senang ( eh?), tapi yang disebut Grey malah lebih memperhatikan Rosaline daripada Sheila. Grey merogoh saku seragamnya dan mengulurkan sesuatu pada Rosaline.
“Kebetulan nih, aku tak perlu mencarimu lagi kalau begitu, ini untukmu...” kata Grey diluar dugaan. Setelah mengatakan itu, pemuda itu menstarter motornya lagi, dan melaju meninggalkan Rosaline dan Sheila yang terbengong – bengong karena ulahnya.
“Rosaline, apa yang diberikan Grey padamu? Coba baca dong!” kata Sheila penasaran melihat secarik kertas yang dilipat rapi dalam pegangan Rosaline.
“Pemuda aneh!” komentar Rosaline sambil membuka lipatan kertas yang diberikan Grey padanya tadi. Ternyata isinya sebuah puisi.
Butterfly kecil,
Ku ingin menyentuhmu tapi aku takut,
Takut saat kusentuh, kamu akan terbang meninggalkanku
Butterfly kecil,
Apakah kebersamaan kita dulu telah rapuh dari ingatanmu
Serapuh kupu – kupu yang indah tapi tak berumur panjang?
Rosaline dan Sheila saling berpandangan setelah membaca tulisan itu, puisi itu.
Grey memberinya sebuah puisi? Jantung Rosaline berdegup kencang. Lagi – lagi dia memanggilku butterfly kecil? Apa maksudnya? Kebersamaan kita dulu? Memangnya dulu aku pernah bersama Grey? Batin Rosaline bertanya - tanya.
“Wah, wah, tanda – tanda ini...” komentar Sheila sambil senyum – senyum penuh arti pada Rosaline.
“Entah apa maksudnya memberi puisi ini? Kebersamaan apa?” rutuk Rosaline bingung.”Ketemu saja baru di sekolah ini, kapan bersamanya? Dasar aneh! Sudah ah, kita pulang saja yuk...”
Puisi itu menjadi misteri dan tanda tanya besar pada diri Rosaline sampai dia tiba di rumahnya, meletakkan tas sekolah, menyerahkan catatan pesanan kue brownies, dan mengembalikan keranjang kue yang telah kosong pada ibunya sembari menyerahkan uang lima ratus ribu.
“Wah nggak salah ini, nak? Lima ratus ribu? Seingat ibu, kue yang kamu bawa tadi pagi tak banyak...” ibu langsung berkomentar melihat uang yang diberikan Rosaline.
“Ada yang bersedekah dengan kita, bu.” jawab Rosaline asal bunyi, walau ibunya jelas – jelas tampak heran.
“Siapa?”tanya Reyna, kakak Rosaline yang juga baru pulang dari kampusnya.
“Grey Adinegoro, anak baru di sekolahku, kelas sebelas.” sahut Rosaline singkat.
“Grey Adinegoro? Seperti sebuah nama yang sudah sangat familar kedengarannya.” komentar Reyna sambil mengerutkan kening. “Kan bukan Grey sahabat karibmu waktu di TK dan SD dulu kan?”
Reyna kakak Rosaline itu tiba – tiba tertawa kecil ketika mengatakan itu, sepertinya sedang teringat dengan sesuatu yang lucu.
“Apa maksud kakak?” tanya Rosaline bingung.
“Adikku sayang, masa lupa dengan Grey gendut yang suka menghabiskan kue buatan ibu sampai satu toples di rumah kita...” kata Reyna sambil memencet hidung Rosaline dengan gemas.
“Haa?”Rosaline mendekap mulutnya, kaget.”Maksud kakak, Grey yang...”
Kilasan – kilasan kenangan lama itu tiba - tiba seolah terlintas kembali di mata Rosaline, sosok gendut kecil yang berlari – lari di rumah itu, merebut toples kue dari tangannya dan memakan kue nya sampai habis di pojok ruang tamu. Kilasan sosok dirinya yang juga masih kecil mencak – mencak memarahi sosok gendut itu....
“Ingatkan?” Reyna tersenyum melihat reaksi adiknya. “Ya kakak cuma menduga, siapa tau dia ternyata Grey sahabatmu dulu..Soalnya ada berapa sih Grey Adinegoro di kota ini?”
“Oh tidak! Tidak mungkin Grey yang itu...Tidak mungkin...Nama kan bisa saja sama...” bantah Rosaline tak yakin atau tepatnya gadis itu tidak terima kalau Grey yang di sekolahnya ternyata adalah Grey sahabat karibnya dulu, mengingat tingkah laku Grey yang arogan waktu di depan kantin tadi pagi, tapi Rosaline masuk juga ke dalam kamarnya, karena rasa penasaran mengusik dirinya begitu kuat akibat kata – kata kakaknya, gadis itu membongkar laci meja belajarnya, menarik sebuah album foto yang sudah usang karena sudah lama tersimpan di pojok lacinya. Rosaline duduk di tempat tidurnya, membuka – buka lembaran halaman album foto itu, album foto masa kecilnya, album foto yang di dominasi dengan foto – foto dirinya dengan seorang anak laki – laki gendut. Kenangan – kenangan itu pun kembali bergulir, tentang anak laki – laki gendut yang menjadi sahabat karibnya ketika Rosaline masih duduk di bangku TK dan SD kelas satu, tentang anak laki – laki gendut yang membuat Rosaline kecil menangis karena anak laki – laki itu harus meninggalkan Rosaline kecil, dan pindah ke Amerika mengikuti keluarganya. Sembilan tahun lamanya anak laki – laki itu membuat Rosaline kecil menunggu, dan itu terlalu lama bagi Rosaline kecil, sehingga banyak kenangan yang akhirnya jadi terlupakan. Rosaline menghela nafas, memperhatikan wajah anak laki – laki yang ada di dalam foto, gadis itu terbayang wajah Grey yang di sekolahnya.
Bagaimanapun sepertinya aku harus mengakui kalau dugaan kak Reyna benar juga! Mengejutkan memang, sepertinya dia memang Grey si gendut sahabatnya dulu deh. Lihat matanya yang coklat muda itu, hidungnya...Bibirnya...Sama...Semua sama....Ah ini benar – benar seperti mimpi! Aku sama sekali tak menyangka! Rosaline memperhatikan lagi foto – foto di albumnya, yah, hanya sekarang Grey tidak gendut lagi seperti dulu, Grey yang sekarang sudah berubah bagaikan metamorfosa kepompong gendut yang jelek menjadi kupu – kupu yang indah mempesona. Yang dulu gendut sekarang menjadi tinggi, langsing dan....Ganteng....Oh tidak, tidak, kenapa harus dibilang ganteng sih? Rosaline menggeleng – gelengkan kepalanya berusaha menepis bayangan Grey yang sekarang. Rasanya sulit dipercaya, Grey Adinegoro yang di sekolahnya yang sok dan arogan itu, adalah si Grey gendut sahabatnya dulu, yang ceria, yang baik hati... Kok bisa ya? Setelah sembilan tahun tak bertemu...
Tapi kenangan masa – masa kecilnya bersama Grey segera menghapus bayangan Grey yang sok dan arogan dari pikiran Rosaline, gadis itu tiba – tiba merasa kangen dan sangat menginginkan masa kecil yang indah itu kembali. Rosaline mulai mengingat kembali kenangan - kenangan itu , betapa dulu mereka selalu bermain bersama, makan kue bersama....Mereka sudah seperti saudara...Rosaline ingat ketika dia bermain bersama Grey di taman dekat rumah mereka, berlari – lari di antara bunga – bunga, di antara kupu – kupu yang berterbangan, ceria, bersenda – gurau, seolah tak akan pernah ada kesusahan diantara mereka. Dan waktu itu, Grey memanggilnya...Butterfly kecil....
“Ya Tuhan...” Rosaline buru – buru mengambil kertas kecil yang berisi puisi yang diberikan Grey di sekolah tadi dari saku seragamnya. Untung kertas itu belum terbuang olehnya.
Butterfly kecil,
Ku ingin menyentuhmu tapi aku takut,
Takut saat kusentuh, kamu akan terbang meninggalkanku
Butterfly kecil,
Apakah kebersamaan kita dulu telah rapuh dari ingatanmu
Serapuh kupu – kupu yang indah tapi tak berumur panjang?
Kebersamaan kita dulu....Pasti kebersamaan mereka dulu waktu kecil yang dipertanyakan Grey dalam puisinya! Grey mencoba mengingatkan dirinya! Rosaline tiba – tiba sangat menyesal tidak bisa langsung mengenali Grey. Ah maafkan aku Grey....
Rosaline tak sabar menunggu besok, saat kembali sekolah, ia ingin cepat – cepat bertemu Grey dan mengulang kembali kebersamaan itu. Kebersamaan yang dulu terputus selama hampir sembilan tahun lamanya karena waktu itu keluarga Grey harus pindah ke Amerika karena pekerjaan ayah Grey. Rosaline tidak menyangka mereka bisa bertemu lagi sekarang. Ah Grey dudul kok tidak mengabarinya dulu sih? Justru malah tiba – tiba saja masuk ke sekolahnya, menabrak dirinya semena – mena di depan kantin...Memberinya puisi... Dasar Grey aneh! Awas kamu besok!