"Apa tidurmu nyenyak, putri tidur?" Shevana yang sedang menguap menoleh terkejut mendapati Leon tengah duduk santai menatapnya. Shevana mengerutkan dahi.
Mengapa Leon bisa ada di sini?
Shevana memicing ke arah Leon, "Apa yang kau lakukan di kamarku?"
Seketika Leon terkekeh membuat Shevana mengernyit bingung.
"Kamar mu, huh? Apa kau tidak bisa membedakan yang mana kamarmu, Ana? Atau kau memang ingin mengakui jika kamarku juga milikmu. Baiklah, jika itu maumu kau boleh menganggap kamarku sebagai kamarmu juga." jawab Leon membuat Shevana melototkan mata terkejut. Dia melihat sekelilingnya..
Ah, ini memang bukan kamarnya.
Jangan lupakan Leon tadi bicara jika ini kamarnya, bukan?
Lalu mengapa aku bisa ada di sini?
"Kau.. Apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa aku bisa berada di kamarmu?" Shevana mendelik garang ke arah Leon.
Leon tertawa pelan melihat itu, "Apa kau sama sekali tidak mengingat nya? sayang sekali, padahal racauan mu saat tidur benar-benar lucu."
Shevana semakin menatapnya tajam. "Jangan berbelit Leon. Cukup jelaskan saja."
"Kau akan memberi ku apa jika aku menjelaskan padamu?" Leon menunjukan smirknya. Shevana yang sudah kepalang kesal melemparkan bantal yang ada di tangannya ke arah Leon, dengan sigap Leon menangkap nya, membuat Shevana mengeram kesal.
"Dasar singa arogan! Enyahlah dariku jerk. Kau memang rajanya membuatku kesal." sunggutnya marah.
Leon tersenyum miring, balas menatap Shevana jahil. "Singa arogan, huh? Apa itu panggilan sayang darimu? Ah.. Itu terdengar sangat romantis."
Lagi.. Shevana sudah tidak tahan lagi untuk menjambak pria songong itu. Dengan cepat dia turun menubruk tubuh Leon dan memukul nya menggunakan bantal yang sedari tadi sudah di pegang nya.
"Sialan kau brengsek! Mengapa selalu membuatku naik darah. Kau ingin aku cepat mati ya? Jika iya, jangan banyak berharap. Jika aku mati, aku akan menyeretmu untuk ikut aku. Akan ku lempar kau ke neraka. Dasar Singa sialan!" pekiknya terengah memukul Leon yang di balas tawa menyebalkan dari pria arogan itu.
"HAHA.. Astaga.. Kau lucu sekali. Coba berkacalah, wajahmu benar-benar lucu." Shevana semakin meradang mendengar itu.
"Leon, astaga.. Aku doakan kau mati kehabisan nafas kau tahu. Ya Tuhan.. Kau sungguh membuatku kesal pagi-pagi." teriaknya sebal.
Leon yang sudah kehabisan cara menghentikan Shevana yang tengah mengamuk, dengan cepat meraih pinggang nya, membuat Shevana terkejut dengan refleks mengalungkan tangan ke leher Leon.
Dia menatap Leon garang. "Apa yang kau lakukan, jerk?!''
Leon menyeringai, "Menurutmu.. Apa yang bisa aku lakukan untuk memberi pelajaran pada mulut kasarmu itu, hm? Aku sedikit tersinggung mendengarnya." Shevana meliriknya Kesal, dia balas. Menatap Leon menantang.
"Itu memang dirimu. Untuk apa kau tersinggung. Seharusnya kau berterima kasih padaku karna telah mengingatkan mu tahu. Lepaskan aku."
Leon semakin mengeratkan rengkuhannya, ia berisik pelan. "Tidak semudah itu, Ana.." Shevana menatapnya bingung, sebelum sempat membalas ucapannya, Leon dengan cepat mendaratkan bibirnya di atas bibir Shevana. Shevana meronta, namun Leon malah dengan sengaja sedikit melumat, memaksa Shevana membuka mulutnya, namun dengan semua sisa kesadaran nya. Shevana memilih menutup mulutnya rapat. Membuat Leon sedikit menggigit bibirnya. Membuat Shevana memekik terkejut.
Kesempatan itu tidak Leon sia-siakan, dengan cepat dia menerobos masuk mengeksplor mulut Shevana. Membuat Shevana sedikit kehilangan akal. Ciuman Leon benar-benar memabukkan. Setelah di rasa kehabisan nafas, Shevana memukul dada Leon, membuat ciuman mereka terlepas.
Dengan cepat Shevana menghirup udara rakus. Sepertinya, Leon benar-benar berniat membunuhnya.
"Apa kau gila. Kau ingin membunuhku, huh?!" ucap Shevana mendorong dada bidangnya. Leon tersenyum sembari mengusap bibirnya.
"Morning kiss babe. Kau tidak perlu terkejut seperti itu. Ini bukan ciuman pertamamu, remember?"
Shevana memejamkan mata kesal, menghadapi Leon memang tidak akan ada ujungnya. Dia lebih memilih masuk ke kamar mandi, sebelum itu, saat melewati pria itu dengan sengaja Shevana menendang tulang kering nya membuat sang empunya mengaduh. Shevana menjulurkan lidah nya mengejek.
"Sial! Aku akan menggigit lidahmu jika tertangkap. Awas saja kau." Shevana dengan cepat menutup pintu, dia tertawa senang bisa membalas pria songong itu.
"Rasakan itu, jerk. Kau pantas mendapatkan nya."
**
Shevana sudah rapi dengan pakaian kerjanya, Shevana harus berterima kasih pada Leon yang telah menyiapkan baju untuknya, terkadang.. Lelaki itu bisa mengerti kebutuhannya. Hanya saja.. Sikap menyebalkan nya itu sudah terlalu mendarah daging seperti nya.
"Apa kau sudah siap. Kita akan berangkat sebentar lagi. Kau bisa sarapan terlebih dahulu." ucap Leon berada di belakang Shevana. Shevana membalikkan badan.
"Tidak perlu. Aku bisa sarapan nanti. Ini sudah terlambat, ayo berangkat sekarang." Leon menaikkan sebelah alisnya.
''Memang nya kau tidak lapar? Semalam kau hanya makan sedikit. " Shevana menggeleng, dia menarik tangan Leon untuk segera turun.
"Sudahlah, ayo. Ini sudah sangat terlambat tahu. Kau ada meeting satu jam dari sekarang. Jangan membuang waktu." akhirnya Leon hanya bisa pasrah mengikuti langkah Shevana yang menariknya. Leon tersenyum tipis melihat itu.
"Hati-hati. Tidak usah buru-buru. Aku ini bossnya, meeting tidak akan berlangsung tanpaku. Jadi rileks sedikit." ucap Leon menangkap Shevana yang hampir jatuh.
"Kau bisa sesantai itu karna kau bossnya, sedangkan aku.. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya pegawai biasa. Orang lain akan berpikir lain mengenai aku, jika kau memperlakukan ku berbeda."
"Tidak usah dengarkan mereka. Bukan mereka yang mengajimu. Jadi tidak usah khawatir."
Shevana meliriknya kesal. "Mudah bagimu mengatakan seperti itu. Tidak denganku yang merasakan nya. Ah sudahlah.. Percuma bicara padamu. Kau tidak akan mengerti." balas Shevana menghentakkan kakinya kesal. Leon terkekeh melihat itu.
Well.. Siapa yang berani membicarakan dia? Seisi kantor bahkan sudah tahu jika antara Shevana dengan nya memang ada hubungan lebih. Maka dari itu, Leon tidak memedulikan protesan Gadis galak itu.
"Pagi Jordan.." sapa Shevana melihat Jordan membukakan pintu mobil untuknya.
"Siang, Miss." balas Jordan tersenyum tipis membuat Shevana mengerjapkan mata.
"Siang.." Beonya. Shevana menghentikan langkah, menoleh kearah Jordan yang mengulum senyum melihat nya.
"Memang nya ini jam berapa? Ah, aku membutuhkan ponselku." ucap Shevana mencari-cari ponselnya dalam tas.
Tak lama Leon datang, dengan mengayunkan sebuah ponsel, "Apa kau mencari ini, Ana?" ucap Leon menunjukan senyum miringnya. Dengan cepat Shevana meraih nya, namun kalah cepat saat Leon dengan sengaja memasukkan ponselnya ke dalam saku jaz nya.
"Leon! Kemari 'kan." Leon menatap Shevana santai.
"Aku hanya bertanya, jika kau menginginkan nya, ambillah sendiri."
Astaga.. Mana mungkin Shevana merogoh jaznya hanya untuk mengambil ponselnya.
Laki-laki ini pasti sengaja. Pikirnya.
"Oke. Aku tahu kau masih kesal, tapi jangan bercanda lagi. Aku sudah lelah menghadapi mu. Tolong kembalikan." ucap Shevana melembutkan suaranya membuat Leon mengulum senyum.
"Apa begitu caramu meminta, ah sayang sekali, kau hanya lembut saat menginginkan sesuatu. Tapi siapa yang bisa menjamin setelah ini kau akan berubah Galak lagi." Leon menggerakkan tangan, "jika kau menginginkan nya, kemari lah."
Dengan cepat Shevana menggelengkan kepala. "Tidak, Tidak perlu. Kau bawa saja ponselku sesukamu. Aku tidak akan tertipu olehmu." Leon yang mendengar itu tersenyum tipis,
Gadis galak itu sudah mulai pintar sekarang.
"Menipumu? Kau terlalu banyak berfikir negative terhadapku. Itu tidak baik, Ana."
"lalu.. Hal baik menurut mu itu yang seperti apa?" balas Shevana berdecak kesal.
Mau berangkat bekerja saja harus semerepotkan ini. Benar-benar sialan pria arogan itu.
"Memberiku morning kiss seperti tadi, misalnya." balas Leon tersenyum pongah.
"Dalam mimpimu, jerk! Dasar pria arogan sialan." pekik Shevana kesal dengan membanting pintu mobil kasar. Meninggalkan Leon yang terkekeh di belakangnya.
_
Jadilah Reader yang baik Dan dukung penulis dengan Klik tanda 👍 jika anda menyukai karya saya😊. Terima kasih dan selamat membaca😊..
@R_Quellaiya..
Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2