Setelah perjalanan panjang yang di tempuhnya. Shevana kini berbaring bebas di kamarnya sendiri.
Senyumnya masih terjaga, meski sudah sehari yang lalu bayangan menyenangkan itu terekam di memorynya. Mengulingkan badanya kesamping. Dia memeluk erat guling kesayanaganya.
"Ah.. Mengapa kesan itu selalu terlintas di fikiranku saat aku mengenenang kota paris? Ku rasa aku sudah mulai gila." ucapnya melihat bayangan manis Leon yang senantiasa menemaninya seharian di sana. Memaksa lelaki itu makan gula kapas, Menaiki ayunan di pinggir danau.. 'Ah bodoh! Apa yang kau pikirkan Shevana? Jangan sampai kau terjerumus muslihat pria arogan itu.' ucap batinnya menyadarkannya.
Dering ponselnya berbunyi, menampilkan nama lelaki yang sedari tadi membuatnya hampir melupakan kenyataaan.
Jemarinya mengeser ikon tombol hijau itu.
"Ada apa?" ucapnya saat baru saja televonnya tersambung.
Leon berdecak kesal, "Apa begini caramu menyapa, nona Maurer?"
Shevana memutar bola matanya malas. "Jika tidak ada yang penting, aku akan menutupnya."
"ck! Kau ini, selalu saja sesuka mu." Shevana mendelik sebal.
"Apa kau tidak punya kaca Tuan? Sikap aroganmu jauh lebih menyebalkan di banding aku."
"Ya terserah, anggap semaumu saja." jedanya, "Jika kau tidak keberatan..Temani aku makan malam nanti." ucapnya.
Shevana mengernyit, "Apa kau sedang mengajakku kencan?" tanyanya tak mengerti.
Leon terkekeh, "Jika itu mau mu, lain kali.. Aku akan mengajakmu kencan. Tapi tidak malam ini."
"Bukan begitu. Lalu, apa maksudmu brengsek! Bicaralah yang jelas." ucap Shevana jengkel mendengar balasan Leon.
Leon semakin terkekeh mendengar nada kesal gadis itu.
"Maksudku, temani aku hadir makan malam nanti." See.. Nada arogannya selalu saja tidak mau di bantah.
"Untuk apa kau bertanya, jika kau saja tidak memberi ku kesempatan untuk menolak." balas shevana kesal.
"Ah.. Kau memang gadis cerdas. Tanpa harus ku jelaskan, kau sudah mengerti rupanya." ucapnya terkekeh geli.
Shevana mendengus. " Bagaimana, jika aku menolak? "
Leon tersenyum miring, meski tidak dapat terlihat oleh Shevana.
"Bukan masalah, padahal tadinya aku akan memberimu bonus besar, jika mau. Tapi, ya sudahlah jika kau menolak. Aku_ " ucapnya terputus saat Shevana menyambar ucapanya.
"Tunggu.. Kau akan memberiku Bonus besar, jika mau? Baiklah, jika begitu. Aku akan menemanimu malam ini." jawabnya cepat dengan bibir tersenyum memikirkan bonus besar yang di janjikan Leon.
Leon menyeringai, namun berusaha menutupinya. "Bukankah kau bilang tidak mau, tadi? Mengapa cepat sekali berubah pikiran?"
Shevana mengelengkan kepala, seolah Leon dapat melihatnya. "Kapan? Tadikan.. Aku hanya bertanya, bagaimana jika aku menolak, bukan berkata tidak mau." sambarnya menggelak.
Leon tidak lagi dapat menahan senyumnya. "Ya ya.. Baiklah, jika kau mau. Aku akan menjemputmu jam tujuh malam nanti. Dandan yang cantik ya, jangan mempermalukan ku."
Shevana yang mendengar itu mendelik kesal, "Jangan meragukan kemampuanku, Tuan. Aku bisa saja membuat kau tidak berkedip melihatku nanti." jawabnya pongah.
Leon terkekeh pelan, "Aku sangat menantikanya, Ana.. Baiklah sampai jumpa nanti malam." ucapnya sebelum mengakhiri panggilannya.
Shevana memandang malas pakaian yang berjejer rapi di lemarinya. Menurutnya.. Semua baju koleksinya itu tidak ada yang bagus. Lalu.. Bagaimana ini, Dia.. Tidak punya baju bagus, apa yang akan di kenakannya nanti?
Menghela napas lelah, dia mendudukkan dirinya di pinggiran kasur. Mencoba mencari fashion yang cocok untuknya nanti.
Tapi bagaimana.. Jika baju saja dia tidak punya?
Seketika, lamunanya pecah saat mendengar bunyi bel apartemennya. Membuka pintu, dia di kejutkan dengan kehadiran Jordan di depan pintu, dengan membawa dua paper bag ukuran besar di tanggannya.
Alisnya mengernyit melihat itu, "Jordan? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya bingung.
"Apa saya tidak di izinkan untuk masuk terlebih dahulu?" sesaat shevana menepuk jidatnya, ia lupa mempersilakan jordan untuk masuk.
"Ah, maaf. Silahkan masuk." ucapnya membuka lebar pintunya.
"Saya datang karna di utus, untuk mengantarkan ini kepada anda Nona." balasnya memperlihatkan kedua paper bag di tangannya di hadapan Shevana.
Shevana menautkan alisnya bingung. "Untukku?" jordan hanya mengangguk mengiyakan.
Karna penasaran, Kemudian tangannya melihat isi paper bag itu. Matanya melotot melihat ada gaun cantik beserta saudara-saudaranya di dalam paper bag itu.
"Ini.. Apa maksudnya kau memberiku ini?" tanya shevana memperlihatkan gaun yang di berikanya.
Jordan tersenyum tipis, "Ini bukan wewenang saya untuk menjawab nona. Anda bisa menanyakan langsung pada Tuan muda." jawabnya sopan.
"Maksudmu ini dari Leon?" tanya Shevana kaget. Jordan hanya mengangguk.
Kemudian Jordan berpamitan untuk segera kembali, "Jika begitu, saya pamit undur diri nona, masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan." ucapnya tersenyum sopan.
Shevana balas menyingungkan senyum kecilnya, "Ah iya, terimakasih telah mangantarkan ini." jordan kembali mengangguk sebelum benar-benar pergi.
***
Shevana sedang berias, ia memandang takjub pada gaun yang di kenakannya saat ini. Bahanya yang halus di kulit, serta kanggunan dari gaun ini sendiri membuatnya nyaman untuk di pakai.
'Ah.. Gaun ini pasti sangat mahal.' Pikirnya.
Bunyi ketukan menyadarkan shevana dari kekagumanya dengan gaun ini. Saat di rasa siap, ia melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu.
Leon bergeming di tempatnya, riasan natural, dengan aura ke anggunan gaun merah maroon itu membuat shevana terlihat sangat mempesona. Satu kata untuknya "Cantik".
Shevana tersenyum pongah, "See.. Aku benar-benar membuktikan ucapanku bukan?" Leon yang tertangkap basah tidak bisa lagi mengelak.
Dia balas tersenyum miring, "Yah.. Setidaknya gaun ini bisa membuat auramu keluar."
Shevana berdecih, "Katakan saja jika ingin mengatakan kalau aku terlihat cantik. Tidak usah banyak basa basi seperti ini." leon terkekeh menanggapi itu.
"Anggap saja iya. Jika itu membuatmu senang.''
Shevana melirik malas, "Kau ini.. Benar-benar gengsian. Dasar tuan arogan"
***
Jadilah Reader yang baik Dan dukung penulis dengan Klik tanda 👍 jika anda menyukai karya saya😊. Terima kasih dan selamat membaca😊..
@R_Quellaiya..
Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2