Hari ini Leon berncana mengajak Shevana jalan-jalan. Mood wanita itu terlihat buruk sejak dua hari yang lalu. Entah mengapa..
Jemarinya Mengetuk pelan pintu kamar Shevana. Karna tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Leon memutuskan untuk membukanya sendiri.
Di sana, terlihat Seorang yang tengah bergelumung dengan selimut. Seolah mencari kehanggatan di tengah suhu udara dingin kota paris.
Ya.. Mereka masih diparis.
Berjalan mendekat, Leon diam memandang wajah polos gadis di depannya. Lagi.. Rasa asing itu kembali muncul setiap saat melihat Shevana di dekatnya. Tanpa sadar wajahnya mendekat, mengecup sekilas bibir merah ranum gadisnya.
Apa dia bilang tadi?
Gadisnya heh?!
Yang benar saja..
Shevana mengeliat, merasakan ada seorang yang mengecupnya pelan. Membuka matanya, dia terkejut mendapati Leon tengah tersenyum manis beberapa jengkal dari wajahnya.
"Pagi Ana.. Kau tambah terlihat jelek saat matamu terjaga." sapanya dengan lembut.
Shevana melirik sinis, "Aku memang tidak pernah merasa cantik, jadi jangan mengajak ku kelahi pagi-pagi." balasnya kesal.
Leon terkekeh mendengar balasan Shevana. Dia memang tidak akan pernah merasa bosan dengan gadis galak ini.
"Sudahlah, cepat mandi dan segeralah turun." Shevana tidak membalas, tapi tetap berdiri menuju kamar mandi.
Leon mengelengkan kepalanya melihat kemarahan yang shevana lakukan hampir tiga hari ini. Dia memang tetap berlaku seperti biasanya, hanya saja Leon tetap merasa jika Shevana tengah memendam kejengkelan terhadapnya.
Setelah di rasa cukup, Shevana turun menemui Leon.
''Apa ada acara lagi, hari ini?" tanya shevana saat sudah duduk di sebrang meja.
Leon menoleh, "Tidak. Tapi aku mau membawamu jalan-jalan. Setidaknya sebelum kita kembali, kau bisa merasakan sedikit liburan disini." ucapnya yang tidak membutuhkan persetujuan darinya.
Shevana mendesah lelah, ''Selalu semaunya sendiri, seperti biasa. Dasar arogan." gumam Shevana kesal.
Leon yang mendengar berpura bertanya, "Apa kau mengucapkan sesuatu?" Shevana mengeleng sebagai jawaban. Dia malas ribut dengan lelaki itu.
Seusai sarapan, leon mengiringnya masuk ke mobil lelaki itu. Kali ini.. Dia mengendarainya sendiri.
"Mengapa tidak mengajak Jordan?" tanya shevana melihat jordan hanya membukakan pintu mobil untuknya.
Leon menengok, "Tidak. Hari ini.. Aku hanya ingin berdua denganmu saja." jawabnya santai tanpa memikirkan jantung Shevana yang sedang membuncah mendengar ucapannya.
Mencoba tidak ke ge-eran, Shevana menoleh. "Bukankah dalam dua hari ini, kau memang hanya dengan bersamaku saja. Apa bedanya? "
"Tentu berbeda. Kemarin-kemarin karna memang urusan bisnis. Kal ini, khusus untuk mengajakmu jalan-jalan." shevana yang mendengar itu tidak bisa lagi mengontrol detak jantungnya. Dia menepuk pipinya beberapa kali, guna menyamarkan Semburat merah di pipinya.
Leon yang melihat itu tersenyum mengoda. "Ada apa? Mengapa menepuk pipimu berulang kali?" jedanya sebentar ''Wajahmu merah, apa kau sakit?" tanya nya berpura tidak mengerti, dengan mengulum bibir bawahnya.
Shevana gelagapan, "Tidak. Tidak.. Aku baik-baik saja. Sudah, perhatikan jalanmu saja sana. Tidak usah mempedulikanku." jawabnya mengibaskan tanganya.
Leon semakin terkekeh, dia baru tahu. Jika shevana mudah sekali merona hanya dengan ucapan saja.
Benar-benar mengemaskan.
***
Wajah polos itu menunjukkan senyumannya, matanya berbinar melihat Pemandangan di hadapanya sekarang.
Jika kemarin-kemarin dia hanya bisa melihatnya lewat balkon kamarnya. Sekarang ini, dia benar-benar melihatnya langsung.
Keindahan manara Eiffel membuat senyumnya mengembang, kemudian dia mengoyangkan tangan Leon di sampingnya, yang di balas tatapan tidak mengerti leon.
"Aku mau naik, ayo kesana leon." ajaknya berbinar memandang leon yang menatapnya enggan.
''Kau sendiri saja. Aku malas jika harus berdesakan disana."
Shevana memberengut. "Aku tidak mengerti bahasa inggris. Jika aku tersesat bagaimana."
"Aku bisa menjemputmu lewat GPS di ponselmu."
Shevana semakin jengkel, tahu begini mending tidak usah di ajak kemari. Gerutunya.
"Ya sudah jika tidak mau. Ayo pulang, tidur lebih bermakna dari pada harus berdiri tak berguna disini." ucap shevana kesal.
Leon menghela nafas, gadis galak nan keras kepala itu, selalu rewel jika tidak di turuti. Padahal.. Leon paling tidak suka direpotkan.
Tapi.. Mengapa sekarang, Dia malah tidak bisa jika menolak keinginan gadis yang sedang merajuk padanya ini?
Dan sadar atau tidak. Dia mulai tidak keberatan jika melakukan hal merepotkan untuk gadis itu, entah apa yang terjadi sebenarnya.. Leon juga tidak mengerti dengan jelas.
"Baiklah .. Kita kesana." ucapnya mengakhiri perdebatan mereka.
Shevana menoleh senang, "Serius mau?" leon hanya mengangguk mengiyakan.
Shevana tersenyum berbinar. Menarik tangan besar itu untuk naik lift yang akan membawa mereka ke tujuan.
Leon mengelengkan kepalanya tidak habis pikir. Tadi merajuk sebal, sekarang malah tersenyum senang. perubahan Mood gadis itu benar-benar membuatnya heran.
Sesampainya di tengah menara Eiffel, shevana berlari senang melihat pemandangan kota paris dari arah tempatnya berdiri.
Matanya berbinar menunjukkan kesenangan. Menoleh kebelakang, dia memangil leon untuk bergabung bersamanya.
"Sudah senang sekarang?" tanyanya saat sudah berdiri di samping shevana. Dia mengangguk senang sebagai jawaban.
"Sangat .. Terimakasih leon telah membawaku kemari." ucap shevana riang.
"Kau seperti tidak pernah liburan saja." balas leon yang tidak melihat perubahan wajah shevana.
Shevana memandang hamparan rumput indah di depan sana. Matanya menerawang dengan pandangan sulit di artikan.
"Memang. Ini adalah liburanku yang pertama." gumam shevana pelan. Dia menoleh ke arah leon yang tengah menatapnya tidak mengerti.
"Maka dari itu.. Aku sangat bertrimakasih padamu telah mengajakku kemari." ucap shevana menunjukkan senyum terpaksanya.
Ada yang salah.. Ah ralat.. Ada yang berbeda. Bibir itu memang meperlihatkan senyumanya. Namun, tidak dengan sinar matanya yang meredup.
Leon tidak akan menanyakan kenapa, dia akan menunggu shevana untuk menceritakannya sendiri.
Memaksa bukanlah sifat leon. Searoganya dia.. Tetap dia menghargai privasi orang lain. Meski dia harus mencari tahunya sendiri.
Yang jelas, Dia tidak memaksa bukan?!
***
Jadilah Reader yang baik Dan dukung penulis dengan Klik tanda 👍 jika anda menyukai karya saya😊. Terima kasih dan selamat membaca😊..
@R_Quellaiya..
Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2