Entah sudah berapa lama Shevana berkutat dengan berkas-berkas di depan nya. Dia bahkan, menggunakan waktu yang harusnya saat ini dia sedang tidur cantik di ranjang kesayangan harus tertunda karena Dokumentasi yang harus Dia ajukan besok.
Astaga.. Shevana ingin berteriak kasar! Sungguh. Bahkan ini sudah larut, tetapi shevana masih harus menyelesaikan laporan sialan ini, malam ini juga!
Devil itu.. Ah sudahlah! Sudah terlalu banyak umpatan yang menambah beban dosa shevana, dia tidak ingin menambah i lagi.
"Kau bisa melanjutkan nya lagi, besok. Ini sudah terlalu larut untuk waktu istirahat mu." ucap Leon yang sedikit tidak tega melihat shevana berusaha menahan rasa kantuk nya.
"Sebentar lagi, ini sudah hampir selesai. Kau bisa istirahat terlebih dahulu. Nanti, aku akan meminta bibi Mina untuk mengantarku keluar." jawab Shevana yang tidak mengalihkan pandanganya dari layar laptop di depannya.
Leon menghela nafas, "Terserah kau saja." balas nya melangkahkan kaki nya meninggalkan Shevana sendirian.
Shevana yang melihat kepergian Leon mendesah lelah.
Apa dia tidak mengerti jika tadi, hanyalah jawaban basa-basi nya?
"Dasar tidak tahu malu. Ini juga karena_nya, tetapi malah memilih untuk istirahat duluan. Huft.. Ya sudahlah. Dia memang tidak peka!" gerutu Shevana merasa kesal.
Sepeninggal Leon tadi, rasa kantuk kembali menghampiri Shevana.
Dia sangat mengantuk sekarang. dia mengusap wajahnya lelah, Hanya tinggal mengcopy dokumen dan mengirimkan nya ke email lelaki itu, dan Done. Finish!
'Come on! Shevana, kau pasti bisa.' ucapnya menyemangati. Lalu kembali berkutat dengan layar di depan nya.
Tak lama Leon kembali, dengan membawa dua cangkir kopi di kedua tangan nya.
Leon memandang wajah lelah itu, dengan sedikit merasa bersalah.
Tadinya dia hanya ingin memberi umpan untuk Shevana, yang ternyata jauh dari ekspetasi nya. Leon fikir, Shevana akan menolak untuk mengerjakanya saat itu juga. Jadi.. Dia bisa beralasan untuk mengharuskan Shevana untuk ikut dengan_nya mau tidak mau. Tapi..
Ya sudahlah. Jika sudah terjadi, mau di bilang apa?!
Leon menyelipkan kedua tanganya guna mengangkat tubuh kecil shevana, untuk membaringkan nya di tempat tidurnya.
Leon mengelus puncak kepala Shevana, rasa asing yang akhir-akhir ini sering dia rasakan kembali muncul saat melihat wajah polos di hadapanya sekarang.
Ada yang berbeda, leon merasa tenang melihat wajah damai itu terlelap di kamarnya. Bukan, Lebih tepatnya di sisi_nya.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku Ana.." bisiknya pelan sebelum meninggalkan kecupan singkat di kening Shevana.
***
Suara kasak kusuk terdengar, membuat shevana mengeliat dalam tidurnya. Dia enggan membuka matanya, namun Sinar mentari yang menyelinap masuk dari sela-sela gorden kaca, memaksanya untuk membuka matanya.
Dia mengerjap, menyesuaikan sinar surya yang masuk ke retinanya. Dia menguap sembari mengucek pelan matanya.
"Maafkan saya menganggu tidur anda Miss." ucap seorang dengan wajah belasteran berseragam pelayannya.
Shevana yang melihat itu mengerutkan alisnya.
"Dimana ini.?" matanya menyusuri kamar besar itu.
"Penthouse Tuan muda Leon, nona." jelas pelayan itu.
Shevana mengerjap. Dia masih tidak mengerti.
Apa tadi katanya?
Penthouse Leon?
Pelayan yang melihat raut kebingungan di wajah Shevana akhirnya kembali bicara. "Anda sekarang berada di penthouse Tuan muda, tepatnya di paris nona." jelas pelayan tadi.
"Paris?!" pekik shevana menatapnya terkejut. Dengan wajah binggung nya, pelayan itu hanya mengganguk kemudian berlalu untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.
Sebelum benar-benar pergi, Shevana terlihat menanyakan keberadaan Leon.
Dan Disinilah Dia sekarang. Berdiri dengan tangan bersedekap, menyorot tajam lelaki yang hanya memandang nya santai.
"Bisa kau jelaskan, apa maksudnya ini?" geramnya menahan amarah.
Mendongak, Leon menjawab santai. "Membawamu ke paris. Memangnya apa lagi?" Gezz.. Shevana memejamkan matanya. mengeram kesal mendengar jawaban Leon yang seolah menganggap semua ini bukanlah hal besar.
"KAU TAHU AKU TAKUT NAIK PESAWAT! DAN KAU DENGAN SESUKA HATIMU MENCULIKKU KEMARI! SEBENARNYA APA YANG ADA DI KEPALA TAMPANMU ITU LEON! ASTAGA..." teriak shevana terengah meluapkan emosi yang sejak tadi sudah mengepul di kepalanya.
Leon meringis, "Bisa kau pelankan suaramu Ana? Teriakan mu bisa membuat pelayan disini berfikir lain tentangmu." shevana melotot. Bukan itu jawaban yang ingin di dengarnya.
"Memangnya apa peduliku! Dengan kau membawaku kemari dalam keadaan tertidur saja sudah membuat orang lain berfikir yang tidak-tidak tentangku." jawabnya melotot garang.
Leon mengulum senyum mendengar protesan Shevana.
"Tidak usah pikirkan mereka jika begitu, sudahlah.. Ayo kita sarapan, sejak semalam, kau belum memakan apapun." ajaknya menghampiri shevana yang masih betah melototinya dengan tatapan garang nya.
Shevana melirik sinis, "Apa pedulimu! Tidak usah berpura-pura baik dengan ku. Itu tidak merubah apapun."
Leon menghela nafas, "Ya sudah jika tidak mau." mendengar itu membuat Shevana kembali maradang.
"That Devil! benar-benar!!.." batinya kesal.
Shevana menghentakkan kakinya kesal, berjalan mengerutu kembali ke arah kamar yang sempat di tempati nya tadi.
Bukan membujuk nya Leon malah dengan santainya meninggal kan shevana yang tengah meradang di belakang sana.
Ahh.. Sialan!
Terdengar bunyi ketukan membuat shevana yang sedang memainkan ponselnya di kasur King bed nya bergerak turun.
Alisnya mengernyit melihat pelayan tadi, membawakan nampan berisi makanan ke kamarnya.
"Saya membawakan sarapan untuk Anda Nona.." ucap pelayan itu meletakkan nampan yang di bawanya di atas nakas.
"Aku tidak lapar. Kau bisa membawanya kembali." balas shevana yang masih kesal. Dia sedang tidak ingin makan apapun.
"Maaf nona, tolong jangan mempersulit saya. Tuan akan memecat saya jika tidak memastikan nona memakan sarapannya." jelas pelayan tadi menatapnya memohon.
Shevana mendesah lelah. Lagi-lagi lelaki itu berlaku sesukanya.
Mengalah, shevana bergerak mengambil nampan itu." Aku akan memakanya, kau bisa melanjut kan pekerjaan mu." ucap Shevana terpaksa. Mendengar jawaban shevana membuat pelayan tadi berbinar.
"Terimakasih nona." Shevana hanya mengangguk menanggapi itu.
Berdiri dengan pandangan menerawang, shevana tidak menyangka jika sekarang Dia sedang ada di Paris. Kota romantis yang ingin di kunjunginya, namun tidak pernah terlaksana karena ketakutanya naik pesawat.
Suasana balkon yang memperlihatkan keindahan Paris ini sedikit membuatnya tenang. Pandangan matanya tertuju pada puncak menara Eiffel yang terlihat indah di hadapanya, Hawa sejuk membuat shevana memejamkan matanya menikmati semilir angin yang membelai wajahnya.
Shevana tersentak kaget, saat sepasang lengan kekar melingkari Pinggangnya. Melotot kesal, shevana berusaha melepaskan kukungan Leon di perutnya.
"Apa yang kau lakukan Leon? Lepaskan tanganmu dari pinggang ku." desis shevana yang masih kesal dengan aksi penculikan Leon terhadapnya.
"Menikmati pemandangan kota Paris. Apa lagi memang nya?" balas Leon meletakkan dagunya di puncak kepala shevana.
Mencebik, shevana mendongak. "Lalu mengapa harus seperti ini?"
"Seperti ini, bagaimana maksudmu?" ucap leon balas menatap mata indah shevana.
Shevana memajukan bibirnya kesal, "Mengapa harus memelukku, seperti ini! "
"Lalu, aku harus memelukmu bagaimana? Apa Seperti ini.. " balas Leon mengeratkan pelukannya, menghirup aroma Vanila dari ceruk leher jenjang shevana.
"Kau mau membunuhku, huh?" Ucap shevana garang, membalikkan badan menghadap Leon yang sedang terkekeh geli melihat raut kesal nya.
"Tidak. Kau masih terikat kontrak denganku, jika kau mati cepat, aku akan rugi." balas Leon yang seperti terlihat berfikir.
"Kalau begitu, kau saja yang mati cepat, agar aku bisa terbebas darimu." ucap shevana meliriknya sinis.
Mendengar balasan shevana membuat leon terkekeh pelan.
"Jika aku mati cepat, aku takut kau akan menangisi ku tujuh hari tujuh malam, jadi.. Aku akan tetap hidup agar kau tidak menangis. So sweet, bukan?" balasnya mengodda.
"Dasar sinting! Kau terlalu banyak berhayal Tuan." ketus shevana memberengut kesal.
Leon tersenyum tipis melihat wajah polos shevana yang sedang memberengut. Terlihat mengemaskan.
'Lihat.. Dia bahkan terlihat sangat imut saat marah.' ucap batinnya senang.
***
Jadilah Reader yang baik Dan dukung penulis dengan Klik tanda 👍 jika anda menyukai karya saya😊. Terima kasih dan selamat membaca😊..
@R_Quellaiya..
Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2