Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Teaser Devil Prince
MENU
About Us  

 

"Ada yang bisa saya bantu miss?"

 

"Ah ya..saya shevana maurer pegawai pindahan dari perusahaan cabang." resepsionis itu mengangguk. 

 

Sebelum resepsionis itu menjawab, seorang pria tampan terlihat menghampiri nya.

 

"Anda di minta untuk langsung ke ruangan Direktur nona, mari ikut saya." kata Jordan memberitahu.

 

"Eh..emm iya." jawab shevana bingung, padahal dirinya belum bertanya dan menjelaskan maksudnya berada disini.

 

"Mm..bagaimana anda tahu jika saya mencari Mr. Stevano?"

 

"Kebetulan saya adalah tangan kanan tuan Leon, jadi saya bisa tahu siapa yang akan menemui tuan."

 

Shevana membulatkan mulutnya. "Apa Mr. Stevano tidak memiliki sekertaris sir?"

 

"Tentu punya, hanya saja ia di tugaskan hanya untuk menangani jadwal dan pekerjaan selama di kantor." jelas jordan.

 

 "Dan lagi nona.. panggil saya jordan saja." shevana hanya mengganguk.

 

"Lalu..mengapa dia memperkerjakan saya sebagai sekertaris nya, jika sudah ada yang menangani itu."

 

"Saya tidak ada hak untuk menjawab itu nona, silahkan masuk." katanya membukakan pintu saat sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Ruang Direktur.

 

"Ah iya..terimakasih." jordan menganggukan kepala kemudian berlalu.

 

"Kau terlihat manis menggunakan rok span itu." sapa leon pertama kali saat melihat shevana.

 

"Apa anda membutuhkan kata terimakasih dariku sir?"

 

Menaikkan sebelah alisnya, leon berkata. "Tidak."

 

"Baguslah. Karna saya juga tidak akan mengucapkan itu." balas shevana dengan sedikit nada yang masih terdengar kesal.

 

Leon terkekeh pelan, "Selalu galak seperti biasanya."

 

"Jangan bertingkah seolah kau sudah lama mengenal ku sir."

 

"Aku tidak suka kau memanggilku sir. Panggil aku Leon." ucap leon tidak suka.

 

"Saya tidak bisa, karna anda atasan saya." balas shevana.

 

"Aku tidak menerima penolakan nona, Dan jangan menggunakan saya-anda jika bersama ku." ucap leon tegas.

 

Menghela napas lelah, ''Tidak bisa sir, itu terdengar tidak sopan." kata shevana mulai kesal.

 

"Jadi kau menolak?"

 

Shevana mengangguk. Leon berjalan mendekat, shevana yang melihat itu memundurkan langkah.

 

"Anda mau apa?"

 

"Gadis keras kepala sepertimu harus di beri pelajaran bukan?!" tanya Leon meraih pinggang shevana.

 

Shevana refleks memegang dada bidang leon guna memberi jarak antara tubuh bagian atas mereka.

 

"Jangan__" ucapan nya terputus saat tiba-tiba bibir Leon sudah menempel di bibirnya.

 

Shevana menegang. Dia mengerjap kan matanya memproses apa yang sedang terjadi denganya. "Sial! Dia menciumku lagi." ucap shevana dalam hati.

 

Leon melepaskan ciumanya, dia hanya mencium dengan sedikit mencecap rasa manis dari bibir ranum milik shevana. Leon berbisik " Jika kau Memanggilku dengan sebutan Sir dan mengunakan saya-anda lagi, saat itu juga aku akan mencium mu. Mengerti!" ucap Leon menekankan. Shevana yang mendengar itu reflek menutup mulutnya.

 

"Oke..oke..sa..em maksud ku aku mengerti." jawab shevana dengan suara terhalang tangan mungil yang menutupi mulutnya. "Sekarang lepaskan aku."

 

Leon pun tersenyum puas mendengar itu, dengan berat hati melepaskan rengkuhannya.

 

"Good girl" ucapnya mengelus puncak kepala sheva.

 

Shevana yang kesal menepis tangan besar itu. "Jangan memberantaki rambutku!" ucap shevana kesal. Leon hanya tersenyum tipis.

 

"Ah iya..mejamu ada di sana, jika ada yang tidak kau mengerti tanyakan saja." ucap leon menunjuk kan dagunya kearah meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. shevana mengerutkan dahi.

 

"Sebentar.. maksud mu di sana itu mejaku?" tanyanya memastikan.

 

Leon mengangguk. "Jadi kita satu ruangan?!" pekiknya tak sadar.

 

"Aishh..pelankan sedikit suaramu Ana..dan ya, kita satu ruangan." kata leon yang mendengar pekikan shevana.

 

"Kenapa harus menjadi satu? kenapa tidak beda ruangan saja, seperti sekertarismu yang ada di depan misalnya." ucap shevana memprotes.

 

"Tidak. Karna kau memang sekertaris khusus untuk ku. Dan tugasmu hanya mengatur jadwal dengan selalu berada di sampingku."

 

"Mengapa harus begitu?! Aku tidak mau berada disisimu setiap waktu."

 

"Itu sudah menjadi pekerjaan mu Ana..jadi jangan memprotes."

 

"Tunggu..namaku Sheva bukan Ana." kata shevana yang menyadari pangilan Leon terhadapnya.

 

"Bodoh! "

 

"Kau yang bodoh! " sentak Shevana balas melototkan mata.

 

Menghela nafas, Leon berusaha sabar mengahadapi gadis keras kepala ini. " Coba kau gabungkan katamu tadi."

 

"Kata yang mana..?" balas Shevana tidak mengerti.

 

"Ana juga namamu.. lebih tepatnya nama belakangmu. Bukan kah namamu shevana? Jadi tidak salah jika aku memanggil mu Ana." shevana yang mendengar penjelasan leon terdiam. "Iya juga..itu nama belakangku..hanya saja terasa asing untukku." gumamnya menyadari.

 

"Tetap saja, aku merasa asing dengan panggilan itu."

 

"Sudahlah. Jangan mempermasalahkan hal sepele seperti ini. Bagiku.. mau Shevana atau Ana sama saja, kau tetap menjadi Ana ku." shevana mengerutkan dahi mendengar itu.

 

"Ana mu?"

 

Leon memandang lurus matanya. " Ya.. Kau adalah Ana ku. Milik ku. Ingat selalu itu Ana.." ucap Leon mengklaimnya.

 

Sebelum sempat angkat bicara. Terdengar suara ketukan, membuat shevana mengurungkan niatnya untuk memprotes kepemilikan yang dengan seenaknya saja di deklarasi kan Leon barusan. 

 

"Apa-apaan dia! Seenaknya saja. Dasar Singa sinting." ucap batinnya kesal. Kemudian berlalu menuju mejanya.

 

Jordan masuk setelah mendapatkan izin, terlihat dia seperti ingin menjelaskan sesuatu dengan membawa beberapa dokumen.

 

"Maaf menganggu sir, saya hanya ingin memberitahu kabar tentang pengajuan perluasan saham yang ada di Bali." Leon mengangguk mempersilahkan. 

 

"Perusahaan Hans group telah mengajukan adu banding untuk proyeksi perluasan tanah saham di Bali Sir. Kabar itu sedikit mempengaruhi ketetapan saham yang seharusnya sudah di pindah nama kan mengalami sedikit kendala." Leon hanya mengangguk tampak biasa saja. 

 

"Biarkan saja..kita lihat seberapa menariknya penawaran yang mereka lakukan. Bukan nya harusnya kau sudah tau.. Jika penawaran kita sudah lebih dari angka perkiraanya." Jordan menganguk kecil.

 

"Jangan khawatir kan itu. Lagi pula.. Dapat atau tidak saham itu, bukanlah suatu kerugian yang besar." jawabnya dengan nada congkak nya.

 

Shevana yang sedari tadi sedikit mencuri dengar percakapan mereka memutar bola matanya malas. "Hah.. Sombong sekali si Singa itu." katanya dalam hati 

 

Jordan menganggukkan kepala mengerti mendengar jawaban Leon, kemudian undur diri untuk melanjutkan pekerjaan nya.

 

Tak lama, bunyi telepon terdengar. Leon memencet tombol interkomnya.

 

"Ada apa?"

 

"Saya ingin mengkonfirmasi kan, jadwal rapat Anda sepuluh menit dari sekarang Sir." Ucap Kinan, sekertaris nya memberitahu.

 

"Ya, saya segera kesana. Kau sudah memberikan laporan itu kepada Shevana bukan?"

 

Shevana yang merasa namanya di sebut, melihat nya dengan tatapan tidak mengerti.

 

"Sudah sir. Sesuai yang anda perintahkan." tanpa mengucap terimakasih, leon memutuskan panggilan sepihak.

 

Leon berdiri, merapikan jasnya yang sedikit terbuka.

 

"Kau ikut aku Ana.." ajaknya dengan suara beratnya.

 

Shevana mengernyit, "Kemana?"

 

"Ke ruang meeting. Kau sudah mempelajari berkas yang di berikan Kinan bukan?"

 

"Ah, itu.. Iya aku sudah mempelajari nya. Tapi.. Apakah aku harus ikut denganmu? Aku sedikit tidak siap" jawab shevana ragu.

 

"Jangan khawatirkan apapun. Tidak ada yang berbeda. Cukup mendengarkan dan catat hal-hal penting seperti biasanya kau rapat." shevana mengangguk, berdiri mengikuti dari belakang.

 

Leon yang melihat itu berbalik, "Jangan berjalan di belakangku." ucapnya menarik tangan shevana berdiri di sampingnya.

 

"Tapi.." ucapan nya terpotong saat menyadari dirinya berada di depan lift khusus.

 

"Sebentar, aku tidak mau naik lift ini."katanya berhenti di depan lift terbuka.

 

"Lalu kau mau naik lift mana?" tanya leon tidak mengerti dengan gadis membingungkan ini.

 

"Aku akan naik lift karyawan. Kita bertemu disana."

 

"Memangnya apa bedanya menaiki lift ini dengan lift karyawan? Kita hanya akan rapat, mengapa kau membuatnya merepotkan seperti ini." tanya leon sedikit kesal.

 

"Sudahlah. Kau tidak akan mengerti. Jika kau tidak mau silahkan masuk sendiri, aku akan menaiki lift biasa." ucap shevana sebelum berbalik menuju lift karyawan.

 

Akhirnya Leon menyerah. Dia memilih mengikuti gadis rewel itu.

 

"Mengapa kau mengikuti ku?" tanya shevana saat melihat Leon berada di belakangnya.

 

"Hanya ingin." shevana menatapnya menelisik. 

 

"Apa kau mengagumi ku? Hingga menatapku seperti itu."

3.Gadis rewel

"Ada yang bisa saya bantu miss?"

 

"Ah ya..saya shevana maurer pegawai pindahan dari perusahaan cabang." resepsionis itu mengangguk. 

 

Sebelum resepsionis itu menjawab, seorang pria tampan terlihat menghampiri nya.

 

"Anda di minta untuk langsung ke ruangan Direktur nona, mari ikut saya." kata Jordan memberitahu.

 

"Eh..emm iya." jawab shevana bingung, padahal dirinya belum bertanya dan menjelaskan maksudnya berada disini.

 

"Mm..bagaimana anda tahu jika saya mencari Mr. Stevano?"

 

"Kebetulan saya adalah tangan kanan tuan Leon, jadi saya bisa tahu siapa yang akan menemui tuan."

 

Shevana membulatkan mulutnya. "Apa Mr. Stevano tidak memiliki sekertaris sir?"

 

"Tentu punya, hanya saja ia di tugaskan hanya untuk menangani jadwal dan pekerjaan selama di kantor." jelas jordan.

 

 "Dan lagi nona.. panggil saya jordan saja." shevana hanya mengganguk.

 

"Lalu..mengapa dia memperkerjakan saya sebagai sekertaris nya, jika sudah ada yang menangani itu."

 

"Saya tidak ada hak untuk menjawab itu nona, silahkan masuk." katanya membukakan pintu saat sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Ruang Direktur.

 

"Ah iya..terimakasih." jordan menganggukan kepala kemudian berlalu.

 

"Kau terlihat manis menggunakan rok span itu." sapa leon pertama kali saat melihat shevana.

 

"Apa anda membutuhkan kata terimakasih dariku sir?"

 

Menaikkan sebelah alisnya, leon berkata. "Tidak."

 

"Baguslah. Karna saya juga tidak akan mengucapkan itu." balas shevana dengan sedikit nada yang masih terdengar kesal.

 

Leon terkekeh pelan, "Selalu galak seperti biasanya."

 

"Jangan bertingkah seolah kau sudah lama mengenal ku sir."

 

"Aku tidak suka kau memanggilku sir. Panggil aku Leon." ucap leon tidak suka.

 

"Saya tidak bisa, karna anda atasan saya." balas shevana.

 

"Aku tidak menerima penolakan nona, Dan jangan menggunakan saya-anda jika bersama ku." ucap leon tegas.

 

Menghela napas lelah, ''Tidak bisa sir, itu terdengar tidak sopan." kata shevana mulai kesal.

 

"Jadi kau menolak?"

 

Shevana mengangguk. Leon berjalan mendekat, shevana yang melihat itu memundurkan langkah.

 

"Anda mau apa?"

 

"Gadis keras kepala sepertimu harus di beri pelajaran bukan?!" tanya Leon meraih pinggang shevana.

 

Shevana refleks memegang dada bidang leon guna memberi jarak antara tubuh bagian atas mereka.

 

"Jangan__" ucapan nya terputus saat tiba-tiba bibir Leon sudah menempel di bibirnya.

 

Shevana menegang. Dia mengerjap kan matanya memproses apa yang sedang terjadi denganya. "Sial! Dia menciumku lagi." ucap shevana dalam hati.

 

Leon melepaskan ciumanya, dia hanya mencium dengan sedikit mencecap rasa manis dari bibir ranum milik shevana. Leon berbisik " Jika kau Memanggilku dengan sebutan Sir dan mengunakan saya-anda lagi, saat itu juga aku akan mencium mu. Mengerti!" ucap Leon menekankan. Shevana yang mendengar itu reflek menutup mulutnya.

 

"Oke..oke..sa..em maksud ku aku mengerti." jawab shevana dengan suara terhalang tangan mungil yang menutupi mulutnya. "Sekarang lepaskan aku."

 

Leon pun tersenyum puas mendengar itu, dengan berat hati melepaskan rengkuhannya.

 

"Good girl" ucapnya mengelus puncak kepala sheva.

 

Shevana yang kesal menepis tangan besar itu. "Jangan memberantaki rambutku!" ucap shevana kesal. Leon hanya tersenyum tipis.

 

"Ah iya..mejamu ada di sana, jika ada yang tidak kau mengerti tanyakan saja." ucap leon menunjuk kan dagunya kearah meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. shevana mengerutkan dahi.

 

"Sebentar.. maksud mu di sana itu mejaku?" tanyanya memastikan.

 

Leon mengangguk. "Jadi kita satu ruangan?!" pekiknya tak sadar.

 

"Aishh..pelankan sedikit suaramu Ana..dan ya, kita satu ruangan." kata leon yang mendengar pekikan shevana.

 

"Kenapa harus menjadi satu? kenapa tidak beda ruangan saja, seperti sekertarismu yang ada di depan misalnya." ucap shevana memprotes.

 

"Tidak. Karna kau memang sekertaris khusus untuk ku. Dan tugasmu hanya mengatur jadwal dengan selalu berada di sampingku."

 

"Mengapa harus begitu?! Aku tidak mau berada disisimu setiap waktu."

 

"Itu sudah menjadi pekerjaan mu Ana..jadi jangan memprotes."

 

"Tunggu..namaku Sheva bukan Ana." kata shevana yang menyadari pangilan Leon terhadapnya.

 

"Bodoh! "

 

"Kau yang bodoh! " sentak Shevana balas melototkan mata.

 

Menghela nafas, Leon berusaha sabar mengahadapi gadis keras kepala ini. " Coba kau gabungkan katamu tadi."

 

"Kata yang mana..?" balas Shevana tidak mengerti.

 

"Ana juga namamu.. lebih tepatnya nama belakangmu. Bukan kah namamu shevana? Jadi tidak salah jika aku memanggil mu Ana." shevana yang mendengar penjelasan leon terdiam. "Iya juga..itu nama belakangku..hanya saja terasa asing untukku." gumamnya menyadari.

 

"Tetap saja, aku merasa asing dengan panggilan itu."

 

"Sudahlah. Jangan mempermasalahkan hal sepele seperti ini. Bagiku.. mau Shevana atau Ana sama saja, kau tetap menjadi Ana ku." shevana mengerutkan dahi mendengar itu.

 

"Ana mu?"

 

Leon memandang lurus matanya. " Ya.. Kau adalah Ana ku. Milik ku. Ingat selalu itu Ana.." ucap Leon mengklaimnya.

 

Sebelum sempat angkat bicara. Terdengar suara ketukan, membuat shevana mengurungkan niatnya untuk memprotes kepemilikan yang dengan seenaknya saja di deklarasi kan Leon barusan. 

 

"Apa-apaan dia! Seenaknya saja. Dasar Singa sinting." ucap batinnya kesal. Kemudian berlalu menuju mejanya.

 

Jordan masuk setelah mendapatkan izin, terlihat dia seperti ingin menjelaskan sesuatu dengan membawa beberapa dokumen.

 

"Maaf menganggu sir, saya hanya ingin memberitahu kabar tentang pengajuan perluasan saham yang ada di Bali." Leon mengangguk mempersilahkan. 

 

"Perusahaan Hans group telah mengajukan adu banding untuk proyeksi perluasan tanah saham di Bali Sir. Kabar itu sedikit mempengaruhi ketetapan saham yang seharusnya sudah di pindah nama kan mengalami sedikit kendala." Leon hanya mengangguk tampak biasa saja. 

 

"Biarkan saja..kita lihat seberapa menariknya penawaran yang mereka lakukan. Bukan nya harusnya kau sudah tau.. Jika penawaran kita sudah lebih dari angka perkiraanya." Jordan menganguk kecil.

 

"Jangan khawatir kan itu. Lagi pula.. Dapat atau tidak saham itu, bukanlah suatu kerugian yang besar." jawabnya dengan nada congkak nya.

 

Shevana yang sedari tadi sedikit mencuri dengar percakapan mereka memutar bola matanya malas. "Hah.. Sombong sekali si Singa itu." katanya dalam hati 

 

Jordan menganggukkan kepala mengerti mendengar jawaban Leon, kemudian undur diri untuk melanjutkan pekerjaan nya.

 

Tak lama, bunyi telepon terdengar. Leon memencet tombol interkomnya.

 

"Ada apa?"

 

"Saya ingin mengkonfirmasi kan, jadwal rapat Anda sepuluh menit dari sekarang Sir." Ucap Kinan, sekertaris nya memberitahu.

 

"Ya, saya segera kesana. Kau sudah memberikan laporan itu kepada Shevana bukan?"

 

Shevana yang merasa namanya di sebut, melihat nya dengan tatapan tidak mengerti.

 

"Sudah sir. Sesuai yang anda perintahkan." tanpa mengucap terimakasih, leon memutuskan panggilan sepihak.

 

Leon berdiri, merapikan jasnya yang sedikit terbuka.

 

"Kau ikut aku Ana.." ajaknya dengan suara beratnya.

 

Shevana mengernyit, "Kemana?"

 

"Ke ruang meeting. Kau sudah mempelajari berkas yang di berikan Kinan bukan?"

 

"Ah, itu.. Iya aku sudah mempelajari nya. Tapi.. Apakah aku harus ikut denganmu? Aku sedikit tidak siap" jawab shevana ragu.

 

"Jangan khawatirkan apapun. Tidak ada yang berbeda. Cukup mendengarkan dan catat hal-hal penting seperti biasanya kau rapat." shevana mengangguk, berdiri mengikuti dari belakang.

 

Leon yang melihat itu berbalik, "Jangan berjalan di belakangku." ucapnya menarik tangan shevana berdiri di sampingnya.

 

"Tapi.." ucapan nya terpotong saat menyadari dirinya berada di depan lift khusus.

 

"Sebentar, aku tidak mau naik lift ini."katanya berhenti di depan lift terbuka.

 

"Lalu kau mau naik lift mana?" tanya leon tidak mengerti dengan gadis membingungkan ini.

 

"Aku akan naik lift karyawan. Kita bertemu disana."

 

"Memangnya apa bedanya menaiki lift ini dengan lift karyawan? Kita hanya akan rapat, mengapa kau membuatnya merepotkan seperti ini." tanya leon sedikit kesal.

 

"Sudahlah. Kau tidak akan mengerti. Jika kau tidak mau silahkan masuk sendiri, aku akan menaiki lift biasa." ucap shevana sebelum berbalik menuju lift karyawan.

 

Akhirnya Leon menyerah. Dia memilih mengikuti gadis rewel itu.

 

"Mengapa kau mengikuti ku?" tanya shevana saat melihat Leon berada di belakangnya.

 

"Hanya ingin." shevana menatapnya menelisik. 

 

"Apa kau mengagumi ku? Hingga menatapku seperti itu."

 

Shevana memutar mata jengah." Kau terlalu banyak berfikir!" 

 

Lift berhenti, terlihat ada tiga karyawan yang menunggu lift terbuka, dua perempuan dan satu laki-laki. Shevana mengerutkan dahi melihat mereka tetap diam.

 

Setelah pintu lift tertutup. Shevana bertanya, "Mengapa mereka tidak masuk?"

 

"Aku tidak suka bau parfum mereka. Karna itu.. Saat mereka melihat ku, mereka tidak akan naik." jawab Leon santai.

 

Shevana yang mendengar itu terpengarah. "Wuah.. Singa ini sudah sangat arogan kan?"

 

Shevana memutar mata jengah." Kau terlalu banyak berfikir!" 

 

Lift berhenti, terlihat ada tiga karyawan yang menunggu lift terbuka, dua perempuan dan satu laki-laki. Shevana mengerutkan dahi melihat mereka tetap diam.

 

Setelah pintu lift tertutup. Shevana bertanya, "Mengapa mereka tidak masuk?"

 

"Aku tidak suka bau parfum mereka. Karna itu.. Saat mereka melihat ku, mereka tidak akan naik." jawab Leon santai.

 

Shevana yang mendengar itu terpengarah. "Wuah.. Singa ini sudah sangat arogan kan?"

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    @R_Quellaiya..
    boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
  • R_Quella

    @yurriansan Tangkyuuu, saya juga baru belajar nulis sih, gpp kita saling kritik dan saran aja. Makasih ya❣️

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
  • yurriansan

    nice story, semoga bisa menyelesaikan ceritanya ya.
    tadi aku baca masih ada typo, nama orang masih ada yang ditulis huruf kecil. terus dialog tagnya masih ada yang kurang tepat. misal :Jadi kau takut naik pesawat(koma) Ana, ini yang tepat.
    mampir2 juga ya ke ceritaku, saling kasih saran dan jangan kaget kalau aku juga ratu typo :p. sukses terus ya...

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
Similar Tags
Loading 98%
652      399     4     
Romance
Frasa Berasa
66729      7414     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Ghea
476      314     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Secrets
4276      1369     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Dunia Gemerlap
21021      3142     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?
Panggil Namaku!
8798      2255     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
You Are The Reason
2278      933     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
injured
1496      783     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
Irresistible
724      518     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
Premium
Akai Ito (Complete)
6764      1349     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...