Loading...
Logo TinLit
Read Story - The More Cherlones Mysteries (Story Behind)
MENU
About Us  

the next day...

chapter 12: The Blast From the Past (part 1)


Sebuah suasana modern pada masa lampau menggantikan suasana mencekam ruang rahasia di sekeliling keberadaan Cheryl tanpa dikehendakinya sama sekali. Kemampuan indigonya kembali hadir, dan tampak serta terasa sangat nyata. Kini, dia hadir di masa yang sama sekali baru untuk menjadi pengalaman berharganya.


     Kelahiran dirinya sendiri dan Chester pastilah belum terjadi pada saat ini. Kembaran laki-lakinya itu juga ikut lenyap bersamaan dengan sosok pembunuh di hadapan mereka tadi.


     Sekarang Cheryl terjebak dalam dimensi waktu masa lampau yang dialaminya kini. Dirinya sungguh tidak punya pilihan lain lagi, selain mengikuti temuan berbagai fakta pada masa yang tengah dihadapinya ini.


     Dia berada di sebuah ruang keluarga yang kecil, sempit, dan minimalis. Sangat tampak jelas kontras perbedaannya dengan luas, serta serba mewahnya yang terdapat pada rumah keluarga Cherlone di Area London. Meski di situ juga hadir dua orang keluarganya yang lain—atau lebih tepat, nenek moyangnya.


     Cheryl masih mengenali sepasang sosok yang menjadi obyek lukisan foto di lantai satu yang sempat dilihatnya. Si laki-laki berperawakan mirip Brandon, Brenda, dan Farah. Sedangkan pasangannya lebih merupakan kombinasi antara Don dan Sarron.


     Si perempuan melangkah dari arah dapur, membawa satu set makanan dan minuman dalam nampan yang berukuran sedang. Diletakkannya di atas meja agak pendek di hadapan laki-laki pasangannya. Badannya yang kurus dan wajah yang cekung, seolah menampilkan kesan selain kurang cukup makan, juga telah lelah menghadapi kerasnya kehidupan.


     Wajah si laki-laki tampak lelah seperti usai bekerja, dengan cukup banyak kerutan menghiasi permukaannya. Satu tangannya melepas rompi yang sejak tadi dipakainya, meski sudah duduk di sofa sederhana.


     "Bagaimana hasil pemeriksaanmu tadi?" tanyanya seakan tak berminat pada jawaban pertanyaannya. "Maafkan jika akhirnya aku jadi batal mengantarkanmu ke dokter siang ini. Mendadak Mr. Richard mengadakan rapat penting setengah jam sebelum aku hendak berangkat menjemputmu. Dan rapatnya itu berlangsung selama dua jam," katanya lagi.


     "Tidak apa-apa, Sayangku," si perempuan memperlihatkan sikap mesra, dan tidak peduli jika ditanggapi dingin oleh pasangannya. Lalu, dia mengeluarkan selembar foto kecil berwarna dari tas feminin di sebelahnya.


     "Lihatlah ini, sayangku Archer. Kita mendapat sepasang anak kembar," dengan kegirangan, dan mata yang berbinar bahagia.


     Archer melihat sejenak foto kandungan dengan format berwarna itu. Sepintas wajahnya menampakkan keterkejutan, kemudian berubah drastis menjadi ketidaksenangan. Dilemparkannya foto itu ke atas meja dengan kasar.


     "Aku memang ingin punya anak kedua darimu, Freyna," nada suaranya jadi tidak enak didengar, "tapi aku tidak menginginkan anak kembar. Itu sungguh akan merepotkan kita berdua. Tidakkah kau pikir kalau kita sudah punya Warren?"


     "Kita pasti bisa menjalani ini semua, Sayangku," Freyna berusaha merayu suaminya dengan mengelus lembut lengan suaminya. "Berbahagialah saja. Kita akan punya anak perempuan. Jabang bayi yang di sebelah kanan itu...," ujarnya dengan satu jari menunjuk pada foto.


     "Kembar lawan jenis? Tidak!" sergah Archer dengan kasar, "Aku tidak mau punya anak perempuan. Sosok perempuan akan mengendalikan perusahaan dengan emosi, sedangkan laki-laki dengan akal sehat."


     "Archer, satu bayi kita ini bisa mendengarnya," pinta Freyna sambil mengelus perutnya.


     "Kalaupun anak kembar—oke, aku bisa menerimanya. Tapi tidak dengan anak perempuan," ujar Archer dengan penuh kekesalan sekaligus penyesalan. Kemudian, dia beranjak dari sofa, dan memasuki kamar. Tidak dipedulikannya lagi makanan dan minuman yang sudah disediakan istrinya di atas meja.


     Cheryl terenyak dengan peristiwa yang terjadi di hadapannya.


     Seketika itu juga, sosok Freyna langsung menghilang, bersamaan dengan nuansa rumah sederhana pasangan suami istri tersebut. Latar dalam ruangan berganti menjadi latar luar ruang—tepatnya di sebuah taman yang terlihat asri.


     Archer dan Freyna berjalan melintasi taman, namun mereka tidak bergandengan mesra berdua lagi. Freyna berjalan di depan, bersama seorang remaja laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun di sampingnya. Mereka tampak larut dalam obrolan hangat.


     Archer kira-kira tiga meter jauhnya di belakang, dengan sepasang anak kembar yang mengapit di sisi kanan dan kirinya. Kedua anak ini memang memiliki kemiripan ciri-ciri serta penampilan fisik. Mirip juga dengan sosok ayah mereka. Lucu dan menggemaskan dengan tubuh yang agak tambun dan terlihat berisi. Sepertinya baru berumur lima tahun.


     Ketiganya juga berbincang seru, namun perhatian sang ayah lebih kepada anak laki-laki ceria yang memegang lengan kanannya. Satu anak yang lain—sulit kita tebak jenis kelaminnya—agak terabaikan.


     Rupanya Archer dan Freyna selalu membelikan pakaian yang sama untuk sepasang anak kembar mereka. Model rambut juga bergaya sama, yaitu model laki-laki.


      Takut dirinya ketinggalan, Cheryl segera mengikuti keluarga ini. Dia berjalan di belakang anak yang diabaikan ayahnya. Memang sosok kecil yang imut ini langkahnya tertinggal dari ayah dan saudara kembarnya. 


     Cheryl berusaha mendengar percakapan mereka. Suara yang paling terdengar jelas pastilah suara Archer.


     "Ayah sudah puas dengan penampilanmu kemarin, Brandon," kata laki-laki itu sambil mengacak rambut anaknya yang dimaksud. "Pokoknya kau harus berada di sisi kiri, dan perhatikan terus bolanya."


     "Tapi dia curang, Ayah," dengan napas agak terengah-engah, satu anaknya yang lain itu menyahut, "Dia berusaha mencari-cari kelemahan Sergio..."


     "Apakah kau tahu siapa itu Sergio, Brenda?" tanya Archer bernada menantang. "Aku beritahu dirimu, sesungguhnya keluarganya tidak pantas bermain dengan kita..."


     Brenda kecil cepat-cepat memotong dengan suara serta gayanya yang menggemaskan, "Ibu dan Mrs. Joy bilang kalau kita mau sebagai keluarga terpandang, kita tidak boleh membeda-bedakan..."


     "Laki-laki atau perempuankah yang menasihati itu padamu?" tanya Archer lagi dengan nada tidak bersahabat, lalu seolah menjawab pertanyaannya sendiri, "Jika perempuan yang menasihati sesuatu padamu, berarti itu urusan perempuan. Olah raga yang Brandon mainkan dan sedang Ayah bahas, itu urusannya laki-laki."


     "Bukankah kau sedang memakai baju laki-laki, Brenda?" ejek Brandon menimpali, yang dianggap lucu oleh ayahnya. Spontan satu tangan Archer mengacak rambut anak kembar laki-lakinya, sambil tertawa kecil.


     Lalu, dengan sikap angkuh, dia menasihati anak kembar perempuannya, "Meski dirimu dan Brandon baru berumur lima tahun, namun menurut Ayah, sebenarnya kalian sudah terlihat jauh berbeda. Brandon telah sangat mengerti apa yang harus dilakukannya. Sedangkan dirimu ini...," diselingi senyum picik yang disertai gerakan gelengan kepala beberapa kali, dia melanjutkan, "Sudahlah, Brenda. Ayah tidak mau menyakiti hatimu, jika Ayah tak henti meneruskan. Pokoknya, kau harus berpikir dan bertindak selayaknya laki-laki."


     Walau tidak melihat secara langsung ekspresi Brenda sebagai reaksi spontan manusiawi seorang gadis cilik, Cheryl sudah bisa mampu mengetahuinya. Langkah kecil menggemaskan sosok cilik ini sempat terhenti sejenak, sebelum akhirnya berlari menyusul ayahnya dan kembaran laki-lakinya.


     Memang Archer dan Brandon tidak pernah mengizinkan kaki-kaki mereka berhenti barang sebentar saja. Seakan tampaknya sosok Brenda bagaikan separuh angin lalu bagi keduanya.


     Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, kedua tangan Cheryl mengepal kencang. Ingin rasanya menghajar laki-laki tiga puluhan tahun hiper-konservatif tersebut—tak lain dari kakek kandungnya sendiri. 


     Archer Cherlone lebih dari menyebalkan. Kata yang paling tepat menggambarkan dirinya adalah memuakkan.


     Sayangnya, kelima sosok keluarga Cherlone di kejauhan sana itu berangsur lenyap dari pandangan matanya. Bersamaan dengan suasana taman di sekitar mereka ini.


     Lingkungan taman yang menyegarkan mata berganti kembali menjadi sebuah ruangan di dalam rumah. Membuat Cheryl bertanya dalam hati, di tempat mana lagikah dirinya berada—merasa dipermainkan oleh bakat indigonya.


     Usai rasa penasaran itu terlintas di benaknya, Cheryl langsung mengetahui jawabannya. Karena ruangan keluarga yang ternyata cukup luas ini terisi kembali oleh tiga orang remaja keluarga Cherlone. Dan dia langsung mengenali mereka.


     Warren sudah tumbuh menjadi pemuda kisaran dua puluh tahun yang gagah sekaligus tampan. Dia tengah asyik mengobrol dengan Brandon.


     Sudah tentu pasangan kembar Brandon dan Brenda menjelma menjadi dua sosok remaja belasan tahun. Hanya saja, memang terlihat perbedaan yang nyata di antara keduanya, selain pastinya jenis kelamin. 

 

     Brandon lebih bahagia dengan kehidupan serta apa saja yang dimilikinya. Bersama kedua saudaranya, dia dapat menikmati hasil perjuangan kerja keras sang ayah. Keluarga Cherlone telah pindah ke rumah yang agak lebih besar dan luas. Selain itu, kakak laki-laki yang terpaut sekitar lima tahun dapat dijadikannya sahabat dekat.

 

bersambung ke part 2

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • AstardiSkai

    @yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
    Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie

    Comment on chapter #3 part 2
  • AstardiSkai

    @yurriansan oke, terima kasih ya udah mau mampir dan juga kasih komentar positifnya di sini

    Comment on chapter #3 part 2
  • yurriansan

    kalau berkenan, mampir juga ya keceritaku. tapi, nggak "semenantang" ceritamu. :)

    Comment on chapter #1 part 1
  • yurriansan

    aku belum baca seri sebelumnya, tapi udah tergoda sama yg ini. yah, meskipun aku hobi nnton drama detektif atau versi film, aku sulit untuk menuliskan cerita misteri. apalagi yang konfkiknya rumit begini. salut buat author :D

    Comment on chapter #1 part 1
Similar Tags
Temu Yang Di Tunggu (up)
18495      3798     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Bells Flower
384      258     2     
Short Story
Bella mendekati ibunya. Dia mencoba untuk melepaskan ikatan namun tak bisa. Mata sang ibu melotot dengan mulut terbuka, menatap tajam ke arah Bella. Mulut terbuka itu menyemburkan kunyahan kelopak bells flower ke wajah Bella. Bau menyengat dan busuk jadi satu. Seketika Bella bangun dari mimpinya.
Half Moon
1094      593     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Aria's Faraway Neverland
3484      1122     4     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...
I Just Wanna to Know
437      321     0     
Short Story
Jam pelajaran tambahan memang menyebalkan. Ini waktunya tidur
Without Guileless
1078      624     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
Good Art of Playing Feeling
389      290     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
WALK AMONG THE DARK
774      424     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...
CREED AND PREJUDICE
3050      927     0     
Mystery
Banyak para siswa yang resah karena pencurian beruntun yang terjadi di kelas VII-A. Amar, sebagai salah satu siswa di kelas itu, merasa tertantang untuk menemukan pelaku dibalik pencurian itu. Berbagai praduga kian muncul. Pada akhirnya salah satu praduga muncul dan tanpa sadar Amar menjadikannya sebagai seorang tersangka.
Mysterious Call
476      317     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.