Read More >>"> The More Cherlones Mysteries (Story Behind) (#6 part 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The More Cherlones Mysteries (Story Behind)
MENU
About Us  

chapter 6: The Twins Found Something (part 2)


Kemudian tangan Marlon mengarah ke dinding belakang ruangan—mengajak Cheryl 'menepi' ke sana, agar percakapan mereka tidak sampai mengganggu kinerja pengawasan kedua anak buahnya. 


     Cheryl mengangguk setuju. Mereka segera bergerak ke sana.


     "Marlon, aku ingin tahu suatu kejadian kemarin. Dapatkah kau membantuku?" pintanya. Dan kau sudah tahu, ada sesuatu yang amat kuat dalam diri Cheryl, yang membuat laki-laki mana pun tidak akan sanggup menolaknya.


     "Tentu saja, Nona. Dengan senang hati," jawab si kepala pengawas dengan ramah, tanpa melepaskan tatapan matanya pada pesona majikan barunya.


     "Apakah ada sebuah elcar asing pernah memasuki gerbang dan meluncur di halaman depan rumah?" tanya Cheryl lugas.


     Belum sempat laki-laki tegap berotot itu menjawab, dia berbicara lagi, "Masih ingatkah kedatanganku yang pertama bersama saudaraku—sempat kau halangi dan kau ragukan identitas kami sebagai bagian dari keluarga Cherlone?


     "Seingatku, itu terjadinya pada pukul sebelas siang lewat. Dan, jika memang ada elcar asing yang masuk, berarti peristiwanya sebelum kami datang itu—sebelum pukul sebelas."


     "Ya, Anda memang benar, Nona Cheryl," jawab Marlon. "Sebelum kedatangan Anda dan Tuan Chester pada pukul sebelas lewat, sebuah elcar asing hijau muda cerah datang, dan masuk ke garasi. Aku berani membuka pintu gerbang, karena ada Tuan Don di dalamnya. Ya, saat itu tentu saja diriku belum tahu kalau sosok Tuan Don yang itu ternyata palsu. Dia memperlihatkan dirinya dari kaca kanan belakang."


     "Dia bersama orang lain? Pada pukul berapa?"


     "Seorang sopir di depan, dan ada dua orang laki-laki lain menemaninya di bagian belakang. Kisaran lima hingga sepuluh menit sesudah kepulangan Tuan Sarron dan Nona Farah yang diantar Elmer dengan elcar mewah keluarga.


     "Kira-kira...," dia berpikir sejenak sebelum menjawab dengan mantap, "...pukul sepuluh. Saat itu juga, Nona Farah palsu tengah berada di ruangan ini. Dia yang menginstruksikan padaku supaya pintu gebang dibuka—persis sewaktu kepala Tuan Don palsu keluar dari dalam mobil."


     Melihat sang nona hendak berbicara, dia sudah menyahut lebih dahulu, "Tunggu... Nona Farah masuk ke sini kira-kira satu menit sebelum elcar datang. Secara logika, dan juga perasaanku mengatakan kalau nona palsu itu sudah mengetahui kedatangan mobil tersebut."


     "Itu juga yang telah terpikir olehku, Marlon," sambung Cheryl, "Tapi aku mau mengajukan pertanyaan lain padamu, yang mungkin tak terbersit di pikiranmu.


     "Kau bilang tadi masuk garasi pada pukul sepuluh. Kapan keluar lagi dari situ?


     "Dan, tersisa tiga orang di dalamnya—si sopir dengan dua orang di belakang?"


     "Iya, Nona. Antara lima belas menit hingga setengah jam berada di dalam rumah. Sebelum pukul setengah sebelas, sudah pergi entah ke mana. Tuan Don palsu seakan mereka 'antar' ke rumahnya ini."


     "Apa yang ada dalam pikiranmu saat itu?"


     "Mereka adalah rekan bisnis Tuan Don—aduh! Sekali lagi mereka telah menipu kita mentah-mentah!" jawab Marlon dengan kedua telapak tangannya saling meremas saat menyadari kalau dirinya telah dikelabui.


     "Sosok yang kukira rekan bisnis itu yang berkumis cokelat agak pendek, karena parasnya terlihat pintar. Satu lagi berkepala botak, dan berbadan kekar sepertiku," lanjutnya menambahkan.


     "Maka, elcar hijau yang masuk pada pukul sepuluh dan keluar sebelum pukul setengah sebelas masuk ke dalam rekaman," kata Cheryl dengan satu telunjuknya mengarah pada kumpulan layar televisi tak jauh dari hadapannya. "Jikalau kau dapat melihat siapa pun di dalamnya, kaca yang dipakai termasuk yang tembus pandang."


     Tak lama kemudian, dia meninggalkan ruangan keamanan. Baru saja beberapa langkah kedua kakinya menapaki ruang depan, sang kepala pengawas memanggilnya kembali, "Nona Cheryl!"


     Persis Cheryl berbalik, Marlon bertanya penuh semangat, "Apakah Nona menyukai pizza? Yang rasa apa?"


     Untuk sesaat dirinya merasa bingung ditanyai begitu. Lalu menjawab dengan jujur, "Iya, sosis dengan ikan tuna."


     Sementara Chester berbaring di sebuah sofa empuk di ruangan rahasia. Dua puluh menit pertama dihabiskannya dengan tidur. Tubuhnya masih berhutang waktu istirahat malam hari.


     Ketika bangun, otaknya langsung bekerja, meski masih dalam keadaan berbaring. Sepasang matanya memandangi dan memerhatikan hal-hal paling detail dari ruangan tempatnya berada.


     Menyadari indra penglihatannya tak mampu menjangkau lebih jauh, dia beranjak dari sofa dan berjalan mengelilingi ruangan rahasia. Dilihatnya semua benda dan peralatan yang terdapat di situ—berfokus pada atas dan seputar meja kerja, di dalam beberapa lemari kaca, buku-buku dalam perpustakaan mini, serta di atas satu dua meja dan lemari kecil.


     Tangannya membuka laci demi laci dari meja kerja maupun meja-meja kecil di ruangan itu. Foto-foto yang tersebar di atas meja-meja, di dalam laci, dan pada dinding pun tak luput dari perhatiannya.


     Ada satu sosok anggota keluarga Cherlone yang menarik minatnya dalam beberapa bingkai. Tak dapat dibedakan dengan jelas apakah laki-laki atau perempuan. Kadang mengenakan pakaian yang feminin, tapi sering berpakaian laki-laki. Dengan wajah yang tersamar jendernya. Tak ketinggalan pula rambut hitam, yang terkadang panjang, terkadang juga pendek.


     Berbeda dengan Brandon Cherlone yang jelas sekali terlihat jantan. Cukup banyak pose dirinya bergaya dan beraksi sebagai pemain beberapa jenis olah raga. Tongkat bisbol, raket tenis, bola basket, bola boling, dan stik bilyar akrab dengan tangan sang pebisnis yang bisa dibilang atletis.


     Melihat itu semua, hati Chester tersentuh. Ingin sekali rasanya merangkul dan memeluk sosok populer yang selama ini ternyata ayah kandungnya sendiri. Dapat mengajak bercakap-cakap dengan asyiknya.


     Tanpa henti Chester melihat-lihat dan memeriksa semuanya. Hingga akhirnya, kedua matanya menemukan sesuatu yang aneh pada dinding belakang. Persis di sebelah sebuah lukisan antik bergaya surealis. 


     Jika diamati dengan cermat dan teliti, terdapat bagian tembok yang sedikit maju ke depan. Dengan kedua tangan, diperiksanya sesuatu yang mencurigakan tersebut.


     Ternyata, semacam brankas yang sengaja dibuat secara paksa—bukan tempat yang semestinya. Supaya terlihat samar, ditempelkan motif yang sama dengan motif pelapis dinding ruangan.


     Dengan susah payah dicarinya kunci, yang diduga tersimpan di sekitar lokasi itu. Kembali dirinya membuka laci-laci meja, membolak-balik buku-buku, menggeser beberapa barang, melongok ke bawah dan ke balik sofa dan meja, dan membalik tikar. Termasuk juga menyelipkan tangan ke dalam tutup lampu mini, dan ke dalam seperangkat perhiasan menyerupai botol yang letaknya menyebar.


     Pencarian Chester tak membuahkan hasil. Maka, dia berdesah dan menghembuskan napas panjang. Lalu pikirannya memutuskan untuk mencari di setiap jengkal ruangan itu. Mungkin sengaja disimpan oleh pemiliknya di ujung atau sudut ruang.


     Ketika berhadapan dengan pintu kayu lokasi disekapnya Farah, Chester kembali mengamati kondisi dinding pada sisi sebelah situ. Di sebelah kirinya terdapat lemari buku—luas dinding belakang yang terpakai agak lebih kecil dari perpustakaan mini. Selain foto ketiga anak Brandon berukuran sedang, sepasang guci yang indah, dan sepasang lampu bermodel unik dengan tiang kayu menempel di dinding pada sisi ruangan tersebut. Sinar yang terpancar dari lampu antik ini hanya temaram.


     Lemari buku. Biasanya banyak rahasia dalam ruangan yang tersimpan dalam lemari buku dinding, termasuk yang terletak di ruang keluarga—akses memasuki ruangan kerja rahasia ini. 


     Diamati sekilas dari jarak yang lumayan dekat, terlihat ada satu buku tebal yang diposisikan agak maju dari semua temannya. Pada ujung kiri di baris tengah.


     Chester maju dan menyentuh buku itu. Secara tak terduga, lemari beserta separuh bidang dinding bergerak masuk sejauh sembilan puluh derajat. Rupanya tersembunyi ruangan rahasia lain lagi di dalam ruangan rahasia utama.


     Dia tercengang sesaat sebelum masuk ke dalamnya. Apa yang ditemukannya di sana sungguh mengejutkan dirinya.


     Masih belum puas memperoleh data sebanyak yang diinginkannya, telinga Chester mendengar suara Cheryl yang terus memanggil namanya. Saudari kembarnya sudah memasuki ruangan rahasia utama. Dia segera bergegas keluar.


     "Ches, aku baru saja menemukan rekaman visual yang membuktikan dua orang laki-laki yang membantu Simmons dan Farah palsu menyembunyikan Farah asli kemarin di rumah ini," kata Cheryl merasa puas. Percaya dirinya meningkat. Tidak percuma juga pagi tadi Chester katakan jikalau dirinya berbakat.


     "Kamera pengawas yang di luar?"


     "Ya benar, dan lima menit yang lalu, kukirimkan ke kantor ERBI dan SARBI," kebanggaan Cheryl merekah. Senyum lebarnya sampai menunjukkan deretan gigi putihnya.


     "Selama ini, kita tidak tahu nama saudari kembar Ayah. Berarti, Don sendiri pun tak pernah menyadari masih ada yang misterius di balik yang tersembunyi. Ayo, kuperlihatkan padamu," Chester mengajak ke ruangan di balik lemari yang masih dalam keadaan terbuka itu.


     "Tunggu, siapa namanya?" satu telapak tangan Cheryl menangkap satu lengan saudaranya ini. "Dan apa maksud perkataanmu barusan?"


     "Ucapkan nama kita, dan nama ayah kandung kita."


     "Chester, Cheryl... Brandon?" raut wajah Cheryl menunjukkan pertanyaan.


     "Ches dan Cher. Brandon dan Brenda—Brenda Cherlone."

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • AstardiSkai

    @yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
    Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie

    Comment on chapter #3 part 2
  • AstardiSkai

    @yurriansan oke, terima kasih ya udah mau mampir dan juga kasih komentar positifnya di sini

    Comment on chapter #3 part 2
  • yurriansan

    kalau berkenan, mampir juga ya keceritaku. tapi, nggak "semenantang" ceritamu. :)

    Comment on chapter #1 part 1
  • yurriansan

    aku belum baca seri sebelumnya, tapi udah tergoda sama yg ini. yah, meskipun aku hobi nnton drama detektif atau versi film, aku sulit untuk menuliskan cerita misteri. apalagi yang konfkiknya rumit begini. salut buat author :D

    Comment on chapter #1 part 1
Similar Tags
Ternyata...
884      516     1     
Short Story
Kehidupan itu memang penuh misteri. Takdir yang mengantar kita kemanapun kita menuju. Kau harus percaya itu dan aku akan percaya itu. - Rey
Rêver
6046      1741     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Bilik Hidup
589      388     0     
Short Story
Malam itu aku mabuk berat usai menenggak sebotol vodka dan tempe mendoan. Bersama teman lamaku, aku bercinta dengan seorang gadis yang pernah kutemui beberapa waktu silam.
Bells Flower
358      238     2     
Short Story
Bella mendekati ibunya. Dia mencoba untuk melepaskan ikatan namun tak bisa. Mata sang ibu melotot dengan mulut terbuka, menatap tajam ke arah Bella. Mulut terbuka itu menyemburkan kunyahan kelopak bells flower ke wajah Bella. Bau menyengat dan busuk jadi satu. Seketika Bella bangun dari mimpinya.
Rahasia
1634      1006     2     
Short Story
Persahabatan bermula dari kenyaman yang membuat kami saling melengkapi satu sama lain. The sky julukan yang menggambarkan kami semua, karena langit akan tetap menjadi langit. Kami selalu menatap langit yang sama walaupun raga kami tidak bersama. Kami bagian dari langit, lima sisi yang saling menyatu bagaikan bintang. The sky terdiri dari Galang yang selalu menguatkan juga lucu serta b...
Forgotten treasure
369      273     1     
Mystery
This story is about a family that just moved into a new house and its located close to an unknown clue to an unkown treasure from the 500 b.c. And all of this isnt real. Its jist based on a 13 yr kid 3:
NADI
5518      1461     2     
Mystery
Aqila, wanita berumur yang terjebak ke dalam lingkar pertemanan bersama Edwin, Adam, Wawan, Bimo, Haras, Zero, Rasti dan Rima. mereka ber-sembilan mengalami takdir yang memilukan hingga memilih mengakhiri kehidupan tetapi takut dengan kematian. Demi menyembunyikan diri dari kebenaran, Aqila bersembunyi dibalik rumah sakit jiwa. tibalah waktunya setiap rahasia harus diungkapkan, apa yang sebenarn...
Ken'ichirou & Sisca
9710      2431     0     
Mystery
Ken'ichirou Aizawa seorang polisi dengan keahlian dan analisanya bertemu dengan Fransisca Maria Stephanie Helena, yang berasal dari Indonesia ketika pertama kali berada di sebuah kafe. Mereka harus bersatu melawan ancaman dari luar. Bersama dengan pihak yang terkait. Mereka memiliki perbedaan kewarganegaraan yang bertemu satu sama lain. Mampukah mereka bertemu kembali ?
Jikan no Masuku: Hogosha
3483      1248     2     
Mystery
Jikan no Masuku: Hogosha (The Mask of Time: The Guardian) Pada awalnya Yuua hanya berniat kalau dirinya datang ke sebuah sekolah asrama untuk menyembuhkan diri atas penawaran sepupunya, Shin. Dia tidak tahu alasan lain si sepupu walau dirinya sedikit curiga di awal. Meski begitu ia ingin menunjukkan pada Shin, bahwa dirinya bisa lebih berani untuk bersosialisasi dan bertemu banyak orang kede...
102
2039      834     3     
Mystery
DI suatu siang yang mendung, nona Soviet duduk meringkuh di sudut ruangan pasien 102 dengan raga bergetar, dan pikiran berkecamuk hebat. Tangisannya rendah, meninggalkan kesan sedih berlarut di balik awan gelap.. Dia menutup rapat-rapat pandangannya dengan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya. Ia membenci melihat pemandangan mengerikan di depan kedua bola matanya. Sebuah belati deng...