The day when Brandon Cherlone murdered...
chapter 3: The Men Who Help Hiding Farah (part 1)
Ketiga anak Brandon Cherlone sedang dalam perjalanan pulang dari kantor SARBI menuju rumah keluarga mereka yang di Area London. Naik elcar mewah kepunyaan keluarga yang dikemudikan oleh Elmer—sang sopir.
Don, Sarron, dan Farah tengah seru-serunya membicarakan seputar kejadian pembunuhan ayah mereka. Anak tertua baru saja membuat sebuah pengakuan kalau dirinya punya segudang alasan serta keinginan kuat untuk melenyapkan sang ayah.
Sarron terus menganalisa semua yang masuk ke dalam benaknya, hingga dia merespons pernyataan kakaknya, "Sebuah pengakuan yang jujur, tapi banyak alasan untuk membunuh seorang Brandon Cherlone yang besar. Dan agaknya, ada segelintir orang yang memiliki keinginan besar itu."
"Termasuk anak-anak kandungnya sendiri—sang pewaris dan penerus takhta," sahut Don getir.
"Maka mengungkap pembunuh Ayah bukanlah pekerjaan yang gampang. Tidak semudah membalik telapak tangan," komentar Sarron lagi.
Beberapa menit berselang, di saat perjalanan hampir berakhir, ponsel Don berbunyi.
Sang pemilik mengaktifkan headset mini yang terpasang di daun telinganya. Caranya dengan menarik semacam tungkai yang tadinya muncul sedikit di bagian depan. Pada ujung alat yang terbuat dari perak itu terdapat bagian mikrofon.
Kemudian dia menyapa, "Halo, Don Cherlone."
Telinga yang terpasang headset menangkap suara seorang laki-laki, "Don, kiriman dari Area Perancis sebentar lagi sampai. Apa kau sedang bersama Sarron dan si bos sudah tiba di sana?"
"Oke, temui aku di halte sektor tujuh Area London. Aku segera ke sana," jawab Don mantap. Membuat Farah yang duduk di sebelahnya tersenyum dalam hati—dari balik air muka yang murung.
"Elmer! Aku turun di ujung blok depan!"
"Baik, Tuan Don," sahut si sopir dari balik kemudi.
"Ada seorang rekan bisnis yang mendadak ingin bertemu denganku untuk sebuah urusan yang tak bisa ditunda," sang pebisnis memberitahu kedua adiknya. "Maafkan diriku yang terpaksa tidak bisa menemani kalian pulang," diiringi dengan sebuah permintaan maaf.
"Tak masalah," kata Sarron—sama sekali tidak menyadari sandiwara dari dua sosok asing yang sedang bersamanya saat ini.
Farah hanya mengangguk pelan. Padahal sudah mengetahui benar maksud dan tujuan rekan komplotannya ini.
Elmer menghentikan laju elcar persis di tempat yang diinginkan tuan mudanya.
Don segera melompat keluar, dan berjalan menuju ke arah halte kereta api cepat. Sebenarnya lokasi ini sudah berada di kawasan sektor tujuh Area London—tinggal beberapa tikungan lagi, kita tiba di rumah keluarga Cherlone.
Lima menit kemudian, Don memasuki halte. Kedua matanya berkeliling mencari orang-orang yang sudah membuat janji bertemu.
Ternyata gampang sekali ditemukan. Kedua laki-laki tersebut berdiri di samping tiang besar persimpangan. Agak dekat loket. Salah satunya—berbadan besar dan tegap—memegang karton bertuliskan "LS-DC".
Situasi di situ penuh dengan orang-orang yang berjalan lalu lalang dengan rutinitas keseharian masing-masing.
Don menjabat tangan kedua orang itu, sambil membisikkan pelan sebuah nama, "Landon Simmons. Ayo, sekarang kita menuju ke elcar kalian."
Mereka mengenalkan diri. Si laki-laki botak plontos, beralis hitam tebal, mata besar, dan agak kekar bernama Jarred. Rekannya yang lebih pendek, berkumis coklat, dan bermata kecil agak sayu bernama Netmos.
Jarred yang kesannya terlihat ditakuti karena berperawakan bagaikan sesosok preman atau pengawal, melangkah cepat ke suatu arah. Sambil menyusul rekannya, Netmos memberitahu Don, "Dia yang memimpin kita menuju elcar."
Tak sampai satu menit lamanya, mereka tiba di tempat parkir halte. Jarred menuju sebuah elcar berwarna hijau cerah yang menunggu di lajur kiri agak ujung lapangan—dekat sebuah pohon besar. Begitu dia berdiri di depan kaca sopir, orang yang berada di dalamnya membuka.
"Buka bagasi!" perintah Jarred.
Bersama Netmos, Jarred mendampingi Don melihat isi bagasi. Pintunya sudah terbuka ke atas secara otomatis. Tersimpan di dalamnya sebuah kotak hitam berbentuk balok berukuran tujuh puluhan senti kali setengah meter dan tinggi satu meter.
Jarred mengulurkan tangan kekarnya—menyingkapkan sebuah penarik serta pegangan yang terbuat dari besi. Sebagai jawaban, Don menganggukkan kepala dua tiga kali tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Tanpa membuang waktu lagi, ketiganya masuk ke dalam elcar. Susunan bangku di dalam kendaraan ini seperti posisi biasanya. Tidak seperti elcar mewah milik keluarga Cherlone yang memang jenis limosin. Laki-laki di belakang kemudi memberitahukan namanya kepada Don.
"Clayton itu rekan kerja kami di Wonders Twelve," ujar Netmos menambahkan.
"Berangkat sekarang, Tuan Don?" tanya Clayton ragu—spontan dijawab singkat oleh Don, "Ya, tentu saja. Tunggu apa lagi?"
"Nah, begitu kita sampai di gerbang depan, kau bukakan kaca di samping Tuan Don," instruksi Netmos pada Clayton.
"Kau pintar sekali, Netmos," komentar Don senang. Sebagai reaksinya, laki-laki bertubuh agak tambun itu asyik memilin kumis coklatnya dalam diam.
"Menurut kalian, bagaimana penyamaran bos kita yang brilian itu?" tanya Don membuka obrolan.
"Jenius sekali," sahut Netmos cepat, mengacungkan jempolnya, "aku sampai berpikir kalau kami sedang bekerja sama dengan seorang pebisnis besar—si Brandon Cherlone yang terkenal itu."
"Cara yang dipakainya juga luar biasa," giliran Don yang berkomentar. "Aku sampai kagum, dan masih tak habis pikir."
"Ya, kalau memang omongan Anda barusan benar," kata Netmos lagi, "apa yang akan dilakukannya begitu kita bersama elcar ini sudah memasuki halaman rumah keluarga Cherlone?"
"Itu yang akan segera kutanyakan sekarang," jawab Don sembari mengambil ponselnya dari balik saku jas.
"Halo," bisiknya pelan sesaat sesudah hubungan komunikasi tersambung, "kurang dari lima menit lagi kami akan tiba."
Terdengar suara perempuan dari ponsel Don. Sang pemilik sengaja membesarkan volumenya agar terdengar Jarred, Netmos, dan Clayton.
"Untunglah aku sedang berada di kamar Farah. Sarron di kamarnya, entah lagi berbuat apa. Berikan nomor ini panggilan tak terjawab begitu kalian tiba di depan pintu gerbang. Dan langsung masuk saja ke garasi. Sebab aku pasti sudah membuka pintunya, karena ponsel ini selalu berada dalam genggamanku."
"Baiklah, oke. Terima kasih," balas Don sekaligus menutup komunikasi, sebelum memutusnya.
"Kau dengar itu, Clayton?" teriak Jarred.
Si sopir segera mengacungkan jempol ke arah belakang.
"Bagus," giliran Don memberi instruksi selanjutnya pada Jarred dan Netmos, "kalian harus segera ke bagasi, dan mengurus isinya dengan cepat. Sudah tahu 'kan apa yang harus diperbuat?"
Benar juga, tak sampai lima menit berlalu, elcar yang membawa Don serta kawanannya sudah di depan pintu gerbang keluarga Cherlone yang di Area London.
bersambung ke part 2
@yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
Comment on chapter #3 part 2Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie