Read More >>"> 1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia (PERSIAPAN PESTA DAN CINTA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia
MENU
About Us  

PERSIAPAN PESTA DAN CINTA

Pagi ini langit terlihat gelap. Sepertinya akan turun hujan yang sangat deras. Meskipun langit mendung dan terlihat murung namun itu tidak ada pengarunhnya bagi seorang anak yang terbangun dengan kegembiraan karena mengingat hari ini adalah hari ulangtahunnya.

Disaat membuka mata, Nana menatap Ibunya yang sedang duduk juga menatapnya sambil tersenyum. Nana pun duduk dan sang Ibu membisikkan kata ke telinga Nana.

"Selamat ulangtahun bidadariku yang paling cantik, semoga anak ibu bisa menjadi anak yang pintar, soleha dan selalu patuh kepada Ayah dan Ibu. Jika suatu saat Nana sudah dewasa jangan pernah lupakan Ibu yah nak."

Setelah mendengar bisikan itu Nana semakin erat memeluk Ibunya. Nana terharu dan bahagia. Kemudian Nana juga berbisik kepada Ibunya.

"Nana sayang sama Ibu. Jangan dulu pergi yah bu... Nana masih rindu sama Ibu. Nana tidak akan pernah lupa sama Ibu karena Nana sayang sama Ibu..."

"Ibu tidak akan pergi-pergi lagi kok. Ya sudah, sekarang Nana mandi dan siap-siap ke sekolah." Hanifa selalu mengalihkan pembicaraan disaat Nana terlihat bersedih. Hanifa tidak pernah mau jika anaknya menjadi cengeng karenanya.

Sehari sebelumnya Firman dan Fina sudah membicarakan tentang ulangtahun Nana. Mereka sepakat jika setelah mengantarkan Nana ke sekolah Firman dan Fina akan mempersiapkan perlengkapan ulangtahun di rumah Firman.

"Nana cantik bangun nak... Mandi... Nanti telat ke sekolah!" Teriak Firman.

Disaat bersamaan Nana dan Hanifa tertawa ketika mendengar Firman teriak. Nana berlari mengambil handuk kemudian mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.

Setelah semua telah siap maka mereka berangkat. Di tengah perjalanan Nana berkata, "Ayah... Hari ini Nana ulang tahun."

"Memang iya nak, nanti sepulang sekolah kita pergi makan-makan yah..." Jawab Firman yang ceria.

Dari kursi belakang Hanifa yang ikut berkata, "Dasar Ayah yang gak peka! Ucapkan selamat ulangtahun kek ke anaknya."

Mendengar kata makan-makan bagi seorang anak kecil yang belum mengerti tentang perasaan yang disebut Baper pastilah sangat menyenangkan apalagi jika makanan yang dia bayangkan adalah sebuah kue ulangtahun dan makanan-makanan yang ada di sebuah restoran cepat saji.

"Yee... Yee... Yeehh... Makan-makan... Ada kuenya juga kan?" Nana begitu heboh dan senang.

"Iya sayang ada kue juga." Jawab Firman tersenyum bahagia melihat anaknya yang senang.

Setelah sampai di sekolah, Nana dan Firman turun dari mobil. Sampai di depan kelas, Firman mencium Nana kemudian berbisik "Selamat ulangtahun sayang, belajar yang giat supaya jadi anak yang pintar."

Nana mencium Firman dan tersenyum mengucapkan terimakasih kemudian berlari ke dalam kelas.

Di tempat yang lain, Fina telah bersiap-siap untuk menemani Firman. "Hari ini ulangtahun Nana, aku ingat disaat masih kecil dulu kalau ulangtahun selalu minta hadiah yang banyak sama Mama dan Bapak, selalu dimanja sampai saat ini. Kasihan Nana di tiap ulangtahunnya hanya ditemani Ayahnya tanpa kasih sayang seorang Ibu. Andai aku bisa menjadi Ibumu pasti aku akan selalu memanjakanmu." Fina begitu kasihan dan sayang kepada Nana.

Dering telepon Fina berbunyi. "Pasti telepon dari Kak Firman."

Ternyata memang benar itu adalah telepon dari Firman.

"Halo kak, Iya aku sudah siap! Tinggal menunggu jemputan dari kakak. Hehehe..."

Tidak lama lagi Firman datang untuk menjemput Fina. Setelah mengantar Nana Firman langsung menuju ke tempat Fina. Hari ini Firman tidak masuk kantor, beberapa hari sebelumnya ia telah mengurus cuti untuk beberapa hari yang dimulai pada hari ini. Selama perjalanan Firman selalu memikirkan dan terbayang wajah Fina. Ia hanya tersenyum dan menganggap itu hanyalah sebuah rasa pertemanan biasa. Bagi Firman ada banyak kesamaan antara Fina dan Hanifa. Perasaan ceria yang dirasakan Firman ketika berada di dekat Fina juga sama ketika berada di dekat Hanifa, baginya mereka sama-sama bisa menghidupkan suasana dan selalu ceria.

Setelah sampai, Firman menelpon Fina dan mengatakan jika ia sudah berada di depan lorong. Fina yang menerima telepon langsung bergegas pamit kepada orangtuanya dan menuju ke depan lorong. Bapak dan Mamanya begitu heran melihat anaknya yang beberapa hari ini mulai tampak ceria dan sudah lebih sering berbicara kepada beberapa orang dan juga dia sudah mulai keluar dengan seorang pria.

Firman menanti di atas mobil sambil melihat Fina yang melangkah dari dalam lorong. Disaat Firman tersenyum menatap Fina yang berjalan tiba-tiba Fina hampir saja terjatuh karena sebuah lubang kecil yang dia lalui. Seketika Firman tertawa dan berkata "Ceroboh! Memang sama seperti Hanifa!"

Fina tiba di sebelah mobil. Seperti biasa, ia merapikan jilbab dulu melalui kaca pintu mobil kemudian ia membuka pintu mobil.

"Hai kak, maaf kalau Fina membuat kakak menunggu lama." Ucap Fina yang ceria.

"Iya, lagian aku juga baru sampai kok." Firman tersenyum kemudian berkata, "Kalau begitu boleh kita berangkat sekarang nona manis?"

"Boleh tuan tampan!" Balas Fina yang mulai akrab dengan Firman.

Tampak dengan jelas jika mereka mulai saling membuka diri dan diantara mereka sudah mulai ada perasaan namun belum bisa terbahasakan.

"Ehh kak, kita beli kue di seberang stasiun dekat kampusku aja." Kata Fina.

"Yang masuk lorong itu kan? Yang tempat pembuatan pesanan kue itu? Dulu aku juga pernah pesan kue disitu, ternyata masih buka toko kue itu." Kata Firman yang mengingat jika dulu pernah menemani Hanifa memesan kue di tempat itu.

"Iya disitu kita bisa memesan bentuk dan hiasan kue sesuai dengan keinginan kita." Jawab Fina.

Sementara Firman dan Fina menuju ke toko kue, di tempat lain Hanifa dengan sengaja menemui Raihan.

Di sebuah taman di bawah langit yang mendung terlihat Raihan yang lagi duduk santai tanpa peduli keberadaan Fina. Dari arah samping Hanifa menghampirinya.

"Hei... Hei... Heii... Ada yang lagi santai nih... Si Fina gak butuh pengawalan yah hari ini?" Teriak Hanifa kepada Raihan

Raihan berbalik dan tersenyum sambil berkata, "Dia kan sudah besar, lagian aku gak khawatir jika dia pergi dengan Kak Firman. Aku yakin dia lebih bisa menjaga Fina dibanding aku yang tak dapat terlihat di matanya." Raihan pun tertawa dengan nada bercanda.

"Ciee... Yang sudah mulai belajar ikhlas... Tapi beneran ikhas gak sih?" Gombal Hanifa.

"Iya dong kak..."

Dari arah samping Hanifa yang berdiri mengambil sebuah batu berukuran sedang yang ada di tanah kemudian dilemparkan ke arah Raihan.

"Raihaann... Tangkap!!" Teriak Hanifa.

Raihan yang panik tanpa sadar menangkap batu tersebut.

"Kak Hanifa apa-apaan sih... Untung ku tangkap kalau tidak kepalaku bisa kenaa!" Teriak Raihan yang panik.

Hanifa hanya menatap Raihan dengan senyum sambil bertepuk tangan kecil. Raihan belum mengerti arti senyum dari Hanifa, ia melempar batu yang ada di tangannya itu dan mengenai sebuah pot besar yang ada di depannya. Raihan mendengar dengan jelas suara pot itu terkena batu yang ia lempar. Raihan pun berbalik menatap Hanifa yang masih saja bertepuk tangan kecil yang semakin cepat dengan ekspresi wajah senang.

"Kak!!" Raihan teriak menatap Hanifa sambil meunjuk batu tersebut.

"Iyaa... Kamu berhasil." Kata Hanifa.

"Aku menyentuh dan melempar batu?" Raihan tampak begitu heran bercampur bahagia.

"Coba sekali lagii... Ayoo ambil sesuatu yang ada di sekitarmu." Teriak Hanifa yang ikut senang.

Akhirnya Raihan berhasil menyentuh benda, itu artinya ia punya jalan dan kesempatan untuk bisa melakukan komunikasi kepada Fina.

Di tengah kegembiraan Raihan dan Hanifa, di toko kue juga tampak kegembiraan Fina dan Firman.

Setelah memesan kue berbentuk kotak dengan hiasan cokelat serta choco chips yang bertuliskan ucapan selamat ulang tahun mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat perlengkapan ulang tahun. Kue warna merah muda itu sangat indah, mereka meletakkan kuenya di kursi belakang.

"Sekarang kita tinggal menuju toko perlengkapan ulang tahun lalu menghias ruangannya." Ucap Fina yang begitu semangat dan senang.

Firman juga begitu semangat karena ini pertama kalinya ia dibantu oleh seseorang dalam masalah ulang tahun putrinya. Setelah membeli perlengkapan dekorasi dan semua sudah lengkap mereka pun menuju ke rumah untuk membuat dekorasi ruangan.

Tepat di depan rumah Firman, mereka turun dari mobil yang hanya di parkir di depan rumah. Fina membuka pintu mobil kemudian mengambil kue dan perlengkapan lalu ikut berjalan di belakang Firman menuju ke dalam rumah. Tanpa mereka sadari beberapa tetangga terutama para ibu-ibu dan wanita sekitar menatap kepada mereka. Salah satu dari tetangga itu adalah teman Fina yang tak lain adik dari teman kantor Firman.

Setelah masuk ke dalam rumah, Fina menatap setiap sudut ruangan. Rumah yang minimalis begitu cantik menurut Fina, ada beberapa kamar dan susunan perabotnya begitu rapi dan bersih.

"Kak apakah kalian disini cuma tinggal berdua?" Tanya Fina yang masih memperhatikan setiap detail ruangan.

"Iya cuma aku dan Nana, tapi kadang Neneknya Nana datang beberapa hari di tiap Minggu untuk mengunjungi cucunya. Jangan heran jika rumah ini bersih karena jika ia datang biasa bersama adiknya Hanifa yang selalu membersihkan disini." Jawab Firman sambil menghela nafas kemudian melanjutkan, "Tapi aku tak pernah merasa kesepian karena aku yakin Ibunya Nana juga ada disini dan aku terkadang merasakan kehadirannya disini."

Fina yang mendengar ucapan Firman merasa sedikit takut kemudian perlahan mendekati Firman.

"Kak jangan bilang begitu dong, aku jadi takut. Kalau itu benar dan Ibunya Nana melihatku dia pasti cemburu nanti dia marah Kak." Fina merasa sedikit takut.

"Kalaupun dia masih hidup dan ada disini pasti dia tidak cemburu bahkan dia akan mengajakmu bercanda dan teriak-teriak." Firman tertawa.

Fina menjadi penasaran tentang Hanifa. Sepertinya ia tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang Hanifa. Ia mencoba selalu mencari celah untuk bertanya ke Firman.

"Kak kita dekorasi dimana? Di kamar atau di ruang tengah?" Tanya Fina.

"Kita di ruang tengah saja, kalau di kamarnya Nana terasa begitu sempit."

"Kamar Nana? Nana punya kamar sendiri? Jadi kalian tidurnya terpisah yah?"

"Iya, itu disana kamarnya Nana dan yang di samping itu kamarku." Jawab Firman.

"Boleh aku melihat kamar Nana?" Pinta Fina.

"Iya boleh kok."

Fina berjalan menuju kamar Nana dan begitu herannya dia ketika membuka kamar terlihat kamar yang begitu rapi tak berantakan sama sekali, isi lemarinya pun begitu rapi. Setidaknya jika ada yang membersihkan kamar paling sehari atau dua hari pasti sudah berantakan jika di tempati oleh anak seumuran Nana.

"Kak! Di kamar kakak tidur sendiri yah?" Teriak Fina.

"Hey, gak usah teriak aku disini..." Jawab Firman yang ada di depan kamarnya, "Iya aku tidur sendiri semenjak kepergian Hanifa, memang kenapa? Kamu mau temani aku?"

"Apaan sih... Kan cuma bertanyaa." Kata Fina, "Ehh kak, Ibunya Nana orangnya bagaimana sih?"

"Hmm... Hanifa ituuu cerewet, lucu, cepat akrab sama orang, suka bercanda, banyak gerak, banyak tanya, kadang pelupa, lincah namun ceroboh, suka teriak-teriak dan pastinya cantik." Jawab Firman.

"Kak Firman tidak mengejek aku kan? Aku tanya Ibunya Nana kok sepertinya itu ciri-ciri dari aku sih?" Tanya Fina.

"Lahh... Kalian memang sangat mirip dari segi sikap dan sifat kok dan juga sama-sama cantik." Kata Firman dari dalam kamarnya.

Fina yang mendengar itu sesekali tersenyum. Tiba-tiba Fina sangat kagum dan mengidolakan Hanifa meskipun belum pernah ia melihat Hanifa.

"Kak... Boleh aku melihat foto Kak Hanifa?" Tanya Fina yang tiba-tiba kepalanya muncul dari arah pintu kamar Firman.

Firman yang terkejut menjawab, "Hehh... Sejak kapan kamu ada di depan pintu? Untung aku belum mengganti pakaian."

"Hehehe.... Mana mungkin juga aku mau mengintip kalau kakak tidak berpakaian." Kata Fina yang tersenyum.

"Oh iyaa di ruang tengah ada kok album foto, kayaknya di rak buku samping tv." Belum sampai ucapan Firman, Fina langsung berlari menuju tempat album foto itu.

"Kak Firman istirahat aja dulu atau ganti pakaian, aku mau lihat foto sambil cari inspirasi untuk dekorasi." Teriak Fina.

Sampai di ruang tengah, dengan cepat Fina menemukan album foto itu. Begitu terheran dan kagumnya Fina ketika melihat foto masa muda Hanifa yang begitu cantik dengan gaya sedikit tomboy. Begitu cantik terlihat bahkan di masa sekarang padahal foto itu beberapa tahun yang lalu.

"Seandainya Kak Hanifa masih ada dan seumur denganku pasti banyak yang jatuh cinta padanya dan mungkin saja dia bisa jadi selebgram dan kebanjiran endorse." Kata Fina sambil tersenyum menatap beberapa foto.

"Nahh... Foto yang ini sangat mirip dengan Nana... Sudah kuduga Nana mirip dengan Ibunya dan nahh... Yang ini foto Kak Firman... Kok kelihatan lebih tua yang dulu yah? Semakin tua dia semakin terlihat muda, mereka pasangan yang serasi. Jadi baper nih, perasaan juga mau nikah tapi kamu sih Raihan... Pergi tanpa menikah duluu..."

Saat itu Hanifa tiba di rumah, ia melihat Fina yang berada di ruang tengah sambil menatap foto dan sesekali berbicara sendiri.

"Ternyata Si Fina fans yah sama aku? Andai kamu tau jika aku ini secantik putri kerajaan pasti kamu akan terkagum-kagum Finaa." Hanifa seakan berbicara dengan Fina.

"Kak Hanifa memang cantik seperti putri kerajaan." Kata Fina.

"Nah kan ku bilang juga apa? Hahaha" Tawa Hanifa, "Firman juga cakep kan? Apalagi yang sekarang tambah cakep kan?"

Lagi-lagi seolah mereka saling bercakap, Fina menjawab, "Kak Firman yang cakep dari dulu tak pernah berubah tapi yang sekarang lebih cakep sih. Hahaha"

"Hmmm... Bagaimana? Kita dekor sekarang?" Tanya Firman yang tiba-tiba datang dari belakang.

"Iya kak, aku siapkan barangnya dulu." Jawab Fina yang kaget dan langsung bergerak.

"Kok aku kaget yah? Sebenarnya yang hantu disini aku atau kamu mas? Kok kamu bisa muncul tiba-tiba?" Kata Hanifa.

"Finaa... Aku bantu tempel yang itu yahh..." Teriak Firman yang tampak senang.

"Iyaa kak tapi awas kalau salah yahh!! Tiada ampun bagi kakak!" Fina Mengancam.

"Heh? Belum juga melakukan apa-apa sudah dimarahi..." Ucap Firman yang tertawa.

Mereka pun mengerjakan dekorasi bersama sambil sesekali bercanda. Firman terkadang mulai iseng dengan mengusapkan lem ke tangan Fina, begitu pun sebaliknya mereka saling menjahili. Hanifa yang melihat sesekali tersenyum dan terharu melihat suaminya yang kembali bisa bercanda lepas dengan seseorang.

Tak lama kemudian setelah semuanya hampir selesai tiba-tiba suara tetesan hujan terdengar begitu deras. Suara gemuruh petir tiba-tiba mengagetkan mereka. Fina yang kaget langsung memegang lengan Firman. Kemudian suasana menjadi hening, mereka saling bertatap.

"Hehh!! No... No... Noo!! Belum saatnya mas! Nanti ada waktunyaa! Bukan kalian berdua saja yang ada di rumah ini." Teriak Hanifa yang tidak dapat terdengar oleh mereka.

Dengan cepat Hanifa mengambil tindakan. Ia terpaksa menjatuhkan bingkai foto yang ada di atas lemari. Tanpa dia rencanakan, foto yang jatuh itu kebetulan adalah fotonya sendiri, foto disaat dia sedang hamil dulu.

Seketika suasana hening menjadi horor. Fina yang memegang tangan Firman perlahan melepasnya dan mereka menuju foto yang terjatuh itu. Mereka melihat jika foto yang jatuh itu adalah foto Hanifa.

"Kok bisa pas begini yah? Padahal tidak ada rencana, tapi biarlah supaya mereka tidak melakukan hal yang tidak-tidak. Hahaha..." Kata Hanifa yang tertawa.

"Kak... Aku takut... Kak Hanifa pasti marah, apakah aku harus pulang saja kak?" Tanya Fina yang ketakutan.

Hanifa yang mendengar itu tertawa meski sedikit merasa bersalah, "Tidak kok Fina Sayang, aku hanya membatasi gerak kalian. Kalau sudah saatnya tidak apa-apa kok." Kata Hanifa.

"Ohh ini karena angin... Kemarin juga foto ini jatuh, mungkin harus di pindahkan yah? Hahaha... Jangan takut begitu, hantu itu tidak ada." Firman berusaha menenangkan.

Fina terlihat begitu ketakutan. Ia merasa seperti seorang perusak rumah tangga. Dalam pikiran Fina ia akan dimarahi Hanifa.

Lagi-lagi Hanifa mengambil tindakan demi menjaga hubungan mereka. Terpaksa Hanifa menyentuh dan menggerakkan tangan Firman untuk merangkul Fina. Firman merasa heran dengan yang terjadi padanya namun ia percaya jika ini adalah bantuan Hanifa. Ia merespon baik kode yang diberikan Hanifa.

"Sudah... Kamu jangan takut, disini kan ada aku. Ayo kita selesaikan dekorasinya kemudian kita keluar makan dan menjemput Nana." Bujuk Firman yang sesekali mengusap kepala Fina dengan satu tangannya. Akhirnya Fina kembali berani dan melanjutkan sisa pekerjaan yang tadi.

Setelah semua selesai mereka kemudian keluar untuk makan dan sekalian menjemput Nana di sekolah.

Dalam hati Firman berkata, "Terimakasih yah Hanifa, apakah ini pertanda sudah saatnya aku mencari pasangan? Ku harap kamu memberiku jawaban."

Sementara Fina berkata dalam hati, "Entah apa yang kurasakan saat ini, apakah aku mulai lagi merasakan sesuatu yang dinamakan cinta? Raihan... Apakah ini pertanda kita harus saling mengiklhaskan? Jawab aku Raihan!"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    @Rifad ohh, oke...oke
    sama ya, dengan ceritaku yang Rahasia Toni, tokokhku juga terserang leukimia.

    mampir2 juga ya, ke cerita terbaruku :D

    Comment on chapter FINA [DUA]
  • Rifad

    @yurriansan di Fina Bagian II dijelaskan kok, dia sakit akibat penyakit leukimia ☹️

    Comment on chapter FINA [DUA]
  • yurriansan

    wah udah sampai end.
    aku baru baca sampi chapter 6. aku lagi mencari sebab kematian Raihan, aku miss atau memang belum dijelasin, ya? :D

    Comment on chapter RAIHAN [DUA]
Similar Tags
The Red Haired Beauty
414      279     1     
Short Story
Nate Nilton a normal senior highschool boy but when he saw a certain red haired teenager his life changed
6 Pintu Untuk Pulang
574      313     2     
Short Story
Dikejar oleh zombie-zombie, rasanya tentu saja menegangkan. Apalagi harus memecahkan maksud dari dua huruf yang tertulis di telapak tangan dengan clue yang diberikan oleh pacarku. Jika berhasil, akan muncul pintu agar terlepas dari kejaran zombie-zombie itu. Dan, ada 6 pintu yang harus kulewati. Tunggu dulu, ini bukan cerita fantasi. Lalu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam komik tentang zombie...
Awal Akhir
649      403     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Cinta dan Rahasia
383      285     0     
Short Story
Perasaan tak mudah untuk dipendam. Ketahuilah, manusia yang ‘kuat’ adalah manusia yang mampu mengekspresikan perasaanya. Itu semua wajar. Manusia akan merasakan senang bila mendapatkan kebahagiaan dan sedih bila harus kehilangan.
Coldest Husband
1177      615     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Senja Belum Berlalu
3462      1241     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
SALAH ANTAR, ALAMAKK!!
759      530     3     
Short Story
EMMA MERASA BOSAN DAN MULAI MEMESAN SESUATU TAPI BERAKHIR TIDAK SEMESTINYA
Isi Hati
404      280     4     
Short Story
Berawal dari sebuah mimpi, hingga proses berubahnya dua orang yang ingin menjadi lebih baik. Akankah mereka bertemu?
Jangan Datang Untuk Menyimpan Kenangan
457      322     0     
Short Story
Kesedihan ini adalah cerita lama yang terus aku ceritakan. Adakalanya datang sekilat cahaya terang, menyuruhku berhenti bermimpi dan mencoba bertahan. Katakan pada dunia, hadapi hari dengan berani tanpa pernah melirik kembali masa kelam.
Sanguine
4408      1445     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...