20. KEPAHITAN
Perjalanan yang sesungguhnya akan dimulai hari ini. Dellio, miroka, mayder dan marno akan pergi bersama-sama ke tempat tujuan, dan yang pertama kali di kunjungi adalah tempat dimana bunga serbuk Cahaya itu ada. Sama halnya seperti pertama kali mereka pergi dari botimalos, mereka berempat tak tahu harus mencari darimana karena tak ada satupun dari mereka mengetahui tempat itu.
Setelah keluar dari gerbang utama kerajaan barberad, mereka berempat berhenti sejenak, menghela nafas dan melihat pemandangan sekitar. Dellio Tersenyum berharap perjalanan tak terlalu mendapatkan rintangan, ia melihat ke langit yang sangat cerah, bayangan kak hirsh dan louin selalu membayangi mata dellio dan dellio berharap mereka berdua ada dihadapannya
"Kemana kita akan pergi?" Tanya miroka yang belum mengetahui jalan mana yang akan mereka lewati.
"Kita akan pergi lembah putus asa?" Ucap seseorang yang membuat terkejut.
"Kak hirsh, louin. Aku bersyukur akhirnya kalian akan ikut dengan kami" dellio sangat sumeringah memeluk melihat kedatangan mereka berdua.
Tanpa sepengetahuan mereka berempat louin dan kak hirsh sudah berdiri dibelakang mereka. Louin dan hirsh akan ikut perjalanan bersama mereka. Yang diinginkan oleh dellio semuanya telah terkabulkan, louin dan kakak sepupunya sudah berada didekatnya seperti harapannya.
"Baiklah, kalian ambil kuda!" Titah marno pada hirsh dan louin.
"Aku saja, louin kau ikut denganku" tiyah hirsh pada louin.
"Baiklah, kak" louin menurut apa yang dikatakan oleh hirsh.
Perjalanan ini menjadi lebih lengkap dengan kedatangan louin dan hirsh. Louin dan temannya kembali memulai perjalanan. Kuda-kuda jantan kini menemani perjalanan louin. Louin menunggang kuda pelan-pelan, meteka sedang membicarakan arah dan tujuan mereka akan kemana.
"Hirsh, mengapa kau mengatakan akan ke lembah putus asa. Kau akan mencari mourine" tanya mayder sama seperti sebelumnya.
"Kenapa? Kau tak ingin kita pergi kesana!" Ucap hirsh.
"Bukan itu, tapi sekarang bukan saja aku yang..."
"Ya, aku tahu tentang putri menna. Ikuti saja aku. Aku tidak akan membela louin, kau ataupun marno meskipun dia seorang pangeran. Aku hanya teringat sesuatu" ujar hirsh serius.
Mendengar perkataan hirsh dan melihat wajah hirsh yang tegas membuat louin dan yang lainnya mengikuti perintahnya begitupun dengan mayder yang sudah tidak lagi menentang. Entah tahu apa yang membuatnya berubah, tapi dengan sikapnya yang sekarang setidaknya membuat perjalanan ini sedikit lebih menangkan karena tidak ada perseteruan.
"Jalan mana yang akan kita lewati?" Tanya louin.
"Sudah pasti kita memutar lewat jalan sebelumnya" ujar miroka.
"Sudah pasti!" Sahut mayder.
"Tidak, kita akan melewati hutan karindo?" Jawab hirsh yang cukup mencengangkan.
"Apa kau yakin, itu adalah hutan terlarang, kutukan dan kegelapan" marno terkejut mendengar ucapan hirsh.
"Kau tak usah setakut itu" ucap hirsh menyakinkan yang lain meskipun tak menampik dirinya juga ketakutan.
"Aku memang menginginkan adikku cepat kembali tapi kau tak harus mengorbankan dirimu dengan masuk kedalam hutan itu" marno sangat senang dengan kabar bahagia tapi ia takut bersedih jika harus kehilangan teman barunya.
"Setidaknya aku merasakan apa yang kau rasakan, tapi tidak ada cara lain selain melewati tempat itu" hirsh benar-benar sangat yakin.
"Sudahlah kalau begitu, aku hanya harus siap jika aku bertemu musuh, karena aku juga tidak pernah masuk kedalam hutan itu" tukas marno.
Marno hanya pasrah menerima perintah dari hirsh, marno memang seorang pangeran tapi tidak jika marno berada diluar kerajaan. Meskipun ia adalah seorang pangeran, bukan berarti louin dan teman-temannya akan menurut apa yang marno katakan. Selama marno menjadi seorang szalack sampai sekaranh seoranh pangeran, tak ada satupun dari mereka yang menganggap marno adalah seorang pangeran, setiap perkataan yang keluar dari mulutnya belum pernah sama sekali louin dan temannya ikuti bahkan ketika pertama kali bertemu, tak ada yang mendengarkannya.
Marno yang sebelumnya pernah melakukan perjalanan sebagai pengelana, baru pertama kali baginya melakukan perjalanan yang sangat berkesan, entah itu karena ia mendapatkan teman atau karena misi dibalik perjalanannya. Karena hal itu juga yang membuat marno tak terlalu merasakan takut meskipun ia menyadari akan masuk kedalam hutan yang dikenal dengan nama hutan kutukan.
Dellio seperti mendapatkan potongan tubuhnya yang selama ini merasa kekurangan, dellio tak peduli kemananapun ia pergi selagi ia masih bisa bersama. sedangkan sahabatnya miroka, ia mengikuti kata hatinya jika itu merasa benar akan ia lakukan meskipun ia tak harus sendiri menghadapi hal itu. Masih sama dengan ketika pertama kali mayder melakukan perjalanan ini, ia hanya ingin menemukan sang kakak yang menurutnya masih hidup meskipun ia tak tahu dengan pasti hanya mengandalkan penglihatan dari kakak keduanya metir brak, hanya keyakinan itu yang membuatnya kuat. Tak jauh berbeda dengna mayder, louin hanya ingin memberikan nama baik kakaknya yang dipandang jelek, jika yang di katakan oleh mayder tentang cerita seorang famin, berarti sang kakak bukanlah seorang pengkhhianat melainkan ia telah mengorbankan nyawanya hanya untuk kerajaan dan masyarakat desa.
Louin tak akan menyalahkan tindakan sang kakak karena tindakan sang kakak adalah tindakan yang mulia menolong orang banyak, mungkin hal itu juga yang akan dilakukan olehnya jika berada diposisi sang kakak. Sedangkan hirsh yang awalnya hanya ingin menuntun adik-adiknya yang bersikeras untuk keluar dari botimalos, jusru menjadi seorang pemimpin yang diandalkan dan diinginkan kehadirannya, selain menuntun adiknya, ia juga ingin mengetahui kepastian dari perkataan mourine yang membingungkannya yaitu menolong sang adik louin yang ketika itu ia masih berada di botimalos. Semua masalah kini terpecahkan, alasan mourine sudah diterima oleh hirsh, karena hal itu juga yang membuat hirsh harus melewati perjalanan ini untuk mengawasi dan mencari tentang louin yang lain.
"Kau yakin akan melewati hutan ini" ucap marno sejajar dengan kuda yang lain tepat didepan hutan yang sebetar lagi akan ia injak.
"Hhhhuufftthhh" Hirsh membuang nafas dan merasa ketegangan dalam dirinya. "Sebenarnya aku juga tak yakin, tapi inilah jalan satu-satunya!"
Kuda-kuda mereka merasa katakutan dan enggan masuk kedalam hutan yang sebentar lagi akan dimasuki mereka. Mereka menenangkan kuda-kuda namun kuda-kuda itu enggan mendekati justru menjatuhkannya. louin dan yang lainnya terjatuh ketanah dan terpaksa harus berjalan dari sini tanpa kuda mereka. Akar-akar yang besar dan muncul ke permukaan semakin membuat hutan itu bertambah seram dan menakutkan. Jantung yang bedebar-debar semakin keras dirasakan, bukan karena hanya desas-desus yang terdengar tapi ketika mereka masuk dan melihat langsung, itulah yang mereka rasakan.
Hutan karindo adalah hutan yang banyak dikenal oleh para ksatria adalah hutan kutukan, karena siapapun yang masuk ke dalam hutan itu jangan berharap akan kembali. Banyak yang sudah diperingatkan untuk tidak memasuki hutan itu tapi justru mereka banyak yang tidak mendengar karena mereka percaya jika dirinya hebat dan tak terkalahkan. Jika sudah seperti itu tak ada yang bisa melarangnya ataupun menasehatinya.
Hutan kutukan sudah banyak sekali memakan korban, sebagian dari mereka mati mengenaskan karena terkadang potongan anggota tubuh mereka ada yang terlempar atau ditemukan dipinggiran hutan, sehingga tak aneh jika dibibir hutan sudah banyak sisa bangkai dan bebauan yang mulai mengganggu indra penciuman. Pohon yang sangat menjulang keatas dan berwarna hitam pekat itu sama sekali tak memberikan keramahan kepada siapapun yang akan melewati dan memasuki hutan itu, hutan itu terlihat seperti lukisan yang penuh penderitaan dan suram, seakan-akan tak memberikan kesempatan hidup kepada siapapun untuk memasukinya.
Banyak rumor yang beredar jika hutan itu adalah hutan yang paling seram dan menakutkan. Melihat dari kejauhan saja membuat badan ini gemetar dan merinding. Karena hal itu tak ada satupun orang yang mau mendekti apalagi masuk ke dalam hutan itu. Namun lain halya dengan sebagian orang, mereka menganggap dirinua adalah orang yang merasa dirinya jagoan dan paling hebat, mereka adalah orang yang menantang dan ingin tahu seberapa menyeramkan hutan kutukan itu.
Entah apa yang ada didalam hutan itu, tak banyak orang yang mengetahui tentang hutan itu, setiap kali ada yang masuk ke dalam hutan itu tak mungkin ada yang keluar hidup-hidup kecuali potongan-potongan tubuh mereka. Namun tersiar sedikit kabar yang mengatakan jika didalam hutan itu ada mahluk bermata dan berwarna hijau. Berbadan besar seukuran raksasa, sudah tercium bau dari kejauhan tapi tidak jika dia mendekati. Itu hanya menurut kabar yang beredar tapi belum tahu dengan kenyataannya.
Hal itu juga yang ditakutkan oleh marno, ia mendengar kabar seperti itu dari ia masih kecil, kerajaannya yang sangat dekat dengan hutan itu dan semakin membuat marno ketakutan karena hampir setiap hari ia melihat hutan itu, tapi tidak dengan sang adik menna. Ia sangat berani sekali mendekati atau masuk kedalam hutan itu tanpa ditemani siapapun, karena tindakannya yang seperti itu membuat menna sering ditegur dan dilarang mendekati hutan itu. Menna tetaplah menna semakin dilarang semakin ia bersikeras untuk masuk ke dalam hutan itu, hampir tiap hari ia kesana dan ia sangat senang mendekati hutan itu namun anehnya tak ada yang mengganggu adiknya.
"Kalian siap menempuh perjalanan ini?" Tanya hirsh kepada pasukannya.
"Aku siap jika kita selalu bersama" jawab dellio yang selalu mengingkan hal itu dari pertama kali melakukan perjalanan.
"Ya, aku juga" balas miroka.
"Aku tidak... Tapi kita semua" sahut marno.
"Baiklah ayo kita pergi!" Ujar mayder yang melangkah setelah hirsh.
"Ingat, kita harus tetap bersama dan jangan terpisah" titah hirsh.
Louin hanya mengikuti perintah dari hirsh, karena bagaimanapun ia tidak tahu apapun, perjalanan kali bukan hanya untuk louin seorang tapi untuk mayder dan marno. Jika mengikuti emosi dan keinginannya, sudah pastilah ia menginginkan untuk menemukan mourine terlebih dahulu. Harapannya louin saat ini, semoga kakaknya bisa menunggunya lebih lama.
Rasa takut terus menyertai louin dan yang lainnya, tapi bukan berarti mereka juga tidak mempunyai keberanian untuk melakukan perjalanan ini. Mereka sudah mantap untuk menempuh perjalanan apapun yang akan ia temui, pasrah sudah pasti ada didalam diri mereka semua tapi hanya mencoba dan melakukan yang terbaik adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui kebenaran yang ada pikiran.
Langkah kaki mereka satu persatu berjalan masuk kedalam hutan itu, hawa yang dirasakan sangat dingin bukan karena menyejukkan tetapi membuat bulu kuduk merinding, tekad mereka sudah kuat untuk memasuki hutan itu. Seperti yang telah dikatakan oleh hirsh sebelumnya, jangan ada yang terpisah. Desas-desus mengenai Hutan kutukan yang bernama hutan karindo itu sepertinya benar, louin dan yang lainnya baru saja masuk kedalam hutan itu dan merasakan hawa yang sangat menyedihkan dan penuh penderitaan, hutan ini seperti menangis dan ingin menunjukan dirinya.
Hutan karindo ini sangat gelap dari hutan biasanya, hutan ini sangat gelap dan menyeramkan, pepohonan sangat lebat dan menjulang tinggi keatas serta akar yang berukuran besar muncul dari dalam tanah. Hutan ini sangat gelap dari yang terlihat di luar, louin baru menyadari ada hutan seperti ini. Bagaimana orang yang melihat tidak merasakan ketakutan karena kenyataannya hutan ini lebih menakutkan. Pohon-pohon yang sebesar raksasa menjadi atap yang melindungi hutan ini dari cahaya matahari seakan-akan hutan ini juga menolak cahaya itu utuk masuk, namun anehnya dedauanan didalam hutan ini kering terbukti ketika kaki ini melangkah dan menginjak dedaunan suara daun itu nyaring di telinga. Padahal hutan ini cukup lembab dan terasa dingin.
Louin menoleh ke atas tapi ia hanya melihat sedikit cahaya seperti langit malam yang dipenuhi bintang, seperti titik-titik kecil, tak ada yang bisa mengetahui ketika itu malam atau siang karena terlalu gelapnya.
"Kak hirsh ini terlalu gelap untuk mata kita, apa sebaiknya kita menyalakan api?" tanya dellio yang mulai merasakan tanda-tanda tak enak.
Delliio yang baru saja mengatakan hal tentang penerangan, miroka sudah melakukannya terlebih dahulu. Miroka juga sudah tak bisa melihat apapun, tanpa seizin hirsh dia sudah menyalakan obor dengan api yang kuning terang di tangannya, diikuti oleh mayder dan marno.
"Aduh...!" teriak marno.
"Ada apa?" tanya mayder.
"Tidak, hanya tersandung?" jawab marno.
Mereka kembali melanjitkan perjalanannua dan Louin beruntung karena ia melihat cahaya yang bisa menunjukkannya sebuah jalan, louin yang melihat cahaya itu hanya mengikuti jejak cahaya yang meneranginnya, langkah demi langkah ia ikuti tanpa mengatakan sepatah katapun, ia merasa cukup hanya dengan mendengarkan yang lain. Ia sudah berjalan cukup kelelahan, ia letih lalu beristirahat, sesuai yang diinginkan oleh louin, cahaya itupun seakan-akan ikut berhenti mengikuti keingnan louin yang lelah.
"Kak, masih jauhkah ke lembah putus asa?" tanya louin pada hirsh.
Tanpa sepengetahun louin, ia tidak tahu jika ia telah terpisah dalam kegelapan hutan. Louin salah melihat dan mengikuti cahaya yang telah menuntunnya mengambil jalan yang berbeda. Louin tak memgetahui jika cahaya yang ia lihat bukanlah cahaya yang berasal dari lampu obor milik temannya melainkan cahaya yang lain yang sudah memperhatikannya dari awal. Louin terus berkata-kata ketika ia merasakan yang lain telah tenang dan diam, tapi louin tak mendapatkan jawaban apapun dari yang lain.
"Kak hirsh... Kenapa kau diam saja?" tanya louin kembali. Keadaan masih tidak berubah, louin masih belum merasakan apapun jika ia telah terpisah dari yang lain.
"Kak hirsh, dellio, miroka, mayder, marno... Kenapa kaliam tidak menjawabku?" louin mulai panik, didalam kegelapan tak ada yang menemaninya.
Louin mulai ketakutan ia kini seorang diri didalam hutan yang luas. Bahkan ia tidak mengetahui apapun tentang hutan ini. Louin panik, ketakutan dan berteriak. Hal yang dlakukan oleh louin yang paling disukai oleh penghuni hutan ini. Memang desas-desus mengenai hutan itu tidaklah salah hanya saja tidak ada yang mengetahui tentang kebenaran mahluk bermata tujuh dan bercahaya hijau terang. Ditengah kepanikan ia tak bisa berpikir apapun, ia berdiri dan kembali berjalan kemanapun langkah kaki ini menuju. Begitupun dengan cahaya itu yang sedari tadi mengikutinya berjalan bukan memberikan petunjuk dengan jalan di hutan ini.
"Kemana kau harus berjalan?" keluh louin yang sudah tak tahu harus berjalan kemana.
Louin merasa ia telah berjalan sangat lama, tapi ia tak menemukan tanda-tanda adanya cahaya pintu keluar kecuali tujuh cahaya yang terus mengikutinya, atau tempat untuk ia kunjungi melepas lelah atau mencari informasi, tapi seketika ia sadar jika tak ada apapun yang bisa diharapkan didalam hutan ini apalagi keberadaan manusia. Ia berjalan lurus kedepan berharap menemukan menemukan sebuah aliran sungai. Louin mendekati cahaya itu ia memegang dan bisa menggenggam cahaya yang terus mengikuti. Louin terkejut tapi ia merasa hewan itu tidak menyakitinya dan ia membiarkan hewan yang mirip kunang-kunang itu mengikutinya.
Kunang-kunang itu terus mengikuti louiin yang tersesat seperti ingin menemaninya. Louin juga menyadari jika kunag-kunang itu tak pernah hilang dari pandangannya. Dan kini louin terjebak didalam hutan yang tidak ada siang yang ada hanya malam hari. Setelah sekian lama berjalan didalam kegelapan dengan sinar dari kunang-kunang itu ia mendengar gemericik air yang mulai terdengar ditelingannya seperti suara air terjun, ia mendekat dan semakin terdengar, louin sangat senang dan mendekatinya untuk menghilangkan rasa dahaganya tapi justru louin mundur dan takut dengan air itu.
Ditempat asing seperti ini louin tak berani menyentuhnya apalagi meminumnya. Louin merasakan haus dan lapar, tapi didalam tasnya tak ada makanan atau minuman karena ada didalam tas hirsh. Louin tak bisa melihat apapun dari air itu kesegarannya, kebersihannya atau layak tidaknya air itu untuk diminum, karena air itu sama gelapnya dengan hutan itu, bahkan ketika louin mencoba bercermin kedalam air itu tak ada wajah louin sama sekali yang ada hanya warna hitam. Kunang-kunang itu seperti bisa membaca pikiran louin, ia mendekat pada air dan memperlihatkan wajah louin yang terlihat ketakutan dan kebingungan. Setelah melihoat air yang jernih itu Louin langsung mengambil air itu dengan menggunakan tangannya namun kunang-kunang itu selalu berusaha menjatuhkan air yang ada ada ditangan, louin tidak mengerti dengan sikap kunang-kunang itu berkali-kali ia mengambil, berklai-kali juga ia menjatuhkan air itu. Louin menyerah dan melanjutkan perjalanan kembali dengan kesal.
"Baiklah... Aku tak akan mengambil air itu" kesal louin dan menyerah.
Louin mengikuti aliran air itu berharap bisa menemukan secercah cahaya, dilihat dari aliran sungai yang ditunjukkan oleh kunang-kunang itu aliran sungai itu mengalir ke hilir seperti yang sedang diikuti oleh louin, ia hanya mengikuti aliran sungai itu dengan menggunakan pendengarannya, ia sangat berharap ada bisa menemukan seseorang tapi ia sudah pasrah jika harus bertemu dengan orang yang jahat atau baik. Louin sempat putus asa dan menyerah, tapi ia akhirnya tetap meneruskan perjalanan karena jika ia berdiam diripun percuma tak ada yang bisa menemukannya didalam hutan ini.
Louin sudah mulai terbiasa dengan perjalanan kali ini dalam keadaan sulit ia masih terus berjalan, ketika ada lubang, dan sesuatu yang membahayakan, louin bersyukur dibantu oleh oleh kunang-kunang yang selalu menemaninya. Perjalanan yang melelahkan membuat ia sering beristirahat untuk melepas letih dan kantuknya.
"Kunang-kunang bisakah kau menunjukan jalan yang lebih cepat? Mengapa aku tak melihat tanda tanda kehidupan manusia disini, hanya kau saja yang aku lihat" desahnya dalam letihnya perjalanan.
"O ya, pantas saja hanya kau yang aku lihat, kau yang paling bersinar terang di hutan ini" ucap Louin kembali setelah menyadari perbedaan antara hutan dan kunang-kunang itu.
Louin mulai merasakan letih dalam perjalanan, kakinya sangat lemas tak bisa menopang badannya, rasa lapar pun mulai menghantuinya bahkan suara perut yang sebelumnya biasa-biasa saja, kini terdengar seperti suara yang sangat horor. Louin bertanya pada kunang-kunang yang selalu menemaninya, namun Kunang-kunang itu justru pergi berpaling darinya.
"Hey... kenapa kalian pergi, aku hanya menanyakan sebuah jalan. Maafkan aku jika kalian merasa tersinggung" Louin terkejut degan sikap kunang-kunang yang tak ia sangka sangat sensitif.
Kunang-kunang itu justru memberikan tanda anak panah padanya, kunang-kunang itu seperti menyuruh Louin untuk mengikuti kunang-kunang itu, Louin tersenyum dan mengikutinya mungkin kunang-kunang itu ingin menunjukan sebuah jalan. Louin berlari kearahnya, Louin justru kaget ketika ia berjalan mendekati sebuah pohon, sekumpulan kunang-kunang itu mendorong dan mendekapnya di sebuah pohon besar seperti tertempel. Kunang-kunang itu mematikan cahayanya dan menekan tubuh Louin kesebuah pohon seperti merekatkan tubuhnya seperti lem dan menutupinya. Badan Louin seperti dipaku dalam sebuah pohon karena kuatnya dekapan dari para kunang-kunang itu yang berukuran sebesar kuku Louin. Tubuh Louin tak sedikitpun diberi celah bahkan untuk bernafas, Louin harus membuka mulutnya sebagian karena kunang-kunang itu menutup kedua lubang hidungnya, ia juga diberikan waktu untuk bernafas lewat mulutnya, setelahnya kunang-kunang itu langsung menutup mulutnya kembali.
Louin menjadi ketakutan karena hewan kecil itu seperti ingin membunuhnya. Kunang-kunang itupun menghilangkan cahayanya sehingga keadaan hutan semakin mencengangkan dan menakutkan. Louin tak tahu harus berbuat apa. Melawanpun ia tak bisa selain karena gelap, hewan kecil ini begitu kuat mendekap Louin. Iapun pasrah diperlakukan seperti itu lalu menyerah dan melemahkan tubuhnya.
Dug... Dug... Dug...
Srsshhhh... Srrssshhh... Srrrssshhhh...
Louin sepertinya mendengar seperti ada yang berjalan dengan keras menginjak tanah dan lembut seperti menyeret daun kering itu. Ini kesempatan untuk Louin bertanya pada manusia yang ingin sekali ia temui namun ketika Louin ingin berbalik dan meminta bantuan mereka, justru louin tidak bisa karena hewan kecil ini seperti mencengkramnya membuat ia sulit menggerakkan badannya. Kunang-kunang itu hanya melepaskannya untuk ia bernafas, setelah suara langkah perlahan-lahan hilang dari telinganya. Dengan cahayanya kunang-kunang itu menggerakkan kepala Louin dari balik pohon tempat persembunyiannya dan memberikan sedikit cahayanya di bola matanya untuk menunjukan orang yang berjalan tadi.
Louin kini mengerti mengapa kunang-kunang itu membuatnya harus bersembunyi di balik pohon dan tidak melakukan apapun termasuk bernafas karena yang ia lihat adalah seorang raksasa yang bertubuh besar, berbulu di bagian pundaknya dengan rambut panjang dikuncir, sedangkan yang satunya lagi mengenakan pakaian berwarna coklat yang menjuntai kebawah sehingga menyapu dedaunan dan rambut panjang sepinggang dengan warna senada seperti baju yang dikenakannya.
Louin tak habis pikir sebenarnya tempat apa yang sedang ia kunjungi, meskipun Louin pernah mendengar dan melihat tentang hal aneh tapi ia tak menyangka sama sekali ini semua terjadi padanya, ia pun tahu semua yang terjadi padanya bukanlah sebuah mimpi. Dia mengeleng-gelengkan kepala dan menepuk-nepuk pipinya mencoba untuk menyadarkan diri, tapi itu sama sekali tak membantunya.
Louin langsung teringat kembali dengan kunang-kunang itu yang tiba-tiba membantunya atau bisa dibilang seperti sedang menunggunya datang ke tempat ini. Bagaimana tidak ia langsung disambut kedatangannya ketika pertama kali menginjakkan kaki di hutan ini, ketika Louin membuka matanya yang ada didepanya adalah kunang-kunang itu. Seharusnya tidak terlalu sulit untuk melewati hutan ini.
Pikirannya kini berada diambang kebingungan yang sudah tak bisa dibayangkan lagi, ia berlari sekencang untuk menghindari semuanya, dua makhluk tadi yang tak jelas bentuknya dan kunang-kunang itu yang telah membantunya. Dengan nafas yang terengah-engah ia berpikir untuk apa kunang-kunang itu datang membantunya dan harus menghindari makhluk itu.
Sama halnya dengan Louin yang mencoba berlari kencang, kunang-kunang itu pun terus mengejarnya dengan cepat. Ternyata kunang-kunang itu terbang lebih cepat dari dugaannya, terbangnya semakin lama semakin cepat seperti kilatan cahaya yang menyambar. Kunang-kunang itu mendahului Louin dan mengerumi Louin sehingga ia mengepakkan tangannya untuk membubarkan kunang-kunang yang mengerumuni semua tubuhnya seperti lebah.
Perlahan-lahan kunang-kunang itu mulai berkurang dan menghilang dari pandangannya, tapi kehadirannya diwajahnya tak menghilang sama sekali.
Brruuugggkkkkhhhhh...
Louin terjatuh dan menabrak sesuatu didepannya karena terlalu fokus mengusir kunang-kunang yang terus mengikutinya. Saat itu juga kunang-kunang itu benar benar menghilang dari wajahnya. Louin terkejut dengan sikap kunang-kunang itu, mereka benar-benar sensitif langsung marah dan meninggalkan Louin begitu saja. Dia mencoba meraba yang didepannya dengan kedua tangannya, cahaya yang minim membuatnya benar benar sulit, semakin lama ia meraba, ia merasakan bulu yang agak kasar dan sedikit tajam ditelapak tangannya, ia lalu menoleh ke atas lalu tersenyum, akhirnya ia melihat bintang dengan cahaya kuning terangnya sampai ia tak memperdulikan apa yang telah dipegangnya..
"Wah... akhirnya aku melihat bintang juga, ternyata saat ini memang benar malam, tapi sungguh malam yang panjang" Louin sangat senang melihat bintang itu namun ia berharap malam ini bisa diakhiri.
"Tujuh bintang, Rasi apa itu" Louin menatap keatas arah bintang itu. "Setahuku tak ada rasi bintang berbentuk seperti itu, ah... sudahlah".
Louin menghitung jumlah bintang itu dan sangat sumeringah, setelah ia rasakan seperti berhari-hari menempuh perjalanan tanpa mengetahui siang atau malam, kini ia tahu saat ini adalah malam hari. Louin duduk dan bersandar pada sesuatu yang telah ia tabrak. Ia memperhatikan bintang itu dan merasa janggal karena bintang itu seperti jatuh kearahnya.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa............
Ia langsung buru-buru bangun dan lari terbirit-birit, bahkan ia tidak tahu apa yang ada didepannya, ia hanya mendengar aliran sungai yang menandakan ia masih berada didekat sungai. Louin terkejut karena tujuh cahaya di atas itu bukanlah bintang melainkan mata yang sangat menyala dengan gigi tajam dan taring yang besar. Louin menjadi kalang kabut karena ia melihat binatang yang sangat besar sedang mengejarnya. Cahaya matanya meliuk-liuk bersinar di aliran sungai yang sedang ia ikuti. Ia tersandung dan jatuh lalu bangkit lagi untuk terus berlari agar bisa menghindar darinya. Nafasnya semakin melemah karena sudah lelah berlari, ia terkadang merasakan kakinya melayang diudara, terkadang juga menginjak seperti tanah ia bahkan tidak tahu dan tak peduli lagi jika didepannya ada jurang ataupun sesuatu yang membahayakan.
Kunang-kunang itu ternyata tak meninggalkan, mereka masih melindunginya dan kini mereka menyembunyikan Louin untuk kedua kalinya. Louin kembali diberi cahaya untuk melihat sesuatu yang ada dibelakangnya sedang mengejarnya. Ia bersembunyi di bawah tanah terjal yang sedikit curam seperti gua kecil untuk menyembunyikan dirinya. Ia kembali menarik nafas panjang lalu menahan kembali nafas seperti sebelumnya. Ia duduk mendekap kedua kakinya dan mencari cara agar bisa pergi darinya atau membunuhnya. Kepalanya keluar perlahan-lahan melihat hewan yang tanpa disadari sedang berada diatasnya dan sedang mencari keberadaannya. Matanya melotot, mulutnya menganga dan keringat dingin mulai mengucur didahinya, bahkan iapun tak bisa menelan ludah ketika melihat hewan sebesar itu.
"Bagaimana aku bisa pergi darinya" Louin menjadi gemetaran karena ketakutan.
Sekumpulan kunang-kunang itu memberikan gambaran menggunakan dirinya sendiri untuk membunuh hewan yang kini sedang mengejarnya.
"Apa...! Membunuhnya, tidak mungkin aku tak bisa membunuh hewan itu" jawabnya gelagapan.
Kunang-kunang itu kembali memberikan tanda "?".
Kunang-kunang itu tak mengerti maksud dari Louin.
"Tidak... tidak... Aku tak bisa membunuhnya" Louin mengeleng - gelengkan kepala. "Bagaimana agar kita bisa lari lebih cepat darinya tanpa harus membunuhnya" tanya Louin pada kunang-kunang itu.
Kunang-kunang itu menjawab "X".
"Mengapa tidak mungkin, yang ada juga hewan itu yang tak mungkin, tubuh seperti sebesar itu mengapa jalannya sangat cepat sekali".
Kunang-kunang kembali menjawab "?".
"Ah... Sudahlah. Kalian membuatku bingung. Jadi, aku harus membunuhnya" Louin kembali menerima usul dari kunang-kunang.
Kunang-kunang itu menjawabnya "V".
"Apa...! Jadi kau benar, kau menyuruhku untuk membunuhnya" Sekujur tubuhnya kini menjadi gemetaran. "Pakai apa aku membunuhnya" ucapnya terbata-bata. Louin tak tega jika harus menyakiti binatang itu, Louin berpikir dua kali, jika ia tak membunuhnya mungkin saja hewan itu yang akan membunuh Louin seperti yang sedang hewan lakukan terhadapnya.
Kunang kunang itu membentuk sebuah pedang.
"Kalian ini pedang darimana, ranting pohon saja tak ada, kalaupun ada aku tak yakin bisa mengangkatnya pohonnya saja sebesar itu, aku rasa rantingnya sebesar badan ayahku".
Kunang kunang itu terus berkumpul dan membuat tanda sebuah pedang, kunang-kunang itu mengacuhkan Louin yang sedari tadi bingung harus berbuat apa dan mengoceh. Kunang-kunang itu berkumpul awalnya renggang kini mereka semakin lama semakin merapat dan dekat bahkan memadat tak menyisakan lubang seukuran jarum. Kunang-kunang itu benar-benar membentuk sebuah pedang yang keras seperti besi dan ringan seperti kapas.
"Oh tidak, cairan apa ini" Lendir dari air liur hewan itu jatuh tepat pundaknya.
Kini sekujur tubuh Louin gemetaran dengan pedang emas yang bersinar dari sinar kunang-kunang itu. Tubuhnya yang gemetar karena takut pada hewan itu dan takut karena harus membunuh hewan itu juga yang membuat keringatya semakin banyak bercucuran.
"Aduh, bagaimana ini" louin beruntung karena masih ada yang mau membantunya, louin yang tak mengira perjalanan akan seperti ini tak membawa senjata tajam apapun hanya moul dan pedang kayu pemberian kakaknya
Kunang-kunang itu memberikan semangatnya dengan menambah cahaya yang lebih terang dari sebelumnya. Louin menguatkan diri dan mencoba melepaskan rasa takutnya. Ia berlari kearah sisi berlawanan dengan hewan itu lalu menodongkan pedang kearahnya.
Hewan bermata tujuh itu menatapnya dan menyerangnya dengan tidak karuan. Hewan yang mempunyai ukuran lebih besar darinya. Hewan dengan dua kaki dan dua ekor dibelakangnya serta tangan dengan kuku tajam yang bisa membelah pohon dengan satu ayunan. Louin yang tadinya sangat gagah berani justru berdiam diri bingung melihat tingkah hewan itu yang sangat brutal menyerang louin.
"Hey kau sebenarnya niat tidak ingin bertarung denganku" Ucapnya dengan gagah berani tapi tidak tangannya yanh gemetar.
Louin mengatakan hal yang gagah namun tak segagah dengan hatinya, dia butuh waktu untuk mengumpulkan keberaniannya dan mengatakan hal tersebut. Dan kini hewan itu justru bertindak aneh namun gerakannya cepat dengan badan sebesar itu.
Pedang yang terbuat dari Kunang-kunang itu langsung memberikan isyarat untuk cepat membunuhnya, tanpa waktu yang lama Louin langsung berlari kearahnya dan menancapkan pedang itu ketubuhnya meskipun hewan itu memberikan perlawanan namun Louin terus mencoba untuk menyelamatkan dirinya dari serangan hewan besar itu. Hewan melata itu menjerit dan memancarkan cahaya emas berkilauan dari tubuhnya yang mulai membatu.
Louin menutup matanya dari sinar yang memyilaukan itu dan melihat hewan kecil berterbangan seperti cahaya bintang yang terhampar seperti samudra di atas langit. Louin begitu takjub melihatnya meskipun sesekali ia menyipitkan matanya. Semua perasaan sedih dan takut selama di hutan sekejap menghilang, menikmati keindahan yang diberikan oleh hewan itu. Louin akhirnya bisa melihat seisi hutan yang sebelumnya hanya ada kegelapan dalam matanya. Matanya berbinar dengan senyum yang terhias diwajahnya. Betapa indahnya pancaran sinar itu yang memberikan kenyataan seaungguhnya dalam hutan.
Pohon raksasa yang awalnya sangat seram dan tak terlihat, kini seperti bunga yang baru mekar, baru kali ini ia melihat keindahan yang luar biasa, ketika Louin menutup matapun ia masih bisa merasakan cahaya yang masuk menembis selaput matanya. Didalam tubuh hewan raksasa yang besar itu keluar hewan kunang-kunang yang banyak sekali, ia berterbangan dengan indahnya seperti melihat jutaan bintang yang terhampar luas dilangit, sungguh pemandangan yang menakjubkan dan meringankan hati.
Louin semakin terkejut ketika jutaan kunang-kunang itu membentuk seorang wanita yang cantik jelita dan bersayap, tapi wanita itu hanya membungkukkan badannya tanpa mengatakan satu patahkatapun dan lamgsung berubah kembali menjadi kunang-kunang yang berterbangan. Mungkin wanita kunang-kunang bersayap itu hanya ingin mengucapkan rasa terima kasihnya.
"Mengapa gelap lagi?" Louin menjadi panik setelah kejadian tadi, kunang-kunang itu menghilang dan membalut hutan kembali menjadi gelap seperti semula.
Meskipun takut namun Louin merasa senang setelah disuguhkan oleh jutaan hujan cahaya yang sangat indah, bahkan ia juga bisa melihat mahluk yang berbeda dengannya yang selama ini ia tak pernah lihat dalam dunia nyata dan hanya berada dalam khayalan di pikirannya. Wanita cantik itu pun hanya sekejap mampir dalam matanya setelah itu ia menghilang entah kemana. Louin langsung melangkahkan kakinya melanjutkan perjalanan tanpa ditemani hewan itu lagi yang ada hanya suara riak air yang masih ia ikuti sebagai penunjuk jalan keluar dari hutan ini. Harapan louin dalam langkahnya ingin cepat keluar dari hutan ini dan kembali berkumpul bersama temannya.
QARINA R
JAKARTA, 14 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )