16. JIWA YANG TERPANGGIL
Kesalahpahaman mulai terjadi kembali diperjalanan mereka, ketidak sabaran diantara louin dan mayder membuat sulit temannya yang lain. Temannya merasa serba salah dengan tingkah mayder dan louin, ia juga tak mungkin untuk memilih diantara mereka berdua. Temannya menginginkan kepulangan yang sama dengan keberangkatan mereka. Mereka tidak ingin ada perpecahan diantara persahabatan yang sudah cukup memakan waktu kebersamaan mereka meskipun baru beberapa hari.
Mayder merasa seharusnya kakaknya lah yang terlebih ditemukan, begitu banyak perngorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan, tak hanya itu mayder pun harus melihat kakaknya metir yang tak sanggup kehilangan merrier, selama itu pula ia memendam rasa rindu pada kakaknya dan benci terhadap kenyataan yang telah memisahkan mereka. Kini mayder harus kembali terpisah ketika ada jalan yang harus ia tempuh.
"Lebih baik kita berpisah disini?" ucap mayder kepada mereka.
"Tidak, kita harus tetap bersama mencari mereka" tolak louin.
"Aku harus cepat menemukan kakakku, jika kalian ingin menemukan mourine terlebih dahulu, aku lebih baik mencari kakakku?" mayder bersikukuh untuk mencari merrier.
"Tidak..."
"Kau hanya beberapa hari saja ditinggal oleh mourine sedangkan aku sudah bertahun-tahun ditinggalkan olehnya, aku tidak bisa terus melihat kakakku menderita" teriak mayder yang tak terima.
Keadaan menjadi canggung kembali, mayder yang bersikukuh untuk mencari merrier tak bisa lagi ia pendam, rasa rindunya terhadap sang kakak membuatnya mengambil keputusan yang tak seharusnya ia lakukan. Mayder hanya baru beberapa langkah saja mengetahui keadaan dunia luar. Mayder sudah tak tahan lagi dan tak ingin lagi menunggu lama. Ia juga tak peduli jika harus bertemu musuh atau orang-orang yang tak seharusnya ia jumpai.
Rasa sayang terhadap keluarga membuat mayder ataupun louin terasa seperti tersayat-sayat oleh keadaaan yang kini membuat jalan mereka harus terpisahkan. Teman-temannya tak tahu harus mengatakan apa karena louin dan mayder sekarang berada diposisi yang sama. Sangat disayangkan kejadian ini harus terjadi.
"Aku mohon kalian ikutlah denganku dulu pergi dari wilayah ini?" Ucap Szalack memohon kepada sekumpulan pengelana baru itu dengan wajah yang gusar.
"Kenapa kau memaksa sekali kami harus ikut denganmu?" Tanya miroka melihat sikap Szalack yang berlebihan.
"Aku mengerti keadaan kalian, tapi ini bukanlah tempat yang tepat untuk kalian" jawab Szalack.
Szalack terus memperingati mereka yang terlalu banyak menghabiskan waktu di wilayah dinroda ini. Seperti yang dikatakan Szalack sebelumnya, wilayah yang bernama dinroda ini memang jarang dilewati atau ditempati oleh orang. Dinroda menjadikannya tempat yang hening dan damai. Dinroda merupakan daerah yang paling luas dari wilayah kerajaan manapun. Selain itu Banyak tempat yang tak pernah terduga berada disini karena jarang sekali dilewati banyak orang.
Bukan tanpa alasan tak ada orang yang melewati daerah ini, daerah ini memang terlihat tenang, banyak tanaman atau pepohonan dan lain-lain tetapi udara didaerah ini sangat jelas berbeda jika terlalu lama berada ditempat ini. Siapapun itu akan menerima banyak gangguan yang tak terduga yang akan menyerang. Penjaga di wilayah dinroda bukanlah semacam mahluk melainkan udara yang terus menyelimuti daerah ini. Dinroda tak pernah mengizinkan siapapun untuk berlama-lama di tempat ini apalagi jika bermaksud untuk merusaknya atau mengganggu temaot ini. Dinroda tak segan untuk menyerangnya, tak hanya manusia, hewan ataupun seseorang yang memiliki kemampuan takkan pernah luput dari gangguannya. Bahkan para atian pun jarang memasuki wilayah ini.
Selain udara sang penjaga, Dinroda juga memiliki penghuninya sendiri tapi mereka tak pernah muncul dan tak ada yang tahu wujudnya seperti apa, kalaupun menampakkan diri itu hanya dalam hitungan beberapa detik sehingga tak banyak orang yang mengetahuinya dan mengingatnya. Dinroda memang tak melarang siapapun untuk masuk atau sekedar untuk melepas lelah. Tapi siapapun itu jangan pernah membuatnya marah.
Tak ada mahluk yang hidup didarat tanpa bernafas lewat udara, sang penjaga selalu mengawasi mereka dari pertama kali mereka menghirup dan menginjakan kaki di tanah dinroda. Szalack juga merasa ketakutan karena dengan perpecahan dan masalah diantara mereka membuat udara semakin berkabut, semakin masalah mereka diperbesar, udara ini akan semakin menyesakkan dada bahkan bisa membunuh mereka.
Sang penjaga tak pernah bisa menerima jika wilayahnya dinodai, dirusak ataupun dijajah oleh siapapun yang tak dikehendakinya. Tanpa disadari oleh siapapun udara itu bisa merasuk ke dalam tubuh manusia dan membuatnya tak berkutik.
Udara yang menjadi penjaga wilayah itu akan mengganggu orang yang berniat tinggal menjadi penghuni atau apapun itu, jika orang itu terus memaksa, sang penjaga akan memberi peringatan dan jika dia tetap bersikeras untuk tinggal sang penjaga akan menyerangnya dan membuat jera ataupun tak bisa melupakan kejadian yang telah menimpa sang pelanggar.
Oleh karena itu Szalack tak henti-hentinya untuk memperingati louin dan kawan-kawannya untuk cepat pergi dari tempat ini. Szalack mengetahui jika louin dan kawan-kawan mempunyai niatan untuk menyelamatkan sang kakak yang entah tahu berada dimana. Hanya saja tempat ini bukanlah tempat yang tepat untuk membicarakan masalah mereka.
Mendengar perkataan Szalack barusan membuat louin mengalah pada mayder, meski begitu mayder tetap saja bersikukuh untuk berpisah dengan louin dan temannya. Mayder yang tetap bersikukuh ingin berpisah membuat louin dan yang lainnya tak bisa memaksa kehendaknya.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan dan sekarang aku mau kalian pergi dari tempat ini!" Teriak Szalack yang tak kuasa lagi menahan kesabarannya.
Szalack sudah tak bisa bisa menahan sabar karena tingkah laku louin dan temannya yang hanya akan membuatnya mendapatkan kesulitan. Szalack yang sulit untuk berteman kini sudah membantunya mereka lolos dari irota karena Szalack tahu yang ia temui sekarang bukanlah orang jahat.
Szalack terus memaksa karena ia sudah terlalu lama berdiam di wilayah dinroda. Sedikit demi sedikit udara itu mulai menjadi kabut, yang dikatakan oleh Szalack menjadi kenyataan. Sang penjaga mulai bertindak menunjukan kekuatannya. Louin dan yang lainnya mulai Merasakan sesak nafas, Berhalusinasi dan kehilangan kesadaran.
Louin dan teman-temannya termasuk Szalack mulai melihat sesuatu yang berada didalam lubuk hati, pikiran dan keinginan mereka. Mereka sempoyongan tak bisa menahan beban pikiran yang sekarang dialami tubuhnya. Mereka kehilangan arah dan tak bisa mengendalikan diri. Kabut yang semakin tebal tak bisa tertahan lagi, tubuh yang semakin lemas membuatnya roboh dan pandanganpun menjadi gelap tak terlihat.
Seketika wilayah dinroda membuktikan perkataan dari Szalack. Tak ada yang tak mungkin yang akan terjadi disini, Meskipun belum ada yang bisa membuktikan dan melihat kebenarannya. Tak ada seorangpun yang berani menginjakan kaki ditempat ini, jika ada cara lain lebih baik mereka memutar mengambil jalan lebih jauh daripada melewati dinroda. Szalack mengetahui jika louin dan temannya akan pergi kedaerah kerajaan Riyekal dan itu akan lebih dekat jika mereka mengambil jalan melewati perbatasan Kerajaan Gisencin dan kerajaan riyekal karena letaknya yang bersebelahan.
Szalack terpaksa mengajak mereka memutar karena diperbatasan itu ada irota yang sedang mencari sesuatu. Mau tidak mau Szalack harus mengajak louin dan temanya memutar melewati dinroda selain itu ada kenyataan yang hanya diketahui Szalack tentang dinroda, seperti yang sudah dikatakan Szalack sebelumnya, sang penjaga dinroda takkan mengganggu siapapun jika niat melewati wilayahnya adalah suatu kebaikan. Karena hal itu juga yang membuat Szalack berani melewati daerah ini tidak hanya satu kali.
Tak seperti perjalanan Szalack sebelumnya, meskipun ia pergi hanya seorang diri ia sangat mudah dan mulus melewati jalan ini. Szalack yang sangat senang bisa bertemu dengan mereka ternyata tak mudah untuk menyatukan pikiran masing-masing.
ooo L U L L A B Y ooo
Seseorang mengguyur air pada louin dan teman-temannya. Louin langsung terperanjat terkejut ketika hantaman keras dari air itu menerpanya. Louin yang baru tersadar seperti orang yang kehilangan akal. Ia melihat kesekitarnya, melihat kejadian yang telah menimpanya.
Louin kembali melihat sesosok lelaki yang berjubah, bermata tajam dengan rambut dan janggut hitam legam. Sosok yang sangat menakutkan dan membuatnya tak bisa bergerak, tak bisa berkedip dan ingin cepat melarikan diri namun rasanya mustahil jika sudah berada didekatnya.
Sosok itu berdiri melipat kedua tangan di bawah dadanya dan pandangan Matanya lurus kedepan memperhatikan louin dan yang lainnya. Kini louin benar-benar mengakui tentang kebenaran yang telah dikatakan oleh Szalack. Mungkin ini adalah sosok penghuni yang dikatakan Szalack yang tiba-tiba muncul dan menghilang. Awalnya bagi louin sungguh beruntung orang yang sebentar melihat wujud penghuni wialyah ini karena hanya dalam waktu yan sebentar tapi kenyataannnya louin merasakan sial harus melihatnya dalam waktu yang lama.
Louin berharap sosok mahluk itu cepat pergi dari hadapannya.
"Paman...?" Ucap Szalack sopan melihat sosok yang menakutkan itu.
"Paman..." ucap dellio yang berpikiran sama dengan louin tak percaya melihat keramahan Szalack terhadapnya.
"Ya, kita beruntung karena paman soma menemukan kita" ucap Szalack bersyukur.
"siapa dia sebenarnya?" tanya hirsh.
"Dia adalah paman soma penjaga perbatasan antara kerajaan barberad dan wlayah dinroda, dia sudah lama sekali menjaga perbatasan ini dan wilayah dinroda, bisa jadi dia juga termasuk penghuni wilayah dinroda karena sudah terlalu lama menjaga daerah ini, hahahhaa... Wajahnya kan sangat menyeramkan sekali" canda Szalack.
Mendengar cadaan dari Szalack louin dan teman-temannya tak merasa sedikitpun ada yang lucu. Louin dan temannya memasang wajah aneh mendengar cadaan yang dilontarkan Szalack. Louin menggelengkan kepala dengan tingkah Szalack dan mimik wajah teman-temannya. Louin terfokus kembali oleh paman seram bernama soma yang terus berdiri didepannya menatap tajam.
"Paman, mengapa kau membawa kami disini!" Ucap Szalack tidak menunjukan rasa terima kasihnya.
"Kenapa kau bersikap seperti itu? Seharusnya kau berterima kasih karena telah ditolong olehnya" kata louin. "Beruntung kita masih hidup..."
"Waw... paman sepertinya kau seorang prajurit hebat, kakimu, lenganmu dan wajahmu benar-benar seperti seorang ksatria" ucap miroka tanpa rasa takut mengeliling paman soma yang tak berekspresi.
Szalack bengong mendengar perkataan miroka yang tak merasa takut kepada paman soma, baru kali ini Szalack melihat seseorang yang tak takut kepada paman soma.
"Sepertinya aku pernah melihat ini?" Dellio mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu yang tidak asing lagi
Paman soma, nama yang disebut oleh Szalack. Sang penyelamat namun terasa menggelisahkan ketika Szalack melihat tempat ini. Sang paman yang sedari tadi diam sembari menyilangkan tangannya melihat sekumpulan anak-Anak yang didepannya. Paman soma terlihat sangat tenang tak terusik sama sekali, sangat berbeda dengan wajah Szalack yang terus resah berada ditempat ini. Louin bingung melihat tingkah Szalack, setiap tempat yang dikunjungi selalu membuatnya khawatir padahal tempat ini sudah berbeda dengan tempat yang bernama dinroda.
Sedangkan dellio yang terus memperhatikan tempat ini, tempat yang menurutnya pernah di lihat sebelumnya. Ia terus memutari benda yang menancap di tanah. Ya, dellio melihat batu yang sudah berlumut dimakan waktu, 7 batu itu berbentuk kerucut mengelilingi kubah limas persegi tujuh yang berada ditengahnya yang cukup besar. Dellio herharap mengingat hal yang membuatnya penasaran.
"Justru karena itu aku tak ingin paman soma membawaku kesini, disini adalah pusat dari wilayah ini. Karena tempat ini jugalah membuat kalian bingung" ucap Szalack semakin gelisah.
"Kerajaan terkubur...?" Kata miroka. "Aku ingat ini?"
"Ya, kau benar" ucap dellio. "Luwin Kau yang membuat ini!".
"Apa maksudmu?" Luwin tak mengerti yang ucapan dellio.
"Tugas ito sheki membuat kerajaan yang kalian harapkan?" Ucap dellio.
"Aku hanya ingin membuat kerajaan yang unik saja, tidak lebih dari itu" ucap santai luwin.
"O ya, tapi ini sangat mirip sekali" ucap dellio.
"Bahkan sama persis dengan milikmu luwin" tambah miroka.
"Apa maksud kalian, mana mungkin ada kerajaan yang terkubur" sanggah Szalack.
Paman soma tak menunjukan perubahan sikap, ia terus diam ditempat tak bergerak sedikitpun. Tak hanya kepada luwin dan teman mereka, Paman soma selalu memasang wajah seperti itu, begitupun kepada Szalack yang sudah ia kenal sebelum Szalack lahir kedunia ini. Paman soma mengabdi kepada kerajaan sebagai penjaga perbatasan antara wilayah dinroda dan kerajaan barberad. Selain menjaga perbatasan, paman soma bisa menjadi juru selamat seperti yang dilakukannya sekarang tapi ia juga bisa menjadi mesin pemotong yang bisa membunuh siapapun tanpa belas kasih.
Paman soma sangat mengetahui dengan jelas wilayah dinroda, karena hal itu juga Szalack terkadang memanggilnya patung penghuni dinroda. Selain ia mengetahui seluk beluk dinroda, paman soma tak pernah sekalipun menunjukan ekspresi wajahnya.
Szalack terlihat kesal pada paman soma karena ia merasa gelisah dibawa ke tempat ini, tempat dimana paman soma membawanya ke tengah wilayah ini, tempat yang diketahui paling menakutkan, karena itu juga ia selalu berada dipinggiran wilyah ini setiap kali ia melewati dinroda. Entah apa maksud yang ingin dilakukan paman soma pada mereka, setelah menolong dan memperhatikan mereka paman soma pergi begitu saja meningalkan mereka. Szalack berteriak memanggil namanya berharap membawa mereka keluar dari tempat ini.
"Bagaimana kita keluar dari sini?" Tanya hirsh.
"Dasar paman soma selalu saja seperti ini?" Desah Szalack. "Ikuti aku...?"
"Kemana lagi kau akan membawa kami?" Ucap louin.
"Keluar dari sini, dan ingat! Jangan pernah kalian melakukan hal yang seperti tadi, kau tak hanya mencelakai dirimu tapi kita semua" titah Szalack.
"Ya sudahlah ayo kita pergi" ucap dellio beranjak dari tempatnya.
"Hey, kau mau kemana?" Tanya Szalack melihat dellio berjalan.
"Keluar, seperti yang dilakukan paman soma?" Ucap dellio.
"Paman soma akan pergi ke teluk yukalit, kita berjalan ke arah sini" tunjuk Szalack dengan jarinya.
"Kau juga sepertinya tahu banyak tentang tempat ini, jangan-jangan kau juga penghuni tempat ini" ledek hirsh.
Szalack hanya memasang wajah kecut mendengar perkataan hirsh. Tak seperti paman soma, Szalack hanya mengetahui sebagian wilayah dinroda. Szalack kemudian mengajak luwin dan kawannya keluar dari daerah dinroda dengan syarat yang sudah dikatakan sebelumnya olehnya.
Perjalanan yang ditempuh akan kembali panjang, Szalack harus kembali melewati tempat yang sudah beberapa tahun ia tak kunjungi. Ia kembali mengingat jalan itu kembali agar tidak tersesat. Luwin sangat senang berada diwilayah ini, pohon yang tinggi, tanaman yang lebat dan udara yang sangat menyegarkan. Membuat luwin seperti tak sedang dalam perjalanan yang membahayakan melainkan seperti sedang berpetualang dalam mimpi. Ia sangat menikmati langkah demi langkah perjalanannya.
Szalack mulai merasakan kesulitan melewati jalan ini, ia terus berpikir melihat kesaman tempat ini yang dulu dengan yang sekarang. Pohon yang awalnya sedang kini sudah besar membuat Szalack harus benar-benar memperhatikan tempat ini.
"Berhenti semuanya" seketika ucapan mayder membuat yang lainnya langsung menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa?" Tanya Szalack.
"Ssssstttt...?" Titah mayder dengan mata yang mengerling. "Sepertinya ada segerombolan orang datang kemari dengan cepat, sembunyi kalian semua"
Mendengar perkataan mayder, louin dan yang lainnya langsung bersembunyi diantara semak-semak atau tanaman yang bisa menyembunyikan tubuh. Louin yang tahu kemampuan mayder langsung mengikuti perintahnya meskipun ia tak mendengar apapun, berbeda dengan Szalack yang tidak mengetahui tentang kemampuan mayder, Szalack tak percaya dengan perkataannya. Luwin langsung menarik baju Szalack untuk bersembunyi.
Luwin yang tidak mengetahui seberapa banyak musuh dan kemampuannya membuat luwin merasa takut dan berharap persembunyiannya tidak diketahui oleh musuh. Mendengar perkataan mayder barusan membuat luwin benar-benar ketakutan menghadap segerombolan orang-orang yang pastinya bukanlah orang yang sembarangan jika masuk kedalam wilayah ini. Ia mendekap dan berdiam diri bersama Szalack. Apalagi luwin tidak membawa senjata tak seperti yang lainnya, ia tak mungkin melawan segerombolan yang dimaksud mayder.
"Bagaimana dia bisa tahu akan ada segerombolan orang yang kan datang kemari?" tanya Szalack ketika mendengar suara segerombolan penunggang kuda.
"itulah kemampuannya" jawab singkat luwin.
Szalack hanya menganggukkan kepala mendengar ucapan luwin tentang kemampuan mayder yang menurutnya luar biasa. Yang dikatakan mayder menjadi kenyataan setelah beberapa menit mereka sembunyi, segerombolan orang itu datang dengan menggunakan kuda, louin dan yang lainnya terus bersembunyi sampai mereka meninggalkan tempat ini, karena mereka tak mungkin melawan sekumpulan orang dewasa itu. Szalack terus berusaha untuk mengintip segerombolan yang dimaksud mayder, namun ia sulit samar-samar melihatnya karena sedikit tertutupi oleh semak-semak yang dipakai sembunyi olehnya.
Segerombolan penunggang kuda itu menggunakan baju prajurit dengan senjata lengkap mereka adalah prajurit dari kerajaan barberad, mereka berjumlah sekitar sembilan orang. Suara hentakan dari kuda yang terdengar semakin mendekat membuat suasanan menjadi mencengankan. Luwin dan temannya takut jika mereka ketahun bersembunyi atau dihukum mati.
Tanpa rasa takut Szalack keluar dari persembunyiannya dan menghampiri sipenunggang kuda yang hampir mendekat kearah luwin dan temannya. Luwin yang melihat aksinya sungguh membuatnya semakin khawatir, ia tak mengerti yang dilakukan oleh Szalack.
"Kalian keluarlah?" teriak Szalack.
Luwin dan yang lainnya langsung keluar setelah mendengar suara Szalack yang sepertinya sangat santai tak seperti dalam ancaman. Szalack menyuruh mereka untuk menaiki kuda yang dibawa prajurit itu. Hirsh lantas melarang mereka untk menaiki kuda yang disuruh Szalack. Hirsh melarang karena ia belum tahu siapa penunggang itu.
"Ayolah kalian naik, dengan kuda ini kita akan cepat sampai keluar dari daerah ini?" titah Szalack kembali.
"Siapa mereka?" tanya hirsh.
"Kau tak melihatnya, mereka adalah prajurit dari kerajaan barberad lihat tanda bendera yang ada dilengannya. Kalian tak usah takut, seperti yang kukatakan sebelumnya disini tak boleh bertikai dan kerajaan barberad menjungjung tinggi perkataan itu?" ucap Szalack menyakinkan.
Luwin dan yang lainnya langsung naik ke atas kuda satu persatu bersama prajurit itu. Dengan menggunakan kuda mereka tak butuh waktu lama untuk keluar dari wilayah yang bernama dinroda itu, selain itu mereka juga tak banyak menghabiskan banyak waktu dan tenaga menempuh perjalanan ini. Kini mereka sudah tiba dipadang rumput hijau yang luas milik kerajaan barberad yang ada didepan dan sudah terlihat oleh mata mereka.
Luwin dan yang lainnya sudah tiba diluar wilayah dinroda namun miroka curiga dengan prajurit yang tak melepaskannya. Prajurit itu justru terus berjalan membawa ke arah kerajaan barberad. Miroka yang menunggang kuda sejajar dengan dellio berkumat-kamit mengenai prajurit yang tersu membawanya. Dellio hanya mengerutkan kening dan mngangkat kedua pudaknya karena tak mengerti dengan gerak bibir yang ingin diucapkan miroka.
Luwin akhirnya sampai didepan gerbang utama kerajaan barberad yang tinggi menjulang. Luwin takjub melihat gerbang yang sangat besar menurutnya. Untuk pertama kalinya bagi luwin melihat gerbang sungguhan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Salah satu prajurit memberikan aba-aba untuk membuka gerbang seukuran raksasa itu. Gerbang itu terbuka secara perlahan-lahan. Luwin juga melihat beberapa prajurit yang berjaga dipintu gerbang dan penduduk desa yang sedang beraktivitas.
Gerbang itu semakin terbuka lebar, kerajaan barberad sangat besar dan megah jika dilihat dari dekat. Lebih besar dari kerajaan botimalos yang ada didesa luwin. Kerajaan botimalos tak ada apa-apanya jika meilihat kerajaan barberad ini. Prajurit itu membawa mereka masuk kedalam gerbang, luwin dan yang lainnya terus melihat-lihat kerajan besar yang baru pertama kali mereka lihat seumur hidupnya, luwin yang awalnya merasa takjub menjadi malu ketika masyarakat berlutut melihat kedatangan mereka.
Luwin tak mengerti dengan penduduk yang tiba-tiba menghormatinya, luwin tak menyangka jika prakurit yang sedang bersamanya bukanlah prajurit biasa, berbeda dengan dellio yang ikut menundukan kepala membalas masyarakat itu, sedangkan hirsh, mayder dan miroka hanya bersikap biasa-biasa saja melihat masyarakat itu.
Di balkon sang raja dan penasehat memperhatikan kedatangan para prajurit dan tamu yang datang ke kerajannya. Sang raja hanya tersenyum dengan tangan yang ia tempelkan ke dinding balkon kerajaannya. Untuk pertama kalinya luwin merasa seperti orang penting disambut oleh rakyat bahkan oleh raja sekalipun. Luwin sudah hampir sampai di bibir pintu masuk kerajaan.
Prajurit itu menurunkan luwin dari kuda tunggangannya. Szalack, luwin dan yang lainnya berjalan menaiki tangga masuk kedalam istana yang sangat terlihat mewah dan besar diikuti oleh sembilan prajurit di belakangnya. Luwin tak pernah melepas pandangannya dari istana yang beberapa langkah lagi akan ia masuki.
Gerbang kerajaan sudah terbuka. Sang rajapun sudah duduk ditahtanya dengan penasehat disampingnya dan para pejabat yang juga duduk dikiri kanannya. Mereka semua melihat ke arah luwin dan yang lainnya. Szalack berlutut pada raja yang diikuti oleh luwin dan temannya. Raja memerintahkan Szalack, luwin dan yang lainnya untuk berdiri.
Mereka semua berdiri mengikuti titah dari sang raja. Szalack langsung membuka jubah yang selama ini menutupi tubuhnya. Dayang-dayang menghampiri Szalack dan membawa jubah Szalack.
"Selamat datang kembali anakku" raja menghampiri Szalack dan memeluknya.
"Anak...!" Ceplos dellio tak menyangka ucapan sanga raja.
Mendengar dellio yang terkejut berlebihan Miroka langsung memberikan isyarat dengan mimik wajah, bermaksud memberitahunya agar tidak bicara terlalu keras dihadapan raja dan para tetua.
"Anak... Bagaimana bisa si aneh itu seorang pangeran" kecut miroka dalam hati.
"Pantas saja dia sok tahu" gumam hirsh seperti miroka.
"Tak salah dia seorang pangeran, kulitnya sangat terawat untuk seorang pengelana" dellio tersenyum aneh.
"Pantas saja semua penduduk langsung bersimpuh!" Gumam louin.
Masing-masing dari mereka menanggapi tentang status Szalack sebagai seorang pangeran. Mereka tak merasakan ada sesuatu yang aneh pada Szalack. Mereka hanya berpikir biasa-biasa saja tentang Szalack.
"Melihat wajahmu sepertinya kau sangat senang, karena kau tak biasa kembali secepat ini". Ucap raja.
"Ya, ayah. Aku senang karena sebentar lagi aku akan melihatnya" ucapnya bangga dan penuh kepercayaan.
"Apa maksudmu pangeran?" Ucap tetua yang duduk disebelah kiri raja.
"Akhirnya seumur hidupku mencarinya aku bisa menemukan cahaya itu" ucap Szalack sedikit menitikkan air matanya.
"Sebenarnya ada apa ini?" Tanya luwin yang bingung mendengar percakapan mereka.
"Namaku adalah marno sayerad, aku adalah anak dar raja moran sayerad. Maafkan aku karena telah melakukan hal ini. Aku membawa kalian untuk meminta tolong pada kalian untuk menyelamatkan adikku" ucap Szalack yang kini telah berubah identitas.
"Apa yang kau katakan, kau sedang mempermainkan kami!" Kata mayder penuh emosi tak terima dengan ucapan Szalack.
Mayder sudah pasti marah mendengar perkataan Szalack atau pangeran marno barusan, mayder yang sudah letih mencari informasi tentang kakaknya tak terima dengan ucapan yang mudah dikatakan Szalack. Tak hanya itu mayder sudah harus membagi waktu dan tenaga mencari kakak dari luwin dan kini ia harus menyelamatkan adik dari Szalack. Mayder merasa kecewa dan marah karena rasa rindu dan khawatir yang sudah ia alami bertahun-tahun.
Karena keadaan sang kakak juga yang membuat mayder membatin dan harus membenci semua orang yang ada hubungannya dengan kakaknya. Luka itu telah lama yang telah robek sebentar lagi luka itu akan sembuh tiba-tiba luka itu melebar kembali. Melihat mayder yang sangat marah dan tak tahan lagi membendung perasaannya membuat mayder tak melihat lagi dimana ia berada dan sedang berhadapan dengan siapa.
Luwin telah mengalah untuk mencari mourine, yang dikatakan mayder ada benarnya juga, ia sudah tak melihat kakaknya dalam waktu yang lama berbeda dengan luwin yang baru beberapa hari. Meskipun luwin mengalah bukan tidak berarti ia merasa khawatir dan takut kehilangan kakaknya, waktu sedetik ataupun semenit hal apa saja bisa terjadi. Luwin hanya berharap kakaknya bisa menunggunya lebih lama untuk menyelamatkannya.
Luwin juga melihat kesedihan di wajah Szalack sangat nyata jelas tergambar, dimana selama ini ia menyembunyikan rasa sakit itu dengan melakukan hal apapun yang ia inginkan. Jarang bagi seorang pangeran bisa pergi begitu saja keluar masuk kerajaan. Nyawanya pasti lebih berharga dari ratusan prajurit. Sang raja pun tak marah dan mengekang sikap anaknya yang menjadi orang biasa jika pangeran marno tidak mempunyai alasan yang membuat ayahnya percaya.
"Jadi ini maksudmu menghentikan langkahku dan membawa aku kesini" ucap mayder masih dengan emosi yang meluap-luap.
"Hey anak muda, hati-hati kau berbicara dengan pangeran" tetua yang lain memarahi mayder yang berbicara tak sopan.
"Persetan dengan kerajaan, kalian hanya bisa memisahkan keluarga. Kalian bersenang-senang diatas penderitaan prajurit yang sedang berperang membela kalian padahal kalian tak punya kemampuan apapun" ucapan mayder semakin emosi.
"Hey kau" teriak tetua yang lain.
Sang raja menyuruh para tetua untuk diam dan tidak ikut campur urusan anaknya dengan teman baru yang dibawanya.
Pangeran marno memalingkan wajahnya dari luwin dan temannya. "Masukkan mereka ke dalam penjara".
Ucapan Szalack yang kini telah berubah menjadi seorang pangeran, menunjukan jati dirinya yang sontak membuat luwin dan temannya terkejut bukan kepalang. Ia tak menyangka akan dimasukkan dan dijebloskan kedalam penjara tanpa alasan yang jelas. Komat-kamit miroka ketika menunggang kuda menjadi kenyataan. Miroka yang selalu penuh curiga tak bisa membuatnya untuk diam, dia pasti akan katakan pada dellio jika ia merasakan sesuatu namun bukan berarti kecurigaan miroka pasti akan terjadi.
Ucapan pangeran marno, semakin membuat mayder membuas yang membuat sekujur tubuhnya gemetar bukan karena ketakutan karena kekesalan yang sudah ia pendam bertahun-tahun. Dan mayder yang sudah lama membenci kerajaan membuatnya tak peduli pada apapun bahkan pada dirinya sendiri. Ia mengambil pedang dan langsung menyerang pangeran marno. Ketatnya pengawalan di kerajaan membuat pedang mayder tak mampu mengibas apalagi menyentuh pangeran marno.
Mayder dihadang oleh prajurit yang berjaga didalam kerajaan. Tak mau ada kejadian seperti mayder, yang lain pun ikut di giring oleh prajurit menuju penjara yang ada dibawah tanah. Louin dan temannya hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Mereka juga tak mungkin berontak atau melawan kerajaan yang besar dan penuh dengan prajurit yang ratusan kali lipat dengan mereka.
QARINA R
JAKARTA, 12 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )