06. HIDUPNYA SEBUAH JIWA
"Ayo cepat kita kesana?" Ajak ito lestiw kepada ito sheki melihat pertarungan dibawah umur itu.
Mereka lari terburu-buru menuju ke tempat berlangsunganya pertarungan muridnya. Para ito khawatir dengan anak didiknya jika ada yang sampai terluka.
Di pertarungan, Louin mencoba berkonsentrasi ke pertarungan yang ada dihadapannya. Kini, ia benar benar merasa ketakutan sekali, ia tak tahu harus bagaimana ia menggunakan pedang itu. Ia kuatkan dalam hatinya, untuk bertarung tanpa harus melukai runos.
Hiaaattt... Teriak runos dan louin yang baru memulai pertarungan.
Teng... Teng... Srrrkkkk Suara gesekan pedang itu membuat gigi terasa ngilu dan ngeri tapi tidak dengan keseruan jalannya pertarungan.
Sorak sorai para penonton membuat suasana semakin seru saja dan sangat dinikmati. Semua orang tak peduli dengan pertarungan yang sedang terjadi diantara teman-temannya. Tak senior ataupun junior semua asyik menonton dan bersorak-sorai meneriakkan nama kesukaan mereka.
Ito lestiw dan ito sheki kini tepat berada di pertarungan belakang penonton, banyaknya penonton membuat mereka sulit untuk memisahkan pertarungan itu. Karena sulitnya masuk ke arena, ito lestiw dan sheki naik ke tempat yang lebih tinggi di lantai dua yang terbuat dari bambu dan jerami yang biasa digunakan untuk memperhatikan para anak didiknya diluar kelas.
Sesampainya disana ito lestiw langsung melihat pertarungan mereka dan membuatnya terkejut karena mereka benar-benar melakukannya dengan menggunakan pedang sungguhan.
"Aku akan melerai mereka" ucap ito lestiw yang siap-siap loncat ke tengah arena pertarungan.
Ito sheki yang berada disebelahnya menelentangkan tangannya sebelah sejajar dengan pundak ito lestiw. Ito sheki bermaksud untuk membiarkan mereka bertarung dengan sungguh-sungguh, ito sheki melihat pertarungan mereka tidaklah buruk dan masih sewajarnya, ito sheki bukannya tak ingin melerai mereka tapi ada bakat yang terpendam dalam diri mereka. Tak hanya itu, ito sheki juga melihat louin tak ada niat untuk melukai atau membunuh runos karena sedari tadi louin hanya menangkis pedang dari runos tanpa menyerangnya kembali.
Ito lestiw juga melihat hal yang dikatakan oleh ito sheki tapi peraturan tetaplah peraturan, ia harus cepat melerai mereka berdua agar tidak adanya korban karena kelalaian mereka yang tidak mendidik.
Louin tak pernah menyangka Akhirnya ia menggunakan pedang sungguhan diumurnya. Di sisi lain, ia juga sangat bersungguh-sungguh melawan runos agar runos tak merasa dirinya yang paling hebat dan merendahkan orang lain. Kebencian dan kebahagiaan bisa dirasakan karena adanya keberadaan seseorang yang ia lihat dan dipikirannya.
Runos menggunakan pedangnya dengan kesal dan sangat kuat berbeda dengan louin, ia menggunakan pedang bak seperti mengayunkan tongkat seperti tombak sang kakak, ayunanya yang lihai dan berirama ia gunakan untuk menangkis, sedangkan hentakannya ia gunakan untuk menyerang. Permainanya pedangnya sangat mirip dengan permainan tombak sang kakak mourine, ia beruntung meskipun selama ini ia hanya melihat latihan sang kakak sekarang ia bisa menggunakan langsung meskipun dengan senjata yang berbeda. Cara bertarung louin yang mirip seperti permainan tombak seperti sedang melakukan tarian yang indah.
Pertarungan sudah berlangsung sangat lama tapi tak ada satupun diantara mereka yang jatuh dan kalah, runos yang mempunyai kekuatan fisik lebih dari miroka sudah jelas diketahui banyak orang, namun louin yang mereka pikir hanyalah anak biasa ternyata sangat istimewa, ia bisa mengimbangi runos sampai saat ini. Semua orang pikir sikap cuek louin karena ia tidak pernah pedulu dan tak ingin berurusan dengan banyak orang. Namun tidak kali ini, dari berpuluh-puluh korban hanya deki seorang yang membuatnya turun tangan. Deki adalah orang yang pertama dan beruntung yang di bela dan dibantu oleh orang lain, tak seperti korban runos lainnya yang takut dan kapok untuk masuk kembali ke sekolah dan bertemu dengan runos.
Semakin lama louin semakin menikmati pertarungan, pertarungan yang awalnya indah seperti tarian kini telah berubah menjadi sangat kuat bertenaga, serangan dan tangkisannya sampai bergetar di pedang dan tangan runos. Perasaan runos terhadap louin menjadi berubah karena louin tiba-tiba sangat kuat dengan tiba-tiba, runos tak merasakan lemah sama sekali padahal itulah saat-saat yang ditunggu olehnya untuk mengalahkan louin yang mulai kelelahan meskipun kenyataan kini telah berbalik. Louin menundukan kepala menatap tajam runos dan memberikan senyuman kecutnya seolah-olah dia akan menang dari runos. Runos yang melihat perubahan louin menjadi lemah namun ia tetap untuk mempertahankan.
Serangannya terus bertubi-tubi dan brutal, awalnya mungkin itu serangan yang akan mengakhiri pertarungan, tapi semakin lama sorak sorai penonton langsung hening dan sebagian orang menghindar dari pertarungan, runos menjadi ketakutan karena balasan dari louin, runos semakin sulit dengan pertahanannya karena harus mengimbangi serang louin yang semakin kuat dan cepat.
ooo L U L L A B Y ooo
Perasaan letih dan capek kini sedang dirasakan oleh mourine setelah seharian berlatih di dorlak, ia senang karena ia bisa mendapatkan pelajaran baru yang bisa ambil dan gunakan dalam pertarungan, canda tawanya bersama hirsh membuatnya lebih senang lagi karena ia bisa berlatih dan bergabung dengan sahabat paling dekatnya.
Ia menyusuri pepohonan yang lebat setelah ia keluar dari pintu rahasia yang disediakan oleh kerajaan yang berada disamping kanan istananya, pintu khusus untuk pasukan khusus dan elit.
Akhirnya mereka berlima tiba didesa dan bisa menghirup kembali udara desa yang sudah ia tinggalkan selama sebulan lebih, tapi mereka hanya sementara untuk ke desa setelah itu ia akan kembali lagi.
Setelah keluar dari semak-semak dan tiba tak jauh dekat kandang kuda. Mereka kembali ke rumah mereka, kini mereka semua siap-siap untuk kerumah masing-masing setelah letih berlatih.
"Semuanya, kami duluannya" dato inosi dan kesi rasella yang jalannya searah pamit untuk pulang.
Mereka saling melambaikan tangan kecuali runag ruwanai. Mourine dan hirsh pergi ke sekolah untuk menjemput adiknya sedangkan runag yang selalu seorang diri hanya bisa mengangkat bahu dan pergi seorang diri.
"Kak mourine, untung aku bertemu denganmu?" Deki datang dengan nafas terengah-engah karena mencari keberadaan kakak louin.
Runag langsung berhenti ketika ia melihat seorang anak lelaki seumuran adiknya menghampiri mourine dan hisrh dengan wajah yang ketakutan.
"Ada apa?" Tanya mourine yang juga takut.
"A...a...adikmu...!" Ucapnya terbata bata.
"Ada apa dengan louin!" Mourine semakin takut.
"Maafkan aku, karena Louin telah menolongku ia harus berurusan dengan runos" deki merasa bersalah.
Mourine yang mendengar kata-kata deki langsung khawatir dan merasakan sesuatu yang tidak beres, mourine dan hirsh pergi menuju sang adik begitupun dengan runag yang berdiri tak jauh di belakang mourine. Ia juga langsung menghampiri adiknya yang sedang bertarung dengan adik mourine.
Tak jauh dari sekolah, mourine melihat louin sedang bertarung dengan runos. Mourine tak mengerti apa yang sedang dilakukan adiknya, ia bertarung karena menolong deki, atau runos yang tak terima kakaknya dikalahkan atau louin salah mengartikan pengertiannya tentang pertemanan.
Mourine melihat pertarungan louin sangat brutal dan kasar tak seperti ketika latihannya bersama, seingat mourine ia tak pernah sama sekali mengajarkan cara bertarung yang seperti itu.
"Jadi seperti ini caramu mengajarkan bertarung!" Ucap runag bernada ejek pada mourine.
Mourine tak memperdulikan runag ia hanya fokus terhadap adiknya yang sedang bertarung. Namun mourine tersadar ketika ia mulai melihat perubahan pada mata louin yang berbeda, sama seperti ketika malam itu hanya saja perubahan pada mata louin belum sepenuhnya berubah hanya sedikit. Buru-buru mourine mencari sesuatu untuk menghentikan pertarungan louin.
Tak hanya mourine sang ito juga ingin menghentikan pertarungan yang menurut mereka semakin berbahaya saja, louin yang tujuan awalnya hanya menangkis dan sesekali menyerang kini berubah seperti ingin membunuh. Sebelum ito itu menghentikan pertarungan ito, mourine sudah melempar tongkat yang untuk menjatuhkan pedang louin begitupun runag yang melempar pedang untuk melepaskan pedang dari genggaman runos.
Mourine, hirsh, runag dan ito langsung terburu-buru menghampiri mereka. Mourine mendekap adiknya di pelukan tangannya, ia takut jika semua orang tahu yang terjadi dengan adiknya. Ito diam menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Kakak... Kau membuatku malu" bisik louin yang didekap mourine.
Ucapan louin yang tersadar sepertinya ia tak merasakan dan menyadari apapun.
"Sepertinya ada yang berubah darimu" ucap ito sheki menatap louin.
Mourine yang mendengar ucapan ito sheki langsung terkejut, ia tak berharap sama sekali jika ito sheki harus melihat perubahan pada diri louin.
"Maksud ito?" Tanya louin polos.
"Ternyata kau punya bakat seperti kakakmu" jawab ito sheki.
Mourine kembali lega setelah mendengar maksud dari ito sheki. "Tidak!" Bantah mourine.
Ketakutan mourine pada louin semakin menjadi ketika ia harus mendengar ito sheki mengatakan hal yang tak ia inginkan.
"Itu tak mungkin ito, ia masih kecil aku tak ingin dia melukai siapapun" ujar mourine dengan tegas.
"Tidak untuk sekarang" ucap ito sheki tersenyum.
"Baik, cukup sampai disini, kalian pulang kerumah masing-masing, lain kali ito akan menemanimu bertarung dan untuk saat ini kalian tidak ada yang boleh menyentuh senjata apapun termasuk kau runis" teriak ito sheki melambaikan tangannya kepada murid-muridnya.
Pelajaran kali ini hanya dihabiskan untuk menonton pertarungan antara runos dan louin, pertarungan yang benar-benar sangat dinikmati oleh semua orang termasuk ito sang guru.
Runos sangat merasakan letih yang tak biasanya ia dapatkan selama pertarungan dengan siapapun kecuali kakak dan ayahnya. Runos semakin benci pada louin, ditambah dengan kakaknya yang menghampirinya bukan untuk menenangkan, memarahi atau mengatakan sesuatu melainkan hanya untuk mengambil pedang yang telah ia lemparkan sebelumnya. Ucapan louin kini sangat jelas telah dilakukan oleh kakaknya didepannya dan louin.
ooo L U L L A B Y ooo
"Apa kau merasa senang?" Tanya mourine mengelus rambut adiknya.
Dalam lubuk hatinya, louin merasa takut dengan pertanyaan Kakaknya, ia merasa pertanyaan sang kakak hanyalah jebakan untuknya, ia serba salah harus menjawab apa. Ia gelagapan mengahadapi mourine meskipun wajah sang kakak tak menunjukkan kekesalan tapi tetap saja ia ketakutan.
"Kak, akhirnya kau pulang, aku sangat rindu pada kakak?" Ucap louin mengalihkan pembicaraan karena rasa takutnya terhadap mourine.
"Kakak bersyukur jika kau merasa senang" ucap mourine dengan senyuman.
"Apa maksud kakak, kakak membuatku takut!". Kata-kata mourine menjadi lebih menakutkan didengar louin.
"Ya, karena sekarang kau lebih banyak menghabiskan waktu bersama temanmu daripada kau terus menggambar di pinggiran sungai" jelas mourine.
"Ini semua karena kakak, aku tak bisa berjumpa dengan yang lain. Kalau... Menggambar aku tak harus ke pinggiran sungai kak. Kakak mau lihat" louin berlari kecil mengambil buku gambar yang disimpannya di atas ranjang tidurnya.
Louin menunjukan buku gambarnya ke kakaknya yang selalu menganggunya akhir-akhir ini.
"Apa lagi yang kau gambar" tanya mourine yang juga merasa penasaran.
Louin hanya tersenyum manis sembari memberikan buku gambar kepada mourine, ia tak memberitahu apapun, louin ingin kakaknya yang ingin melihatnya sendiri.
Mourine meraih buku gambar yang diberikan oleh louin. Mourine mengebet kertas helai demi helai dan betul-betul melihat gambar yang tak pernah sekalipun ia lihat, namun helai terakhir dari gambar, mourine seperti pernah melihat tapi entah dimana dan kapan.
"Kak, aku dengar kau jadi pelayan di kerajaan" ucap louin memelas sedih.
"Kenapa? Darimana kau tahu itu?" Tanya mourine masih melihat buku gambar yang dipegangnya.
"Ibu yang memberitahuku agar berhati-hati dirumah!" Kata louin.
"Kenapa? Memangnya ibu akan pergi kemana?" Mourine bengong mendengar perkataan louin.
"Tidak kemana-mana, hanya saja ia bilang harus hati-hati"
Mourine mengangguk kecil.
"Kak, kapan-kapan aku akan menjenguk kakak ke kerajaan. Aku ingin tahu kerajaan itu seperti apa?" Louin sangat senang membayangkan kerajaan yang ingin ia lihat sama seperti mourine ketika kecil.
Mourine panik karena kebohongannya yang kenyataannya dia bukan seorang pelayan kerajaan tapi seorang pelayan raja yang mendapat perintah langsung dari raja. Ia tak mungkin membiarkan adik dan ibunya mengetahui kebohongan yang telah ia lakukan, bagaimanapun juga ia harus tetap melakukan hal ini sampai dia mendapatkan jawabannya, tak hanya ibu yang ia takutkan tapi raja, garsna dan ito jika mereka mengetahui mourine sudah berbohong telah mendapatkan restu dari keluarganya untuk menjadi seorang famin.
"Tidak bisa!" titah mourine
"Kenapa..." Louin mengerutkan keningnya. "Aku kan hanya ingin menjenguk kakak apalagi kakak akan pergi selama 6 bulan. Terlalu lama untukku?"
"Kau tak akan kesepian karena temanmu akan selalu bersamamu"
Malam hari tiba dengan cepatnya, louin yang masih ingin berlama dengan kakaknya akan berpisah kembali. Apalagi sang kakak hanya beberapa hari dirumah. Louin sedih dan tak ingin ditinggalkan oleh kakaknya lagi.
Seseorang melihat louin.
"Hey louin" teriak miroka dan dellio ketika melihat louin di jendela kamarnya bersama dengan kakaknya.
Louin membalas lambaian tangan dari mereka berdua.
"Besok libur, ayo kita habiskan malam ini bermain kembang api di lapangan sana dekat sekolah" teriak dellio ajak louin.
Mourine tersenyum dan mengizinkannya untuk bermain bersama teman-temannya. Louin tersenyum mengucapkan terima kasih dan berlari dari kamarnya meninggalkan mourine menuju miroka dan dellio.
Buk... Buk.. Buk.. Buk.. Langkah kaki louin yang berlari membuat sang ibu menghampiri suara langkah tersebut.
"Kau mau kemana louin. Ini sudah malam?" Tanya sang ibu melihat anaknya berlari terburu- buru keluar rumahnya.
"Aku bermain bersma dellio dan miroka bu, dahhhhh" jawab dellio sembari teriak berhambur ke luar rumah.
Ibunya hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kelakuan anaknya.
"Tenang saja bu, dia sudah besar, dia tak mungkin terus berada didalam rumah" mourine menuruni tangga dan mengingatkan sang ibu tentang anak-anaknya.
"Ibu hanya khawatir ini sudah malam, bagaimanapun hanya kalian yang ibu punya" ibu tersenyum dan mengelus pipi mourine lalu kembali ke dapur.
Perkataan sang ibu membuat mourine terharu dan merasa bersalah, ia serba salah harus berbuat sesuai keinginannya atau mendengarkan perkataan ibunya, hatinya sangat sakit jika sang ibu harus mengetahui kenyataannya. Keadaan seperti yang membuat mourine berada dipisisi sulit. Yang ada dipikirannya hanya ada sang adik yang sangat berbeda dengan teman sebayanya bahkan dari orang satu desa.
Langkah Kaki mourine tertatih menaiki tangga menuju kamarnya kembali, ia tak kuasa menahan haru dan bahagia karena perkataan ibu barusan. Ia menaruh tubuhnya di tempat tidur dan merebahkan menatap langit-langit kamar. Ia membalikkan badannya dengan air mata yang terjatuh dipipinya, ia melihat sebingkai foto keluarga yang masih utuh. Foto kenang-kenangan bersama ayahnya, ibunya, dirinya dan louin yang masih sangat kecil. Ia mengambil dan memandangi terus bingkai foto itu.
Dalam tangisnya ia tersenyum melihat louin yang masih bayi dalam pelukan sang ibu dan dirinya dalam pangkuan sang ayah. Ia terus memandang dan menyentuh foto itu, mourine langsung terduduk melihat foto louin yang masih bayi. Mata itu memang sudah dari bayi bersinar seperti titik putih yang samar.
Mourine masih belum percaya dan terus memperhatikan, ia mengusap air matanya agar terlihat lebih jeli. Ternyata benar jika diperhatikan itu seperti titik- titik putih yang bercahaya. Mourine ingin bertanya pada ibunya, tapi ia takutkan jika sang ibu juga tidak mengetahui hal itu atau ibu yang sengaja merahasiakan semua ini darinya.
Malam ini merupakan malam terakhir mourine tiggal dirumahnya sebelum ia tinggal di kerajaan dan dilepas untuk tugas. Sang ibu yang sudah mengetahui hal itu mempersiapkan keperluan anaknya yang akan meninggalkannya selama 6 bualn kedepan.
Mourine sengaja tidak memberitahu adiknya, bukan karena ia takut adiknya sedih melainkan karena ia yang tak kuasa meninggalkan sang adik satu-satunya yang paling ia sayangi. Ia hanya mengikuti kata hatinya karena ia ingin mengetahui keadaan louin sebenarnya, dengan begitu ia bisa menemukan cara untuk menolong loiun. Insting mourine terhadap kekuatan louin akan membuat sang adik berada dalam bahaya.
Ia berkemas di kamar dalam kegelapan malam yang hanya diterangi oleh sebatang lilin. Air mata terus bercucuran karena masih belum bisa melepaskan keluarganya.
ooo L U L L A B Y ooo
Tak hanya kesedihan yang sedang merundung mourine si calon famin muda tapi kesedihan kini sedang dialami juga oleh kerajaan. Hampir tiap hari dikerajaan selalu diadakan rapat di aula yang dihadiri oleh Raja, 7 obis, Garsna, famin sheki dan famin lestiw dan yang dibahaspun tak jauh dari serangan raja Xyor, atian dan pasukan irgot yang mencari sesuatu yang seorangpun belum mengetahuinya.
Mereka hanya mengetahui kekuatan anolin adalah kekuatan yang disimpan didalam batu, mereka juga tidak mengetahui dimana keberadaan batu itu. Kekuatan yang sudah terdengar kabarnya sejak ratusan tahun lalu, tapi siapa yang tahu dan bisa menemukan batu itu. Begitu banyak orang yang menerka tentang keberadaan batu itu dan tak sedikit yang telah kehilangan nyawa karena keberadaan batu yang kabarnya berpindah-pindah namun tak ada satupun yang berhasil mendapatkannya.
"Aku mendengar kabar dari famin yang kini tinggal satu-satunya berada diluar sana?" ucap ito lestiw.
"Apa...! Jadi kini hanya tinggal seorang yang bisa kita andalkan" ucap raja yang semakin murung.
"Aku bisa menggantikan mereka yang telah tiada" sahut famin sheki mengusulkan dirinya sendiri.
"tidak, kau tidak bisa pergi dengan famin lestiw, hanya kalian yang kini bisa mengajarkan bibit baru penerus kalian" ucap obis Ivimo.
"Maafkan aku" ucap famin agu yang merasa bersalah dengan keadaannya.
"Kau tak bisa menyalahkan dirimu sendiri, kau juga sudah berusaha dengan seluruh kemampuan" Famin lestiw menghampiri famin agu.
"Lalu, kabar apa yang kau dapatkan?" tanya garsna.
"Anolin , kekuatan anolin itu memang disimpan dalam sebuah batu, tapi kini batu itu berada didalam jiwa anak manusia yang masih kecil. Mereka berusia sekitar 11 - 15 tahun. Karena hal itu para pasukan irgot datang kesebuah desa kecil untuk mencari anak itu sedang atian akan datang jika mereka harus bertarung dengan lawan yang tangguh, itupun hanya bawahanya" ujar famin lestiw.
Famin sheki yang mendengar hal itu lebih terkejut dan yakin dengan pikirannya, ia tak salah, kini semuanya telah terbukti dengan jelas dan akurat siapa anak itu.
"Tapi mereka belum mengetahui ciri-ciri dari anak yang mempunyai kekuatan anolin itu. Oleh karena itu mereka mencari, melukai bahkan membunuh anak yang tak berdosa itu" jelas famin lestiw itu kembali.
Famin sheki semakin takut dan membelalakan matanya, jantungnya terus berdebar. Ketakutannya semakin dekat karena lambat laun ia harus melindungi anak itu dan melawan pasukan dari raja xyor para pasukan atian yang menurut kabar sangat menakutkan dan tak kenal ampun untuk membunuh dan menyiksa. Ia takut berapa lama lagi ia akan melihat dan mendengar tangisan dan penderitaan orang.
Selain itu para atian sangatlah jahat dan tak kenal ampun pada siapapun orangnya. Tak ada yang mengetahui satupun tentang para atian yang menurut kabar adalah selalu berada didekat raja xyor.
QARINA R
JAKARTA, 07 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )