Rencana
Ketukan pintu itu begitu menyiksanya dengan suara tangisan yang tersu memanggil namanya. Addrin menutup telinganya “Hentikan”. Addrin tidak terus mengatakannya setiap kali ia mendengar suara Sara. Ia begitu tersiksa dan menangis. “Aku mohon Sara pergilah” sara terus menerus memanggilnya tiada henti. Setiap hari, setiap waktu bahkan ia terus menunggu didepan pintunya. Ia semakin tidak kuasa lagi mendengar semua pelayan terus memohon kepada Sara yang terus menerus menangis untuk makan walau hanya sesuap dan beristirahat sejenak. Addrin kesal karena ia tidak bisa menemuinya, ini semua harus ia lakukan demi dirinya. Ia harus menjauhi sejauh mungkin dengannya, bukan hanya karena kutukan melainkan karena sekarang istana juga memerlukannya.
Setelah kematian sang Raja, Addrin harus bersiap untuk menaiki tahta menggantikan ayahnya. momen ini sangatlah kebetulan, ia menggunakanya untuk merubah dirinya semakin dingin lagi dari sebelumnya. Ia benar-benar tidak memiliki ekspresi sama sekali. ia kembali menjadi Addrin yang dulu. Auranya benar-benar menakutkan, bahkan ia seolah tidak mengenal siapapun. Sara yang menunggu didepan pintunya diacuhkan. Sara semakin sakit melihat perlakuan Addrin padanya. ia benci karena Addrin ingin menanggungnya seorang diri. Ia terus disibukkan dengan kegiatan Istananya, ia sering rapat dan bepergian. Tidak sekalipun Sara dilihat ataupun ditanya. Padahal Sara hampir setiap hari mengekori Addrin, meski sedih setidaknya ia melihat Addrin dalam keadaan baik-baik saja, hal itu sudah cukup baginya.
Setelah peperangan tidak hanya Addrin yang mengurung diri didalam kamar, melainkan juga Rawnie yang kini sering sekali menggantikannya duduk di bibir jendela yang biasa Sara gunakan. Sara aneh dengan sikap Rawnie ia bukanlah type yang seperti ini melamun dan berpikir. Kalau tidak sedang ada kerjaan Rawnie pasti lebih memilih untuk mengunjungi Pon daripada didalam kamar. Sara duduk ditempat tidurnya sengaja menatap Rawnie yang menatap lebih dalam pemandangan diluar jendela. Bahkan Rawnie tidak sadar dengan keberadaan Sara yang baru masuk kedalam kamar setelah ia beberapa hari duduk didepan pintu Addrin.
“Rawnie, ada apa denganmu?” Tanya Sara mengejutkannya.
“Nona…” Rawnie duduk menghadap Sara.
“Apa yang sebenarnya terjadi”
Sebelum rawnie menjawab adia masuk dengan sikap yang tidak biasa.
“Ada apa?” Tanya Sara.
“Pangeran…”
“Apa…” Sara lagnsuung memotong ucapan Adia, ia menghampiri dengan terburu-buru.
“Maafkan aku. aku bukanla Addrin” ujarnya.
“Raska..”
“Bagaiaman dengan keadaanmu?” Tanya Raska.
“Kaupun tahu?”
“Aku sangat cemburu kepada kakakku” ledek Raska. “Kau mau jalan-jalan denganku?”
Sara menerima ajakan Raska, jalan-jalan lebih baik dariapda dia harus berdiam didalam kamar. Iapun tidak bisa menggangggu Addinn yang benar-benar tidak melihatnya. Ia tidak mungkin terus menerus memkasa Addrin, Ia juga memiliki kesibukan dan kesedihannya sendiri. Sara rela berbagi kesedihan dengan Addrin, hanya saja Addrin terus menggacuhkannya. Raska dan Sara berjalan-jalan disekitar istana ia pun pergi ketaman. Sara duduk dibawah pohon yang biasa ia panjat. Ia tidak bisa melakukan hal itu karena ada Raska bersamanya.
“Kau tidak perlu bersedih, seperti itulah Kak Addrin” ujar Raska memecahkan keheningan ditaman itu.
“AKu benci dirinya” ucap Sara.
“Kalau begitu denganku saja. Aku tidak membencimu dan kau pun tidak membenciku”
“Aku memang tidak membencimu tapi aku kesal padamu”
“Hah…” canda Raska terbelalak tidak mengerti.
“Sudahlah…”
“Kalau kau terus bersedih akan ku cium kau”
“Kau tid…”
Chuppp..
“Hey kau benar-bener menyebalkan, kau berani menciumku” Sara bangun dan mengejar Raska yang tidak bercanda dengan ucapannya.
Sejenak Sara melepaskan beban yang terus mengingat Addrin. Meski kehadiran Addrin yang diinginkannya tapi setidaknya ia senang dengan kehadiran Raska yang selalu ada disaat ia sedih. Begitupun dengan Raska yang merasa senang dengan sikap kakanya yang berubah, ia memamfaatkan keadaan sang kakak padahal ia jelas tahu alasannya, tapi ia juga tidak mungkin untuk memberitahu Sara. Ia tidak ingin menghianati sang kakak dan juga kehilangan Sara. Biarkan kapal yang berjalan bersama langkahnya sampai ia lelah dan berhenti berlabuh.
Brukkkk… suara pintu yang terrpental keras memaksa untuk membuka mata Sara yang masih mengantuk berat. Ia duduk dari tidurnya, mengucek mata dan memegang kepalanya yang terasa berat. Selimut yang ia gunakan tersibak dan langsung disadari oleh Sara. Ia tidka mengerti dnegan keadan ini bagiaman bisa ia berada ditempat tidur ini bahkan ini bukan tempat tidurnya, ia terus melihat sekeliling dan behernti setelah mata tajam bagaikan elang itu memburunya dengan ganas. “Addrin…” desahnya. Ia tidak ingat bagimana bisa ia bisa berada disini dan parahnya lagi orang yang ia percaya masih tertidur pulas memeluknya. Sara terkejut dan tidak berkata apapun lagi. ia tidak ingin menafsirkan yang sekrang terjadi. Raska orang yang ia percaya telah berbuat sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan. Bagaiaman bisa ia tidur dengan adiknya dalam keadaan seperti ini. iapun tidak berani menatap seseorng yang sudah berada didekat pintu masih dengan wajah dinginya ia memergoki mereka berdua. Addrin orang yangia ciintai terlihat snagat marah dan murka. Tapi Sara tidak bisa membuka bibir apa yang bisa ia katakan setelah kejadian ini benar-benar terlihat olehnya. Apa yangbisa ia lakuakn untuk pemebalaan semuanya sudha sangat jelas disaksikan oleh Pangeran Addrin, Leo, MIsha dan beberapa pelayan lainnya.
Jantung Sara berdetak lebih kencang, ia sangat marah, dan sedih. Iapun tidak tahu dengan kejadian yang sebenarnya. Iapun tidak bisa membela dirinya sendiri karena semuanya sudah terlamabt tidak ada yang bisa ia katakana. Semua orang berbisik melihatnya. Betapa buruknya dan hina ia sekarang. Tidak lama kemudian Raska terbangun.
“Sara…” tubuhnya masih lemas dan kepalanya juga berkunang-kunang. “Bagaimana bisa kau ada dikamarku?”
Ucapan Raska sontak membuat Sara kaget, ia tidak percaya Raska berkata seperti itu disaat ia sedang genting. Ucapan Raska seolah Sara yang sengaja datang menggodanya. Sara hanya bisa mengutarakan dnegan air mata yang terjatuh keatas selimutnya. Addrintidak berkata septahkatapun ia langsung pergi diikuti dengan yang lainnya.
“Ada apa ini” Raska tidak kalah terkejut melihat Addrin dan yang lainnya, pastinya juga dirinya yang tidak mengenakan atu helaipun baju. “Sara,bagaimana ini bis…”
Plaaakkkk… Sara terbawa emosi menampar Raska yang juga tidak tahu apapun. Dimata Sara kini jelas hanya kebencian yang ia berikan kepada Raska. Ia mengganti bajunya lalu pergi dari kamar Raska. Ia hanya bisa menunduk dan menangis, ia juga mendengar dengan sangat jelas ucapan orang-orang yang melihatnya. Bisikan itu bagiaikan setan yang membuatnya Sara kehilangan pikirannya, rasanya untuk sekarnag ini ia ingin sekali menjauh dari Istana, ia ingin menjadii Linn, sejujurnya ia ingin sekali menjadi Lingga untuk melampiaskan amarah Saar ini. sara tidak mungkin bisa melakukan hal itu yang ada dirinya akan semakin dicurigai.
Tapi Sara tidka mengerti bagaimana bisa ia bisa tidur tanpa busana dengan Raska, ia hanya ingat bermain ditaman dan ia tidak ingat apapun selain itu. ia membuka pintu kamarnya disana ada Adia dan juga Rawnie yang sudh mendengar kabar tentang Nonanya. Sara kesal dan mnegabaikan mereka ia mengahdap dinding dekat jendela, dengan sekuat tenaga ia mengepalkan tangan dan menghantam dinding itu. dinding itu tidak sampai hancur namun retak sudah dipastikan. Sara benar-benar dipenuhi dengan kebencian, siapa yang berani melakukan ini semua, apakah itu Raska yang masih sulit untuk ia terima kebenaran jika pelakunya adalah Raska, atau memang ada yang tidak suka dengan dirinya. Ia jelas tidak suka mencari onar, karena tidak ada gunanya untuk melakukan hal itu didalm kerajaan yang sudah sangat jelas ia tidak bisa berbuat apapun dengan bebas.
“No…No…Nona. Apa kau baik-baik saja” Tanya Adia sedikit ketakutan dengan nonanya sekarang.
“Aku tidak akan pernah menerima diriku diperlakukan seperti itu bahkan oleh Raja” pandang tajam Sara dengan tangan yang masih mengepal di dinding.
“Nona, aku mengerti maksudmu tapi kausudah dilihat banyak orang dan kau sudah dipastikan bersalah” ujar rawnie.
“HHhhh… kalaupun aku salah aku tidak ingin salah seperti ini. aku akan menerima kesalahan ataupun kekelahan dengan terhormat bukan yang seperti. Ini semua membbuatku jijik” Sara mengeram suara tertahan dianatara bibir.
Rawnie berlutut, “Aku akan serahkan pada Nona. Aku akan ikut apapun yang kau perintahkan”
“Aku ingin membakar semua yang ada istana ini”
“Baik Nona akan aku laksanakan jika itu maumu” tegas Rawnie.
“Apa Nona” Adia ikut berlutu ketakutan memohon ampun unutk tidak melakukan hal itu.
“Aku ingin melakukan itu dengan tanganku sendiri tapi aku rasa ada yang salah dengan kejadian ini. tidak mungkin jika Raska melakukan hal itu padaku” kata Sara semakin bengis dan dingin. Wajahnya kali ini sudah bisa dipastikan lebih takut dan seram dari Addrin. Setelah sekian lama akhirnya Rawnie benar-benar mekihat wajah Sara yang ia rindukan selama ini adalah wajah yang sepert ini. wajah yang sesungguhnya dari Sara yang membuatnya yakin untuk mengikutinya.
“Aku akan menelusuri dan menyelidiki semua ini” ujar Rawnie terbangun dan pamit undur diri kepada Sara untuk melakukan tugasnya.
“Baik jika itu yang mereka inginkan aku akan membalasnya berkali-kali lipat. Jangan salahkan kebaikanku selama ini. aku sudah bersabar untuk menjaganya” Sara duduk dibibir jendela. Kali ini ia bukan untuk bersenang-senang melainkan membuat rencana untuk membalas rasa malunya.
“MAaf Nona sebelumnya” Ujar Adia sedikit gugup.
“Kau tidak perlu takut Adia, aku tidak akan menyalahkan orang yang benar. Aku percaya padamu karena itu juga aku berani membuka segala didepanmu” ujar Sara tersenyum seperti biasanya.
“Maaf jika aku lancang Nona. Bolehkah aku bertanya?” Adia tertunduk. “Aku mohon jangan bunuh aku”
“Mengapa aku harus membuanuh orang yang tidak bersalah. Apa yang ingin kau tanyakan”
“Nona Sara sejujurnya dari sekian tunangan pangeran hanya Nona yang berbeda. Ketika aku mellihat rupa anda sebagai Linn, jujur saja aku sedikit ketakutan aku akan melakukan sesuatu apalagi setelah aku mendengar Lingga, tidak ada yang baik tentang Lingga yang kudengar dan kaupun sangat Mahir dalam bertarung” jelas Adia yang benarbenar ketakutan.
“Penilaianmu cukup baik, aku senang dengan yang kau katakan. Jika aku menjadi raja sudah kutunjuk kau menjadi penasehatku. Kau juga orang yang hati-hati terhadap segala sesuatunya.ketika kau berucap, bertindak dan menatap kau memperhitungkan semuanya”
Adia terkejut karena Nonanya mengetahuinya dengan sangat jelas.
“Kau juga cukup mahir untuk menjadi seorang mata-mata, orang tidak akan menauh curiga padamu. tapi aku tahu kau bukan orang yang berbahaya. Hanya saja rasa penasaranmu cukup tinggi. Sara, Linn dan Lingga adalah diriku, itu semua bentuk kekecewaan ku terhadap dunia ini. kau bisa menganggapnya semua itu, tapi aku tidak peduli dengan urusan kerajaan ataupun bangsawan. Saralee adalah nama asliku yang sudah ku terima sejak kecil. Aku yakin kau pernah mendengar tentangku. Linn adalah nama samaranku, aku bosan hidup di rumah terus akhirnya aku mencari jalan dan caraku sendiri. Tapi menjadi Linn itu tidak mudah, maaku teralalu sering melihat ketidak adilan yang tidak aku ketahui sama sekali ketika aku menjadi Sara dan Lingga adalah caraku untuk menegakkan keadilan, lingga bukanlah orang yang sembarangan ia bisa menyiksa dan membunuh tapi ia melakuakn hal itu bukanlah tanpa suatu alasan, bisa dibilang Linn adalah peraturan dan Lingga adalah hukuman”
“Maaf Nona aku berpikir jika Nona bermaksud untuk melakukan sesuatu” Ujar Adia.
“Kenapa tidak?” Sara menoleh ke Rawnie yang masih tertunduk.
“Aku beruntung karena menjadi pelayan Nona, bahkan nonapun menganggapku seperti teman”
“Aku juga beruntung karena aku mendapat pelayan sepertimu. Aku tidak akan pernah menyia-yiakan orang baik, hanya saja aku tidak akan berbelas kasih kepada orang yang telah menyia-yiakan kebaikanku seperti ini”
“Terima kasih Nona dan maafkan kelancanganku” ujar Adia merasa berslah karena telah mencurigai Nonanya.
“Kau tidak perlu merasa bersalah. Semua kini sudah jelas, kaupun sudah ikut berlatih bersama dengan Putri Ira, Putri Ira ada dalam perlindungan Raska, tapi dengan masalh ini terjadi aku yakin ada seseorang yang dengaja melakukan hal ini padamu. aku percaya Putri Ira yang sekarang bisa melindungi dirinya sendiri tapi aku berharap kini kau menggantikanku dan Raska untuk melindunginya. Dia masih kecil dan meski ia mampu tapi masalah ini cukup berat” titah Sara.
“Baik Nona, aku akan melakukan yang Nona katakana” Adia berlutut.
“Dan kau harus siap kedepannya akan sesuatu yang lebih dari ini. jangan pernah berbicara sepatahkatapun kepada siapapun bahkan kepada Putri Ira kecuali kepada Rawnie dan Worri. Dan bersikaplah seperti Adia yang biasanya. Didalam Istana hanya ada kau yang bisa aku andalkan”.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU