Kabar Duka
2 dari 3 kerajaan yang mengambil alih wilayah Kerajaan Lasverre sudah dibereskan dan mereka bisa menghirup udara dengan tenang. 2 minggu sudah mereka pergi berperang. Sara masih menunggu kedatangan mereka yang tak kunjung pulang. Selama 2 minggu ini hanya mendapat kabar 1 kali dari Rawnie, itupun hanya sebatas peperangan Sara ingin sekali mendengar kabar dari Addrin, bahkan sampai saat ini keadaanya pun tidak sara ketahui. Ia sering menunggu di bibir jendela dan danau berharap Addrin datang menhampirinya, namun iatu semua sia-sia. Perkembangan perangpun Sara tidak mengetahuinya, ia juga tidak mungkin untuk bertanya ke petinggi kerajaan. Ia tidak memiliki kuasa untuk menanyakan hal itu apalagi hanyalah seorang perempuan. Sesekali ia mendengar kabar Dari Ira tapi ia juga tidak memiliki banyak informasi karena iapun sama seperti Sara apalagi Ira bisa dikatakan hanyaanak dibawah umur.
Untuk melepas rasa lelahnya, Sara masih menemani Ira hanya saja kali ini Sara ikut berpura-pura latihan meski natnya ia hanya melampaskan kekesalannya karna tidak bisa bertarung dan bersanding dengan Addrin. Rasanya tidak rela ia melepaskan kepergian Addrin walaupun ia sangat tahu tanggung jawab Addrin. Ia sangat rindu dan ingin bertemu Addrin tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
“Nona” Kata Rawnie datang tiba-tiba turun dari langit.
“Rawnie” Sara terkejut dengan kedatangan Rawnie. Sara takut jika Ira yangsedang berlatih bersamanya melihat Rawnie dengan wujud berbeda dan bau darah yang menempel di pakaiannya.
Rawnie yang berlutut, menunduk sejenak tapi sangat jelas terdengar oleh Sara jika ia sedang menitikkan air mata. “Nona, Maafkan aku?”
Ucapannya benar-benar sedih. Untuk pertama kalinya ia melihat Rawnie yang kuat menangis seperti ini. “Ada apa denganmu? Kau jangan menakutiku”
“Nona. Aku minta maaf karena aku tidak bisa melindunginya” Rawnie memberanikan menenggakkan kepalanya menatap Sara.
“Apa maksudmu? Tolong jangan seperti ini” Sara mendekati Sara memegang kedua bahunya dengan tatapan sendu dan gelisah.
“Nona, kau harus kuat. Maafkan aku karena tidak bisa melindungi yang mulia”
“Siapa orang yang kau maksud? Cepat katakana Rawnie” tanpa Sara sadari ia menangis karena kesal mendengar ucapan Rawnie.
“Yang Mulia Raja Naren telah tiada. Dan aku mohon setelah ini kau harus kuat menghadapi semuanya” ujar Rawnie membuat Sara terduduk lemah. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Addrin ataupun kerajaan ini.
Sara mentap kearah Ira yang sedang serius dan bangga bisa melakukan latihan ini demi melindungi dirinya ataupun kerajaannya. Sara bangga memiliki adik seperti ira yang tidak pantang menyerah meski ia masih kecil, bahkan ia sadar jika ia selal diikuti oleh seseorang namun ia sebisa mungkin mencari jalaneluar seorang diri sebelum meminta bantuan kepada kakaknya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Ira dan Addrin yang memiliki masalah sendiri. Sara mengucap janji dalam hatinya untuk melindungi Ira apappaun yang akan terjadi.
Di sisi lain Pon meminta Izin kepada Rawnie untuk mengikutinya demi bertemu dengan Sara yang sudah lama tidak ia lihat. Ia hanya ingin melihat wajahnya dan berharap ia bahagia. Meski ia sadar kedatangannya kali ini membawa kabar duka yang sebenarnya melelbihi kabar sang Raja yang meninggal dunia. Rawnie mengizinnkan Pon tapi dengan syarat ia hanya boleh melihat tanpa harus bertemu. Pon menganggukkan kepala tidak masalah, ia hanya ingin melihat Nonanya baik-baik saja dan itu sudah cukup baginya.
Pon melihat dan mendengar semua yang diucapkan oleh Rawnie begitpun Sara. Hanya Saja Rawnie tidak mengatakan semua kebenarannya kepada Sara. Pon tidak mengerti mengapa ia sembunyikan dari Sara. Melihat situati dan keadaan saat itu, Pon tidak berani mengambil langkah untuk menghampiri Sara dan Rawnie. Pon juga tidak menampik betapa kagetnya Sara ketika mendengar sang raja tewas, ia juga terlihat khawatir dengan calon tunangannya. Mungkin hal itu juga yang membuat Rawnie tidak berani untuk mengatakannya tapi Pon merasa harunsya tidak seperti ini karena bisa membahayakan nyawa Sara.
Bukan tidak mungkin untuk menyelamatkan Raja tapi posisi Rawnie ketika itu adalah anggota Lingga yang sudah sangat jelas identitasnya, bahkan jika ia menjadi Rawnie yang sesungguhnya juga tidak akan mungin untuk menolongnya karena ia hanyalah pelayan biasa. Meski jelas ia melihat pembunuhan itu dan bisa ia selamatkan namun kondisinya saat itu tidak memungkinkannya untuk menolongnya. Rawnie pun takut, takut jika ia menolong raja indentitasnya akan diketahuinya dan pasti yang dihukum adalah Nonanya. Ia takut karena sikapnya akan memutarbalikkan fakta setelah ia tahu siapa pembunuhnya. Semakin tidak mungkinn bagi Rawnie untuk menolongnya. Rawnie tidak ingin mempercayai apa yang dilihatnya tapi itu sangat jelas sekali. hatinya sangat hancur apalagi jika Sara yang langsung melihatnya, Rawnie yakin jika Nonanya akan membabi buta melebihi Addrin dipeperangan.
Rawnie kalut, setelah melihat semua itu, Rawnie sebisa mungkin untuk mengendalikan dirinya namun ingatan itu sulit dilupakan dan iapun berusaha menyelesaikan dengan cepat agar ia bisa beristriahat dan mengumpulkan tenaganya untuk memberitahu kenyataan pada Sara. Namun tetap saja setelah bertemu dengan Wajah Sara, ia tetap tidak berani mengatakan yang sejujurnya, rasanya itu lebih menakutkan daripada ia harus menghadang musuh sebanyak apapun. Bahkan sebelum bertemu dengan Sara, Pon dan Rawnie sempat bersiteru untuk mengatakan hal ini kepada Sara. Rawnie mengerti maksud Pon tapi ia lebih tahu Sara dari siapapun bahkan ayahnya sendiri. Meski kesal Pon menerima semua yang dikatakan Rawnie jika itu memang jalan terbaik untuk Sara, Pon menjelaskan kepada Rawnie untuk segera mengatakannya kepada Sara sebelum semuanya terlambat. Meski ia tidak tahu motif pembunuhan itu tapi Sara berhak tahu semua yang telah terjadi dan jangan sampai Sara tahu hal ini dari orang lain.
Beberapa hari kemudian arak-arakan Raja Naren datang. Masyarakat menambutnya dengan sorak sorai kemenangan namun semua prajurit tertunduk dan tidak menyambut senyuman dari masyarakat. Masyarakat yang melihat tertegun menyaksikan prajurit yang tidak menunjukkan kesenangannya sama sekali, masyarakat mulai paham setelah ia melihat sebuah peti yang diarah 2 kuda. Masyarakat hanya melihat ke 4 pangeran tanpa kehadiran Raja. Merekapun langsung berlutut menundukkan kepala memberi penghormatan kepada mendiang Raja. Dari kamar Sara arak-arakan sangat jelas terlihat bergitupun dengan sikap semua orang yang berada disana. Sara mentap dalam arak-arakan itu dari balik kaca yang terus ia tatap untuk menunggu mereka semua. Yang dikatakan Rawnie memang benar, Sara yang jelas mengetahui Rawnie tidak mungkin berbohong tapi hal itu teralu berat untuk dipercayainya. Setidaknya ia merasa lega karena melihat Addrin dalam keadaan baik-baik saja.
Tidak lama kemudian Adia mengetuk pintu menghadap Sara untuk memberitahu semua kejadian yang telah dialami para pengeran. Lagi-lagi Sara tidak percaya dengan yang dikatakan Adia meski ia sudah mengetahui semuanya. Sara diminta turun untuk memberi penghormatan terakhir kepada sang Raja. Sara hanya menunduk dan langusng memeluk Adia. Adia membalas pelukan Nonanya dan menuntunnya untuk kebawah. Pemuka Agama berdoa untuk mengantarkan Raja. Semua orang menyaksikan pemakaman ini termasuk para bangsawan yang sudah lebih dulu mendengar kematian tentang Rajanya.
Mereka begitu khidmat mendengar ucapan pemuka Agama.
Sara menatap wajah Addrin yang bersanding dengan keempat pangeran dan juga putri Ira, ia berdiri dekat peti mati sang Raja. Sara mentap dalam sedih pangeran Addrin yang tidak menunjukkan kesedihan sama sekali diwajahnya. Wajah dinginnya semakin dingin dan semakin sulit untuk ditebak saja, padahal sebelumnya Sara mulai memahami tapi entah mengapa kejadin ini seolah membuatnya mengulang waktu. Wajah ini adalah wajah yang pertama kali ia lihat. Meski hanya Raska yang memberitahu betapa ia kehilangan tapi sangat jelas sekali wajah pangeran dan putri itu manyiratkan senuatu yang berbeda-beda.
Sedingin-dinginnya wajah Addrin, sangat jelas ia yang merasa kehilangan. Dulu ia sering menghabiskan waktu dengann sang raja bahkan ketika berburu dan tidak sengaja menginjak tanah terlarang bahkan kutukan itupun bisa datang kepadanya karena malam itu dia sedang bersama ayahnya. bahkan ketiak ia mendapat kutukan sifat ayahnya berubah merasa bersalah. Bahkan ia sedih kaena telah kehilangan martabatnya sebagai Raja karena membiarkan rakyatnya menderita akibat penjajahan dari negeri lain. Kalau bukan karena Addrin yang memaksa untuk merebut kembali tanah itu. raja tidak mungkin setuju untuk menyetujui peperangan. Addrin kembali merasa bersalah karena sifatnya. Jika ketika itu tidak mengusulkan hal ini pasti tidak akan terjadi. Ia tetap menahan semuanya meski ia ingin berteriak dan mengadu kepada langit.
Addrin terus menerus berdiam diri didalam kamar apa yang dilihat sara ketika itu bukanlah imajinasinya, karena Addrin kini benar-benar menjauhi dan tidak ada yang bisa mendekatinya. Ia menutup diri didalam kamar disaat kursi kerajaan sedang kosong. Addrin yang seharusnya menggantikan ayahnya hanya mengurung diri. Tidak hanya masalah ayah dan rakyatnya yang ia pikirkan tapi juga Sara orang dicintainya terus menunggunya didepan kamarnya hampir setiap hari menunggunya keluar dari kamar, sesekali ia mendengar suaranya dan mengetuk pintu kamarnya, hanya ia seorang yang melakukan hal itu, entah kemana tunangannya yang lain bahkan Misha tidak sekalipun menemuinya. Addrin semakin berat, ia tidak tahu bagaimana harus menjauhinya.
“Sara, kau kembalilah kekamarmu” ujar Raska sedih melihat wanita yang dicintainnya berdiam diri terus didean kamar kakaknya. Meski ia sadar siapa dirinya tapi rasa ini sulit untuk disembunyikan bertapa skaitnya melihat sara terus melakukan hal ini setap hari. Raska tidak tahu jika Sara benar-benar mencintai sang kakak.
Sara duduk dengan wajahnya yang terus menunduk karena terlalu lelah. “Tapi Addrin tdak pernah keluar, apa yangharuss aku lakukan?”
Sara menangis dan menangis lagi, Raska tidak kuasa dan memeluknya. “Kak Addrin pasti akan baik-baik saja. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Kau tidka peru bersedihh ataupun gelisah. Ia pasti akan baik-baik saja” Raska terus menekankan kepada sara. “Kau harus bangun dan beristirahatlah.
“Aku tidak bisa beristirahat dengan tenang, aku belum melihatnya semenjak pemakaman itu” Sara ttidak hentinya menangis, matanya bengkak dan tuuhnya mulai kurus. Sara bersedia melakukan hal ini disaat kerajaan sedang sibuk dengan desas-desus.
Raska menyuruh Adia untuk membawa Sara kekamarnya. Sebelumnya Adia sudah melakukan hal itu tapi Sara terus menolak ajakannya, karenanya ia rela duduk dan tidur disini menemani sang Nona. Raska membantu Sara untuk bangun, Sara yang lemas karena tidak makan berhari-hari tidak mepunyai tenaga untuk berdiri, iapun terjatuh pingsan di pelukan Raska. Raska semakin bersedih, ia mengecup kening Sara yang sangat menyedihkan, iapun membawanya kekamar Sara. Raska terus merutuk karena sifar Sara yang sangat bodoh melakukan hal ini. dibanding dengan pangeran lain dan anggota kerjaan lainnya hanya Raska satu-satunya pangeran yang bekerja dibalik bayangan istana. Ia mengetehui semua seluk beluk kerajannya, karena itujuga ia bsia menebak apa yang terjadi dengan pangeran Addrin.
Sejauh yang ia tahu Addrin bukanlah orang bodoh. Ia orang yang menyimpan segala Sesuatu dalam diamnya, ia tidak mungkin berdiam diri seperti ini setelah ia mengetahui semua yang terjadi dikerajaan ini. Selain ayah dan Addrin, hanya Raska yang mengetahui kutukan itu, meski tidak mudah mendapatkannya tapi mungkin ini jalan satu-satunya yang diambil kakaknya. Dibanding kakak kandungnya Leo, Raska lebih setuju dengan Addrin yang memegang kuasa atas kerajaan ini meskijelas Addrin adalah Putra Mahkota tapi lebih jelas lagi jika Leo yang menginginkan tahtanya.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU