Loading...
Logo TinLit
Read Story - TeKaPe (Tentang Kayla dan Pengintai)
MENU
About Us  

BRUUUUKKKKK....

"Aaaaaaaa..."

Suara benturan itu terdengar jelas sekali disusul beberapa teriakan orang. Aku yang sedang asyik nongkrong di kantin kampus, langsung saja bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke arah suara benturan dan teriakan orang tadi karena rasa penasaran.

Shock, Panik, Kaget..

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresi ku saat ini. Bayangkan saja, saat aku tiba di lokasi kejadian yang tak jauh dari kantin kampus, kami dihadapkan dengan seorang mahasiswi yang sudah bersimbah darah di depan fakultas kedokteran. Sudah banyak orang yang mengelilinginya, orang-orang ini pasti yang berteriak tadi. Terlihat dari raut wajah mereka yang masih shock dan ada sebagian yang menutup mulut mereka.

Satpam kampus dan dosen baru saja tiba. Pak Indra, dosen bahasa indonesia, langsung bergerak cepat dengan menelpon ambulans dan polisi. Samar aku mendengar percakapannya di telepon karena aku tak berada jauh dari Pak Indra.

Satpam dan dosen yang lainnya segera menghalangi kami untuk mendekat dan melihat mahasiswi itu. Jangan sampai TKP rusak. Biar ini menjadi urusan polisi, begitu kata mereka.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Pak Indra entah pada siapa. Sepertinya Ia sudah selesai menelpon.

"Dia jatuh, Pak." ujar salah satu mahasiswi.

Mendengar itu, Pak Indra langsung memfokuskan perhatiannya pada mahasiswi yang menjawab pertanyaannya tersebut.

"Coba ceritakan kejadiannya dari awal." perintah Pak Indra.

"Saya dan ketiga teman saya sedang duduk di depan fakultas kedokteran, sekedar nongkrong di jam kosong sambil menunggu mata kuliah berikutnya. Tiba-tiba saja dia jatuh dari lantai atas, entah lantai berapa, Ia jatuh tepat di hadapan kami. Kami yang kaget langsung saja berteriak kencang, apalagi saat melihat dia mengeluarkan banyak darah." jelas mahasiswi itu. Terlihat dari raut wajahnya, Ia masih sangat shock dengan kejadian barusan.

Wah, tentu saja. Aku pasti juga sangat shock jika berada di posisi dia dan teman-temannya. Seseorang jatuh tepat di hadapanmu dari lantai atas. Bayangkan, tepat di hadapanmu. Aku bahkan tak sanggup untuk membayangkannya.

"Sepertinya bunuh diri, Pak." ujar salah satu mahasiswa.

"Bunuh diri?" tanya Pak Indra mencoba memperjelas pendengarannya, barangkali Ia salah dengar.

"Iya, Pak. Saya tadi duduk gak jauh dari fakultas kedokteran. Iseng-iseng ngeliat keatas, tapi ada satu orang yang menarik perhatian saya. Gelagatnya agak aneh, seperti orang mabuk, kepalanya geleng-geleng terus, sampai tiba-tiba dia langsung jatuh. Saya yang melihat itu kaget juga, Pak." jelas mahasiswa itu.

Pak Indra yang mendengar penjelasan itu hanya terdiam sembari memegang dagunya yang ditumbuhi janggut tipis. Mungkin Ia sedang memikirkan penjelasan mahasiswa tadi.

Bunuh diri? Sungguh kasus yang tak biasa.

***

Namaku Gilang Gunawan. Lebih akrab disapa Gilang. Aku adalah mahasiswa jurusan Sistem Informasi yang saat ini masih duduk di semester 5.

Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat orang yang bunuh diri. Bukan hal yang patut dibanggakan sih, malah hal itu terkesan mengerikan.

Kasus bunuh diri yang baru saja terjadi ini langsung membuat heboh seisi kampus. Apalagi setelah mayat mahasiswi tersebut dibawa dengan ambulans dan pihak kepolisian datang untuk memeriksa TKP. Area halaman fakultas kedokteran diberi garis polisi hingga tak sembarang orang boleh masuk.

Namanya Kayla Maharani, mahasiswi jurusan hukum semester 3. Masih menjadi pertanyaan, bagaimana Kayla yang notabene-nya merupakan mahasiswi jurusan hukum, memilih untuk melakukan bunuh diri di fakultas kedokteran.

Dari sini, banyak desas-desus bermunculan di kampus. Ada yang mengatakan bahwa Dia ingin masuk ke fakultas kedokteran, namun karena tak diizinkan orang tua nya yang ingin anaknya masuk jurusan hukum, Kayla pun frustrasi dan akhirnya memilih untuk bunuh diri. Bisa jadi kejadiannya begitu.

Ada juga yang mengatakan bahwa Ia mungkin tak sengaja terjatuh dari lantai 4. Hal ini diperkuat dengan adanya keterangan saksi, Hendra, mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang sempat melihat gelagat Kayla yang sedikit aneh, mabuk dan sempoyongan sebelum Ia terjatuh. Hmm.. Kalau yang ini agak masuk akal sih, tapi yang jadi pertanyaan, apa yang dilakukan Kayla di fakultas kedokteran?

Ada satu lagi desas-desus yang mengatakan bahwa Kayla sebenarnya tidak bunuh diri, melainkan dibunuh. Dan tersangkanya bisa jadi adalah salah satu mahasiswa kedokteran. Wah, kalau yang ini sih aku gak bisa komentar apa-apa.

Pihak kepolisian bahkan belum memberikan keterangan apapun terkait kematian Kayla. Pihak keluarganya masih berduka di rumah sakit karena kematian Kayla yang tiba-tiba. Menurut keluarganya, tidak ada yang aneh dari Kayla belakangan ini. Semuanya tampak normal. Tentu saja kematiannya yang sementara ini masih dikatakan sebagai bunuh diri tak dapat diterima oleh keluarganya.

Yah.. Apapun itu, aku hanya bisa berharap kasus ini bisa segera menemukan titik terang dan Kayla bisa tenang disana.

***

Sudah 2 hari berlalu, kasus kematian Kayla masih menjadi misteri. Pihak kepolisian mengatakan bahwa mungkin Kayla tak sengaja terjatuh dari lantai 4. Ya, itu masih dugaan sementara. Namun pihak keluarga Kayla meyakini bahwa Kayla meninggal karena dibunuh. Mereka yakin ada yang sengaja mendorong Kayla dari lantai 4 hingga meninggal. Apalagi tak ditemukan tanda-tanda bahwa Kayla bunuh diri.

Untuk itu, pihak kepolisian menyarankan agar jasad Kayla di autopsi, namun pihak keluarganya tak menginginkan hal itu. Mereka ingin kasus kematian Kayla segera diselesaikan tanpa perlu di autopsi. Hhh.. Sungguh memusingkan.

Tapi entah kenapa, aku percaya pada pernyataan yang diberikan oleh pihak kepolisian yang menyatakan bahwa Kayla mungkin saja tak sengaja terjatuh dari lantai 4. Tapi yang masih mengundang tanya di benakku, apa hal yang membuat Kayla terlihat sempoyongan dan agak mabuk, dan apa yang dilakukannya di fakultas kedokteran? Tentu saja hal ini masih belum ada jawabannya.

"Gilang." aku pun menoleh kebelakang saat mendengar ada yang memanggil namaku. Benar saja, itu Rara, teman SMA ku. Aku sangat mengenal suaranya. Oh ya, dia ini adalah salah satu mahasiswi di fakultas kedokteran, semester 5. Kami dulu berasal dari SMA yang sama dan kelas yang sama juga di jurusan IPA. Rara ini sangat pintar di sekolah. Selepas SMA, dia mengambil jurusan kedokteran, sedangkan aku banting setir ke jurusan Sistem Informasi.

"Dicariin dari tadi juga. Chat aku bahkan gak di balas." protes Rara saat Ia sudah sampai di depanku. Kami sedang berada di kantin saat ini. Aku memang suka nongkrong sendirian.

"Sorry, handphone nya mode silent. Jadi gak tau ada chat masuk." jawabku sambil melihat handphone dan segera mengubah mode silent jadi suara. Aku pun menyimpan handphone ku kembali kedalam saku celana dan segera memfokuskan perhatianku pada Rara.

"Emang ada apaan?" tanyaku.

"Ini tentang Kayla." jawab Rara serius dengan suara yang sedikit pelan.

"Kayla yang bunuh diri itu?" tanyaku mencoba memastikan.

Rara pun mengangguk. Ia lalu mengeluarkan handphone nya dari tas, mengutak-atiknya sebentar, lalu memberikan handphone nya padaku. Aku pun mengambil handphone Rara dan melihat hal yang ingin ditunjukkan Rara padaku. Ternyata sebuah E-mail.

`Jika aku adalah yang pertama, pasti akan ada yang kedua, lalu yang ketiga, dan seterusnya. Hanya untuk mahasiswi di fakultas kedokteran, bersiap-siaplah! Aku mati karena kalian. Bisa jadi kalian yang selanjutnya.`

Aku sedikit bingung saat membaca email ini. Apa ini sebuah ancaman? Aku pun melihat siapa yang mengirim email tidak jelas seperti ini.

Kaylamaharani01@gmail.com

Aku melotot dan kaget saat melihat alamat pengirimnya. Aku langsung melihat tanggal pengiriman email ini untuk memastikan.

Tadi pagi? Astaga! Bagaimana bisa? Bukannya Kayla sudah meninggal?

Aku langsung mengembalikan handphone Rara pada pemiliknya. Aku melihat raut wajah Rara yang tenang seperti biasanya. Bagaimana bisa Rara setenang ini setelah mendapat email yang bernada ancaman?

"Kamu gak takut dapat email ginian?" tanyaku.

"Awalnya sih takut. Tapi setelah aku pikir lagi, kayaknya ini cuma kerjaan orang iseng deh, Lang. Coba pikir, mana ada sih orang yang udah meninggal dan udah dikebumikan bisa ngirim email. Pasti ini cuma kerjaan orang iseng yang buat akun pake nama Kayla, atau ada orang yang hack akun Kayla dan ngirim pesan ginian." ujar Rara yakin.

Aku hanya manggut-manggut mendengar pendapatnya. Ya, bisa jadi sih apa yang dibilang Rara itu benar. Tapi tetap aja, seperti ada yang janggal.

"Kamu kenal Kayla?" tanyaku mencoba memastikan.

"Nah, itu dia, Lang. Aku bahkan gak kenal dan gak pernah temenan sama Kayla. Tau orangnya aja pas dia udah meninggal gini. Tapi kok, aku bisa dapat email kayak gini ya?"

Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya. Benar dugaanku, ada yang gak beres disini. Kenapa Rara bisa dapat pesan ancaman seperti ini? Kenapa cuma mahasiswi fakultas kedokteran yang ditargetkan? Ada yang aneh dengan kematian Kayla. Tapi apa?

***

Sepulang kuliah, aku langsung mengutak-atik komputer ku untuk melacak pengirim email iseng itu. Rara yang mengetahui rencanaku, memaksa ikut ke kost-an ku. Jadilah kami berdua disini duduk didepan komputer untuk melacak email itu.

Tak butuh waktu lama, email iseng itu sudah berhasil kulacak. IP Address nya berasal dari rumah Kayla. Alamat email nya juga memang milik Kayla.

Apa mungkin ada salah satu kerabat Kayla yang menggunakan akun Kayla untuk mengirim pesan ancaman ini? Tapi apa tujuannya?

"Mungkin gak sih, Lang. Keluarganya Kayla gak terima kalo Kayla bunuh diri dan tetap keukeuh sama pendapat mereka yang menyatakan kalo Kayla itu dibunuh. Pasti mereka berpendapat kalo pembunuhnya itu adalah salah satu dari mahasiswi kedokteran karena Kayla meninggal di fakultas kedokteran. Coba liat deh, isi pesannya. 'Hanya untuk mahasiswi di fakultas kedokteran'. Berarti cuma mahasiswi di fakultas kedokteran yang ditargetkan dalam pesan itu." jelas Rara mengemukakan pendapatnya.

"Ada benarnya juga sih. Berarti setiap orang dari fakultas kedokteran yang kenal ataupun gak sama Kayla tetap dapat pesan ancaman ini." jelasku lagi.

Rara hanya manggut-manggut.

"Kalo dalam pesan itu ditulis 'Mahasiswi', berarti cuma anak cewek dong yang dapat pesan ini." tebakku lagi.

Rara baru saja ingin membalas perkataanku, namun terpotong dengan chat yang masuk di handphone Rara. Rara pun lebih memilih untuk melihat chat yang baru saja masuk itu. Aku pun hanya memperhatikannya.

Terlihat dari raut wajahnya, Rara tampak shock setelah membaca chat yang masuk itu. Ia pun langsung meletakkan kembali handphone nya di atas meja.

"Benar, Lang. Semua teman cewek yang aku kenal di fakultas kedokteran dapat email ancaman itu. Tapi, Lang. Ada yang aneh. Kalo kerabat nya Kayla yang ngelakuin ini dan menganggap pembunuh Kayla ada di fakultas kedokteran, kenapa cuma cewek aja yang dicurigai? Kenapa cuma cewek yang dapat ancaman kayak gini? Apa ada alasan tertentu?" tanya Rara.

Aku pun hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Karena aku tak tau jawabannya. Jujur saja, kenapa kasus ini menjadi demikian rumit?

***

Aku dan Rara sepakat untuk melaporkan kejadian ini pada pihak kepolisian yang menangani kasus Kayla. Aku juga sudah menyelidiki email yang diterima oleh semua mahasiswi kedokteran. Isi pesan dan pengirimnya sama. Hanya saja, email itu tidak terkirim secara serentak, melainkan ada jeda waktu 1 menit antara email yang satu dengan yang lainnya.

Ya, tinggal menunggu kabar dari pihak kepolisian. Mereka bilang, akan segera menyelesaikan kasus kematian Kayla secepatnya dan meminta kami untuk bekerja sama. Aku dan Rara tak keberatan dengan hal itu.

Pulang dari kantor polisi, aku mengantarkan Rara ke kost nya. Hari juga sudah sore. Namun aku merasa aneh saat tiba di kost Rara. Seperti ada yang mengawasi gerak-gerik kami. Aku melihat ke sekeliling, namun tak menjumpai siapa-siapa.

"Ra, nanti kalo ada apa-apa, telpon aku aja." pintaku langsung.

"Iya, Lang. Kalo gitu, aku masuk ya. Kamu hati-hati pulangnya."

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan segera pergi dari kost Rara setelah Ia menutup pintu. Jujur saja, perasaanku tidak enak. Aku khawatir terjadi sesuatu pada Rara.

***

Dering telpon itu membangunkanku dari tidur lelapku. Hhh.. Siapa sih yang nelpon tengah malam begini? Gak tau ya, kalo jam segini itu waktunya orang-orang untuk tidur.

Aku bangkit dari tempat tidurku, namun dering telpon itu sudah berhenti. Aku melirik jam, ternyata masih jam 2 pagi. Siapa sih orang iseng yang nelpon jam segini? Gerutuku.

Aku pun langsung merebahkan diri ke tempat tidur untuk melanjutkan tidurku yang tertunda tanpa ada niat untuk melihat siapa orang iseng yang menelponku. Besok pagi aja aku lihat. Begitu pikirku.

Baru saja aku ingin terlelap lagi, dering telpon itu berbunyi lagi. Aku pun langsung bangkit dan bergegas mengambil handphone di atas meja belajar. Ingin memaki siapapun yang menelponku di jam tidurku ini.

Namun niat itu urung kulakukan saat melihat nama penelponnya.

Rara

Aku langsung mengangkat telpon itu. Rasa khawatir langsung menderaku.

"Halo" ucapku.

"Gilang, tolong, Lang. Aku takut." isak Rara di seberang sana.

"Tenang, Ra. Tenang. Aku kesana sekarang. Jangan matiin telponnya." aku langsung bergegas mengambil jaket dan keluar menuju kost Rara. Untung saja, jarak kost kami tidak terlalu jauh. Apalagi dengan mengendarai motor, lebih cepat sampai.

Beberapa menit kemudian, aku sudah tiba di kost Rara. Langsung saja aku turun dari motor dan berlari menuju kamar kost Rara. Tepat saat aku turun dari motor, aku melihat bayangan gelap yang juga berlari menjauhi kamar kost Rara. Mungkin Ia berlari karena mendengar suara motorku. Namun aku tak mengejar dia dan lebih memilih menuju kamar kost Rara. Kondisi Rara saat ini yang lebih penting bagiku. Aku khawatir terjadi sesuatu.

"Ra, aku udah di depan kamar kost kamu ini. Kamu gak apa-apa kan? Kamu baik-baik aja kan?" tanyaku di telpon yang belum mati dari tadi.

Tak ada jawaban. Namun aku mendengar suara langkah kaki di dalam kamar kost nya dan suara kunci pintu yang dibuka. Setelahnya, wajah Rara pun muncul. Ia langsung memelukku.

"Gilang, aku takut." isak Rara. Bahunya berguncang, Ia menangis. Sepertinya Ia sangat ketakutan. Aku pun membalas pelukannya dan membelai lembut kepalanya, mencoba untuk menenangkan dia.

Cukup lama kami berada dalam posisi itu. Setelah Rara sudah mulai tenang, aku pun melepas pelukannya dan mencoba bertanya secara pelan kejadian yang baru saja menimpanya.

"Ra, sebenarnya ada apa?" tanyaku.

"Tadi aku masih ngerjain tugas, Lang. Belum kelar. Terus tiba-tiba, ada email masuk." Rara langsung memberikan handphone nya padaku dan menunjukkan email yang tadi diterimanya.

`Jangan coba-coba mencari informasi tentang kematianku. Atau kamu yang jadi target selanjutnya.`

Ini benar-benar pesan ancaman. Pikirku. Kenapa keluarga Kayla melakukan hal ini? Apa mereka gak terima kalau Kayla udah meninggal? Aku pun mencoba melihat nama pengirimnya untuk memastikan.

Maharanikayla1312@gmail.com

Ada yang aneh. Email nya berbeda dengan yang kemarin. Apa ini pesan ancaman dari orang lain? Atau orang yang sama yang memakai akun yang berbeda? Siapa yang mengirim ini?

Selagi aku berpikir, Rara melanjutkan perkataannya.

"Gak lama setelah aku nerima email ini, ada yang ngetuk-ngetuk pintu kamar aku, Lang. Pelan, tapi berulang-ulang terus. Aku takut, karena gak mungkin ada tamu yang datang jam segini. Saking takutnya, aku langsung nelpon kamu. Terus, gak berapa lama dia ngetuk-ngetuk pintu kamar aku, dia nyoba buat buka kunci kamar aku dari luar. Aku makin ketakutan. Terus kamu datang." jelas Rara.

Mendengar penjelasannya, aku bersyukur datang pada saat yang tepat. Oh ya, orang yang lari tadi, pasti dia pelakunya. Tapi aku gak lihat siapa dia, karena terlalu gelap.

"Oke, kamu tenang ya. Sekarang gini aja, kamu nginap di kost teman kamu yang cewek. Biar kamu gak sendirian." saranku.

Rara pun mengangguk tanda menyetujui perkataanku. Ia pun meminta kembali handphone nya untuk menghubungi beberapa temannya yang bisa Ia mintai tolong.

Tak berapa lama, Rara pun selesai menelpon.

"Udah, Lang. Aku bakal nginap tempat Tia." jelasnya.

Aku melirik jam yang ada ditanganku. Jam 03.13.

"Mau kesana sekarang?" tanyaku.

Rara pun mengangguk.

"Aku takut sendirian. Kalo kesana sekarang, nanti aku ke kampus bisa bareng Tia. Tia juga nyaranin aku berangkat ke kost nya sekarang. Dia juga khawatir kalo aku sendirian." jelas Rara.

"Kalo gitu aku antar kamu kesana."

"Aku siap-siap dulu."

Aku pun mengangguk. Rara masuk kedalam kamar kost nya dan bersiap-siap. Aku menunggunya diluar. Sembari menunggu Rara, aku masih memikirkan email yang tadi. Kira-kira siapa pengirimnya? Haruskah kulacak lagi?

***

Pulang dari mengantarkan Rara ke kost Tia, aku tidak tidur lagi. Aku langsung duduk di depan komputer ku, dan kembali melacak email yang diterima Rara tadi. Tak butuh waktu lama, aku sudah berhasil melacak IP Adreess nya. Jujur saja, aku sangat terkejut saat mengetahui darimana IP Adreess itu berasal.

Rumah Pak Indra, dosen bahasa Indonesia di kampus kami.

Astaga! Sebenarnya ada apa ini? Apa hubungannya Pak Indra dengan kasus kematian Kayla? Kenapa dia mengirim pesan ancaman itu pada Rara?

Tunggu! Kalau Pak Indra yang mengirim pesan ancaman ini, itu berarti orang yang ada di depan kamar kost Rara dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rara, itu Pak Indra?

Artinya, orang yang akhir-akhir ini mengawasi dan mengintai aku dan Rara adalah pak Indra. Apa maksudnya Ia mengintai kami seperti itu?

Aku mencoba kembali memeriksa umur email yang digunakan Pak Indra untuk mengancam Rara. Jujur saja, aku terkejut untuk yang kedua kalinya.

Umur emailnya baru 2 hari. Itu artinya, akun ini baru kemarin dibuat oleh Pak Indra. Mungkin Ia membuat akun ini memang untuk ancaman, apalagi Ia menggunakan nama Kayla pada akunnya. Tapi apa tujuannya Ia melakukan ini?

Kalau keluarga Kayla menggunakan akun asli Kayla untuk mengancam karena tak terima dengan kematian Kayla, alasannya masuk akal. Tapi Pak Indra? Ia menggunakan akun palsu yang mengatasnamakan Kayla, dan membuat pesan ancaman juga. Alasannya? Masih menjadi misteri. Aku benar-benar tidak bisa menebak apa hubungannya Pak Indra dengan kasus ini?

Benarkah dugaan keluarga Kayla yang mengatakan bahwa Kayla bukan mati karena bunuh diri, melainkan Ia dibunuh?

***

Paginya, aku baru saja tiba di kampus. Rasa kantuk menderaku. Aku tidak ada tidur lagi sampai tadi pagi. Aku terus saja berkutat di depan komputer ku karena rasa penasaranku akan kasus kematian Kayla ini.

Di depan ruang biro, aku berjumpa dengan Rara. Ia sedang bersama Tia. Saat melihatku, Ia melambaikan tangannya padaku dan tersenyum lebar. Aku membalasnya. Syukurlah, sepertinya Ia baik-baik saja. Aku tersenyum dalam hati melihat ekspresinya.

Aku terus berjalan menuju fakultasku. Sedangkan Rara berjalan menuju fakultasnya, fakultas kedokteran.

Prrraaaaakkkkkkk.....

Suara benturan itu ada lagi. Langkahku langsung terhenti dan aku menoleh kebelakang, ke arah fakultas kedokteran. Benar saja, itu suara dari pot bunga yang pecah. Sepertinya dilemparkan dari atas kebawah. Aku melihat kedekat pot bunga yang pecah itu. Ada Rara dan Tia yang tampak shock. Aku melihat keatas, mencoba mencari pelakunya.

Pak Indra.

Ia berada di lantai 3. Ia melihat kebawah, ke arah Rara dan Tia. Sekilas Ia memukul tembok pembatas di atas sana dengan tangan kanannya, lalu pergi. Sepertinya Ia kesal karena pot itu tidak mengenai target yang Ia incar.

Aku langsung menghampiri Rara untuk melihat keadaannya. Syukurlah, Ia baik-baik saja dan tidak terkena pot itu. Namun Ia dan Tia masih tampak shock. Jarak pot yang pecah dan tempat mereka berdiri cukup dekat. Kalau mereka bergerak sedikit saja, pot itu bisa saja mengenai mereka.

Ini sudah kelewat batas. Pak Indra benar-benar keterlaluan. Sepertinya Ia memang tak main-main dengan ancamannya. Nyawa Rara terancam disini. Tak ada jalan lain selain melaporkan hal ini pada pihak kepolisian.

***

Aku bersama Rara pergi ke kantor polisi. Tentu saja Rara harus ikut, karena Ia yang menjadi korban disini. Kami melaporkan setiap kejadian secara detail tanpa ada yang kami tambahi atau kurangi. Setelahnya, kami tinggal menunggu kabar dari kepolisian terkait perkembangan kasus ini. Pihak keluarga Kayla, Pak Indra, dan saksi lainnya juga akan diperiksa, termasuk Aku, Rara, dan Hendra, mahasiswa yang melihat Kayla terjatuh dari lantai 4.

Sepulangnya dari kantor polisi, aku mengantarkan Rara ke kost Tia. Ya, Ia masih menginap disana. Tak aman jika Rara sendirian. Setelah aku mengantarkan Rara, aku pun kembali ke kost ku.

Tak berapa lama aku tiba di kost ku, baru saja aku ingin berganti pakaian, tiba-tiba handphone ku berdering. Panggilan masuk dari Tia. Aku mengangkatnya dan sangat shock saat mendengar kabar dari Tia.

Rara kecelakaan.

Aku langsung melaju kencang dengan motorku menuju rumah sakit dekat kampus. Kata Tia, Rara dibawa kesana setelah mengalami kecelakaan.

Beberapa menit kemudian, aku tiba di rumah sakit dan bertemu dengan Tia di bagian administrasi.

"Gimana keadaan Rara?" tanyaku langsung pada Tia. Terus terang saja, aku sangat khawatir.

"Rara udah diperiksa, Lang. Tapi masih belum sadar." jelas Tia. Setelah Ia menyelesaikan urusan administrasi Rara, Tia pun mengajakku ke kamar tempat Rara dirawat. Aku hanya mengikutinya.

"Gimana kejadiannya?" tanyaku lagi. Firasatku mengatakan, kecelakaan yang menimpa Rara pasti ada hubungannya dengan Pak Indra.

"Tadi waktu baru sampe di kost, aku minta temenin Rara ke minimarket dekat kost. Kita jalan kaki kesana. Tapi pas lagi nyebrang, aku jalan didepan, Rara di belakang. Disitu kecelakaan terjadi. Rara ditabrak sama sepeda motor. Pengendara motornya kabur, dan aku langsung bawa Rara ke rumah sakit. Aku udah panik banget. Tapi kata dokter, kondisi Rara gak terlalu parah." jelas Tia panjang lebar.

"Kamu liat gak ciri-ciri pengendara motornya gimana?" tanyaku lagi.

"Aku gak yakin sih. Soalnya perhatianku cuma ke Rara. Tapi seingat aku sih, itu motor warna hitam. Pengendaranya pake jaket kulit hitam, celana hitam, dan helm full face warna hitam. Pokoknya semua serba hitam deh."

Aku hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Tia. Ya, belum terbukti kalau pengendara motor itu adalah Pak Indra. Yang terpenting sekarang adalah kondisi Rara.

Aku dan Tia masuk kedalam kamar rawat Rara untuk melihat keadaannya. Kami hanya duduk disana dalam diam menunggu Rara siuman. Aku melihat Rara terbaring di tempat tidur dengan perban di kepalanya. Rasanya hatiku sakit melihat keadaan Rara seperti ini.

Tak berapa lama, aku melihat jari-jari tangan Rara bergerak. Matanya perlahan terbuka. Tia segera keluar untuk memanggil dokter.

Rara sudah sadar.

***

3 hari berlalu, kasus kematian Kayla sudah menemukan titik terang. Penyebab kematiannya adalah terjatuh dari lantai 4 tempat Ia berdiri. Dengan kata lain, Kayla tak sengaja terjatuh tanpa ada niat bunuh diri ataupun dibunuh.

Pihak keluarga Kayla juga sudah menerima kenyataan bahwa anaknya sudah meninggal. Dugaan mereka yang menyatakan bahwa Kayla tidak bunuh diri itu memang benar. Namun, dugaan mereka yang meyakini bahwa Kayla dibunuh, itu salah besar.

Karena pada dasarnya, sebelum Kayla meninggal, Ia tetap beraktivitas seperti biasanya dan hidupnya juga berjalan normal. Tak ada tanda-tanda juga bahwa Kayla akan melakukan bunuh diri.

Pesan ancaman yang dikirim oleh akun kaylamaharani01@gmail.com itu ternyata memang dikirim oleh pihak keluarga Kayla. Abangnya adalah pelakunya. Awalnya Ia ingin menggunakan laptop sang adik sekaligus melihat foto-foto kenangan mereka yang ada di laptop Kayla. Ia masih tak menyangka adik kesayangannya bisa meninggalkannya secepat itu.

Saat membuka laptop, ternyata seluruh akun sosial media Kayla masih aktif, termasuk email. Kayla memang tidak me-logout semua akunnya agar tidak repot. Saat itulah muncul ide untuk mengirimkan pesan ancaman itu.

Email seluruh mahasiswi kedokteran Ia dapatkan dengan mudah dari sepupunya yang seorang hacker. Tentu saja itu bukan hal yang sulit baginya.

Alasannya Ia melakukan itu, karena Ia yakin bahwa adiknya bukan bunuh diri, melainkan dibunuh. Jadi pesan ancaman itu dibuat agar pihak kepolisian segera menyelesaikan kasus kematian adiknya, dan menemukan pembunuhnya. Namun, kenapa cuma mahasiswi kedokteran yang dicurigai?

Karena Ia yakin, bahwa pelakunya pasti perempuan karena adiknya tidak pernah berpacaran apalagi berhubungan dengan laki-laki. Paling dekat hanya berteman biasa. Abangnya mencurigai orang-orang di fakultas kedokteran karena adiknya meninggal disana. Jadi Ia yakin pelakunya pasti berasal dari fakultas kedokteran.

Intinya, Ia membuat pesan ancaman itu agar pihak kepolisian segera menyelesaikan kasus kematian adiknya tanpa ada niat untuk melaksanakan ancaman itu. Tapi tetap saja, Ia akan mendapat hukuman karena sudah menyebarkan pesan yang bersifat ancaman.

Hubungan kematian Kayla dengan Pak Indra? Ternyata Pak Indra adalah ayah biologis Kayla. Kayla merupakan anak dari perselingkuhan antara Pak Indra dengan Ibu Kayla. Hal ini juga baru diketahui Kayla sesaat sebelum kematiannya.

Saat itu, Kayla sedang mencari keberadaan Pak Indra, dosen bahasa Indonesia untuk membicarakan SKS. Saat Ia diberitahu mengenai keberadaan Pak Indra yang ada di fakultas kedokteran, Kayla pun mendatanginya kesana.

Namun tanpa sengaja, Kayla mendengar pembicaraan Pak Indra di telpon dengan Ibunya. Cukup lama mereka berbicara di telpon, hingga Kayla yakin, bahwa dirinya lah yang dibicarakan itu. Ia tak menyangka bahwa ternyata dirinya merupakan anak dari hasil perselingkuhan Ibunya dengan Pak Indra. Tentu saja Kayla shock menerima kenyataan tersebut.

Pak Indra menyadari keberadaan Kayla dan mencoba untuk menjelaskan pada Kayla. Menurut pengakuan Pak Indra saat diinterogasi, Kayla tak bisa menerima kenyataan bahwa Ia adalah anak dari hasil perselingkuhan. Saat Pak Indra memanggil namanya, Kayla berlari ke lantai 4.

Di lantai 4, Kayla menelpon Ibunya untuk meminta penjelasan. Mendengar sendiri kenyataan yang sebenarnya dari Ibunya, membuat Kayla semakin shock. Ia kuat-kuat menggeleng-gelengkan kepalanya berharap itu adalah kebohongan belaka. Seperti yang dilihat oleh Hendra, Kayla sempat menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum terjatuh.

Saat itu, Pak Indra berlari menyusul Kayla di lantai 4. Namun, saat Ia hendak ke lantai 4, Ia melihat Rara yang baru saja turun menuju lantai dasar. Pak Indra saat itu terus naik dan menemukan Kayla berdiri di tepi balkon. Pak Indra langsung memanggil nama Kayla. Namun Kayla yang masih shock dan tak ingin bertemu dengan Pak Indra, mencoba mundur dan ke arah tepi balkon, namun Ia malah melewati tembok pembatas balkon dan kehilangan keseimbangan yang menyebabkan Ia terjatuh dari lantai 4.

Dari rekaman cctv juga terlihat seperti itu. Awalnya, polisi mengira Kayla tak sengaja terjatuh dan Pak Indra mencoba untuk menyelamatkannya. Namun kenyataannya, ya tak beda jauh lah. Dugaan polisi hampir 100% benar.

Lantas, kenapa Rara juga jadi terlibat dalam kasus ini dan Pak Indra mengancamnya?

Alasannya, Pak Indra berasumsi bahwa Rara menyaksikan kejadian yang menyatakan bahwa Kayla adalah anak hasil perselingkuhan Ibu Kayla dan dirinya. Takut Rara akan membeberkan rahasia itu pada pihak kepolisian yang menyebabkan terbongkarnya rahasia perselingkuhan itu, maka dari itu, Pak Indra mengancam Rara.

Ia juga mengaku, email ancaman yang Ia kirimkan pada Rara itu terinspirasi dari email ancaman sebelumnya yang diterima oleh seluruh mahasiswi kedokteran.

Namun kenyataannya, Rara sama sekali tidak mengetahui soal pembicaraan itu dan kejadian Pak Indra yang berlari menyusul Kayla. Ia mengungkapkan fakta itu saat diinterogasi oleh pihak kepolisian di rumah sakit. Ya, Ia masih dirawat pasca kecelakaan hari itu.

Perselingkuhan itu juga yang menjadi alasan Pak Indra dan Ibu Kayla tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada pihak kepolisian. Dan membiarkan kasus kematian Kayla tetap menjadi misteri.

Tapi yang namanya kebohongan, suatu hari pasti akan terbongkar juga. Ibarat bangkai, disembunyikan berhari-hari pun, pasti suatu hari baunya akan tercium juga. Seperti itu.

Mengenai kecelakaan Rara, Pak Indra juga mengaku bahwa Ia sengaja menabrak Rara. Ada cctv juga sebagai bukti, dan sepeda motor yang digunakan juga memang milik Pak Indra.

Pada akhirnya, misteri kematian Kayla terbongkar sudah. Pak Indra saat ini masih diadili karena perbuatan tidak menyenangkan seperti ancaman dan percobaan pembunuhan. Begitupun dengan abang Kayla yang terjerat kasus perbuatan tidak menyenangkan dan kejahatan dunia siber karena email ancamannya itu.

Bertepatan dengan hari pengadilan Pak Indra, aku menjemput Rara di rumah sakit. Hari ini dia sudah boleh pulang. Mungkin setelah ini, aku juga bisa mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya pada Rara. Ya, perasaan suka yang lebih dari teman. Akankah dia juga merasakan hal yang sama?

- The End -

Tags: tlwc19

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dia Mengincarku
348      243     1     
Short Story
Cuaca hari ini sangat cerah, langit tidak lagi gelap seperti hari-hari sebelumnya, mungkin ini sudah tiba waktunya musim panas akan segera datang untuk menggantikan musim hujan. Dan sudah waktunya juga aku harus berangkat untuk mencari bahan berita yang menarik, yapp aku saat ini bekerja sebagai seorang reporter di sebuah stasiun berita swasta, dimana tugasku ini, yaitu mencari suatu peristiwa ya...
Good Art of Playing Feeling
409      303     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
Sisi Lain Tentang Cinta
791      444     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
IDENTITAS
709      484     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Praha
309      190     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
RUMAH ITU
510      300     0     
Short Story
Seorang laki-laki memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan pergi sejauh mungkin, saat di perjalanan, dia menumui seseorang dan pergi ke hutan. Beberapa hari kemudian, kejadian aneh mulai terjadi, apakah dia akan selamat atau tidak?
Story of Rein
329      222     1     
Short Story
#31 in abg (07 Mei 2019) #60 in lifestory (07 Mei 2019) Mengisahkan sosok anak perempuan yang kehilangan arah hidupnya. Setelah ia kehilangan ayah dan hartanya, gadis bernama Reinar Lani ini mengalkulasikan arti namanya dengan hidup yang sedang ia jalani sekarang. Bunda adalah sosok paling berharga baginya. Rein menjadi anak yang pendiam bahkan ia selalu di sebut 'si anak Bisu' karena ia me...
THE STORY OF THE RAIN, IT’S YOU
859      510     7     
Short Story
Setelah sepuluh tahun Mia pulang ke kampung halamannya untuk mengunjungi makam neneknya yang tidak dia hadiri beberapa waktu yang lalu, namun saat dia datang ke kampung halamannya beberapa kejadian aneh membuatnya bernostalgia dan menyadari bahwa dia mempunyai kelebihan untuk melihat kematian orang-orang.
My Halloween Girl
1060      581     4     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
WALK AMONG THE DARK
816      454     8     
Short Story
Lidya mungkin terlihat seperti gadis remaja biasa. Berangkat ke sekolah dan pulang ketika senja adalah kegiatannya sehari-hari. Namun ternyata, sebuah pekerjaan kelam menantinya ketika malam tiba. Ialah salah satu pelaku dari kasus menghilangnya para anak yatim di kota X. Sembari menahan rasa sakit dan perasaan berdosa, ia mulai tenggelam ke dalam kegelapan, menunggu sebuah cahaya datang untuk me...