"Cinta sejati adalah penemu buku diary"
Dunia ini tak memuaskan bagimu jika langkah dan gerakmu terbatas. Sampai juga pada satu titik pemberhentian. Segala tentang hidup dan impian seolah mimpi yang hilang dalam kesadaran. Di dalam malam dan siang. Terlanjur.
"Hari Pertama diperpustakaan"lembaran pertama itu menarik tangan Habib untuk lanjut kehalaman berikutnya.
Setiap hari aku ingin keperpustakaan. Tapi petugas memarahiku jika datang terlalu pagi dan pulang paling terakhir. Aku disuruh membangun perpustakaan sendiri biar bisa dibuka dan ditutup sesuka hati. Tapi tak ada money. He he kasihan ya Aku!
Hari ini aku membaca buku mata pelajaran dan novel, tapi aku ngak memiliki bakat menulis seperti NH Dini, Asma Nadia, aku hanya ingin bercerita dan melepas segala sesak tentang betapa susahnya hidup ini. Cukup untuk hari ini.
"Dasar,... "Habib menutup bagian pertama dan kembali melankangkah menuju rak buku berikutnya.
"Ini untukmu"Habib melihat buku diary yang dipegangnya kini didepanya.Seorang perempuan dengan rambut panjang menutupi sebagian wajahnya. Diam dan menundukkan wajah.
"Ini bukan milik saya"Habib kembali mencari buku kerak lain dan bergegas kemeja peminjaman agar perempuan tadi tak mengikutinya.
"Selamat gue"ucap Habib lega. Dia membuka tas bewarna coklat dan buku diary tadi ada didalamnya.
Berlari menaiki tangga dan kembali meletakkan buku tadi kerak semula.Pulang.
Malam itu diluar hujan yang terdengar sesekali kuncing bersuara.Habib masih duduk dimeja belajarnya menghabiskan bacaan Novel Horor 13.Kata-kata yang mencengkam suasana adalah Sekarang lihat, aku menunggumu dikolong tempat tidurmu. Habib melihat kolong tempat tidurnya yang gelap.
Semua buku itu keluar dari tas Habib, diary itu membuatnya semakin takut. Tapi rasa penaran kembali membawa Habib untuk kembali membaca sambungan tadi.
Hari kedua, Aku bertemu dengan seorang laki-laki yang rajin keperpustakaan. Aku sering meliriknya dari jauh. Setiap hari aku mengikutinya.
"Sepertiku"yakin Habib.
Hari ketiga, Aku sudah nyaman diperpustakaan bahkan sampai bersembunyi di ruang baca dan bermalam disana. Hampir setiap hari karena seseorang yang ingin aku lihat tidak ke perpustakaan pusat, mungkin dia diperpustakaan lain. Aku masih menunggunya dan kusediakan minum dan makanan ringan menunggunya.
"Aneh"Komentar Habib.
Hari keempat, sepulang kuliah aku mampir diperpustakaan. Aku melihat pintu masuk dan menemukan seseorang yang belum berani kutanya namanya saat itu. Aku ingin menjadi rekanmu. Tanpa komentar Habib membacanya.
Hari Kelima, Disini semuanya dimulai. Aku bertemu dengan seorang laki-laki yang melihatku dengan pancaran cahaya. Silau. Seseorang yang terus mengikutiku. Dia berkenalan denganku, tapi aku masih belum senang sebelum berkenalan dengan mistar Habib.
Hari keenam, Aku sedih sekali saat orang yang aku suka bersama wanita lain. Didepanku dia mengandeng tangan seseorang. Setelah aku ketahui namanya Dia malah bersama orang lain. Gadis itu tidak aku kenali. Aku mohon putuskan dia. Tapi yang aku lakukan masih diam seribu bahasa dan menahan niat untuk berkenalan dan mengenalnya.
Hari ketujuh, Aku putuskan untuk tidak pulang hari ini. Saat aku terbangun diperpusatakaan semuanya sudah gelap. Tapi lampu diruang masih hidup. Benarkah tidak ada yang membangunkanku? Tapi didepanku seorang laki-laki yang baru kukenal tersenyum. Aku tidak membawa apapun sebagai bekal, dia menyodorkanku makanan dan minuman.
"Apakah dia memakannya? "Habib membalikkan kehalaman berikutnya. Dengan rasa penasana.
Hari kedelapan, Malam itu aku takut sekali. Lelaki itu menyentuh rambutku lalu melepaskan kacamataku. Dia telah mulai meraba tubuhku. Entah kenapa aku tidak berpikir dengan keselamatanku saat itu?. Sudahlah Dia telah menyerangku dengan rasa yang baru pertama kali dirasa. Sampai aku benar-benar lelah...
"Apakah maksdunya Dia telah disentuh oleh lelaki itu? "Habib membaca kalimat itu berulang kali.
Hari kesembilan, Setan mudah sekali merasukiku. Karena kekecewaanku pada seseorang yang bernama Nurul Habib.
"Itukan namaku"Habib kembali melanjutkannya.
Masih hari kesembilan, laki-laki yang menemaniku malam itu bernama Reon. Aku kembali membayangkan adegan malam itu yang kami buat. Aku tidak sabar menunggu malam diperpustakaan. Aku menginkan Reon. Dia datang.
Hati kesepuluh, Hari kesebelas, Hari kedua belas dan hari keempatbelas. Aku telah mencari Reon kemana-mana. Dia sempat memberiku alamat dan kenangan. Berhari-hari ku cari alamat rumahnya. Hari ke 20 aku mendapati rumah Reon dipenuhi banyak orang.
Dia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Aku baru tersadar kalau apa yang aku lakukan denganya ternyata tak sekedar nafsu, obat kecewa tapi cinta yang tumbuh meski kami telah mengotori hakikat cinta.
Hari ke dua puluh satu, Aku kembali menginggat adegan kami malam itu. Mataku menangkap Habib yang sendirian, kuberanikan diri mengajak berkenalan. Disana aku mulai memainkan peranku sebagai wanita yang pernah disakitinya.
Kumasukkan racun kedalam minuman yang akan kuberikan padanya. Tapi Habib sedikitpun tak mau bersalam, jangankan menatapku. Aku semakin kecewa karena tidak dapat membuat Habib meminumnya. Tidur perpustakaan bertemankan botol minuman itu, Aku merasa haus dan mengambilnya. Aku mati dalam ruang itu dengan menelan bayangan Reon. Ini catatanku sebelum kematian.
Selanjutnya,
Habib merasa angin malam berembus kencang. Suara kucing telah berganti menjadi suara gongong anjing. Disini tentu tak akan ada yang tau perpustakaan pusat yang dimaksud. Habib merasa itu hanya cerita seseorang yang belum usai.
"Cerita Kita akan dimulai, bersiaplah"Habis mengakhiri bacaanya disini dan tidur.
***
Jadwal pengembalian buku dan buku diary itu diletakan Habib di rak awal dia menemukan. Saat itu seseorang menyenggol tanganya. Cantik dengan baju yang sedikit ketat dan pendek.
"Hai ganteng"dia mengelus wajah Habib.
Habib terdiam setelah diary itu menulis namanya dengan seseorang yang ditemuinya.
"Gulita dan Nurul Habib kisah cinta mereka telah dimulai"Habib bingung maksud diary itu mengikutinya.
Kisah cinta pada Gulita tentu tidak mungkin. Aku tidak mengenalnya. Dia hanya seseorang yang baru kukenal. Wajahnya pucat aku lebih suka yang segar dan bersinar, yakin Habib.
Gulita adalah gadis yang mencintai Habib. Dia menunggu Habib di pintu perpustakaan setelah berjumpa hari itu. Tapi tidak sendirian melainkan bersama sahabat-sahabatnya.
"Habib Aku mencintaimu"Gulita menyakan perasaan pada Habib setelah tiga hari tak berjumpa. Seluruh mahasiswa yang diperpustakaan ikut memeriahkan moment bahagia itu, meskipun mereka tidak kenal. Akhirnya dihari ketika Habib menjadi kekasihnya.
"Aku.. Aku... Baik"Habib tidak tega mempermalukan gadis ini didepan banyak orang.
Gulita langsung mengandeng tangan Habib. Sedang disisi lain seseorang memandangnya dengan kemarahan bahkan kerutan diwajahnya terbangun sempurna usia 50 tahun. Rambut panjangnya dikibasi angin dan siapa yang merasa desirannya bulu kuduknya akan beridiri.
Habib terbayang dengan kisah diary itu. Entah kenapa Habib merasa takut jika Nurul Habib yang dimaksud adalah dirinya. Dia tidak pernah berjumpa dengan orang seperti itu. Lalu bagaimana jika itu benar? Apa yang akan terjadi padaku?. Habib lanjut berpikir tanpa jawaban yang tepat dan pasti, semua berada dalam keraguan.
"Apakah Dia akan membalas dendam kepadaku?"gumam Habib sebelum terlelap dalam bayangan Gulita.
Sehari setelah jadian dengan Gulita, Habib merasa aneh dengan wajah Gulita yang terlihat cantik lalu berubah menjadi menyeramkan. Habib sedikit memalingkan wajah setelah mengantarkan Gulita pulang.
Kenapa malam ini begitu dingin, kendaraan lain tidak ada yang lewat. Habib mengajak Gulita untuk bercerita menghilangkan rasa takut. Di dekat pemakaman masal korban gempa yng terjadi di Sumatera Barat.
"Kok kamu ngak bilang kalau rumahmu dekat sini, kalau tahu begitu biar aku antar sebelum magrib"ucap Habib menyesali keberadaanya.
"Rumahku disana"Gulita menunjuk kearah kuburan itu. Seketika Habib terkejut dengan wajah Gulita pucat dan berdarah.
Habib berusaha menyelamatkan diri dari kejaran Gulita, untung saja ada sebuah mobil lewat. Mobil itu berhenti saat Habib melambaikan tangan kepadanya .
Habib menceritakan segala kepada sopir bahwa Dia baru saja mengantarkan pacarnya kerumah, tiba-tiba Dia berhenti dikuburan dan aku melihat wajahnya yang berubah jelek.
"Sadis banget pak"Habib terkejut melihat bapak itu tersenyum sinis kepadanya.
"Mana lebih sadis dengan ini"Bapak itu membunuh Habib dengan mencekiknya.sampai kehabisan napas.Dan mobil itupun kecelakaan. Habis telah dihabisi oleh gadia yang pernah mencintainya.
Gulita telah memaksanya untuk sealam dengannya. Cinta pada habib sanggup mengorbankan apapun. Kini cinta sejati berganti menjadi cinta mati. Inilah cinta mati.Hantu perpustakaan pusat telah merubah dirinya menjadi orang lain.
Demi habib, sedangkan Gulita menjadi penghubung kematian Habib. Kini diary itupun beralih kepada tangan Gulita. Diary yang tergeletak diperpustakaan pusat.