Read More >>"> BERMAIN HATI
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BERMAIN HATI
MENU
About Us  

Mengulum Perangkap Bibir Penggoda

01.00 Dini Hari, Kamar Hotel, Garut.

 

        Jari telunjukku berhenti. Kaku. Tapi aku bisa melihat jemariku gemetar! Sebuah tombol angka digital pembuka kunci pintu, menunggu jariku menekan besi – besi berhawa dingin itu. Sayup – sayup suara musik dari dalam terdengar di telingaku. Berarti, dia ada di dalam! Jantungku berdegup semakin keras!

        Kembali terngiang, pemberitahuannya tadi pagi,

        “Dia sudah terang – terangan mengenalkan selingkuhan barunya kepadaku, Tara... Dan dia akan memutuskan pertunangan diantara kalian berdua, secepatnya!” Prianto akhirnya bercerita dengan tidak enak hati setelah melihat genangan air di mataku.

        Aku tertegun tak berkedip. Tak mau percaya dengan apa yang kudengar. Pantas saja, dia selalu membuat alasan untuk tidak menemuiku beberapa bulan ini. Aku menatap kedua mata Prianto yang menghindar dari kejaranku. Dia tahu, aku menunggu alasan kenapa dia tidak berusaha mencegahnya.

        “Aku sudah bilang sama dia, aku tidak mau ikut campur urusannya! Dia yang harus menyelesaikan masalahnya yang dia buat sendiri! Kamu tahu kan dia temanku, dan kamu juga temanku.” Prianto membela diri.

        Satu tarikan nafas panjang yang berat, mengawali telunjukku menekan tombol kunci. Suara kunci pintu otomatis langsung terdengar dan pintu bergerak membuka celah. Suara musik itu menjadi bertambah jelas terdengar dan aku mendorong pintu, melangkahkan kakiku, perlahan.

        Tanpa berpaling ke arah ruang lain, aku berjalan menuju ke ruang kamar tidur. Mataku tertegun! Sepatu hitam berkaki lancip, tergeletak menyambutku sekaligus menghentikan langkahku! Dan mataku langsung melihat ke arah tempat tidur di depanku! Seorang perempuan berambut ikal sepinggang sedang bercumbu! Punggungnya yang sudah tak berbaju, tanpa ragu bermain dalam selimut!

        “Krrkk!” Tak sengaja sepatuku menginjak kunci mobil yang tergeletak di lantai. Serta merta mereka terkejut dan langsung melihat ke belakang! Nafasku terhenti! Aku melihat mereka berdua!

~~~

Melawan Hukum Rimba

Pantai Ombak Tujuh, Sukabumi.

 

        Sudah lewat tengah malam, tapi aku belum bisa tidur. Debur ombak yang membentuk lengkungan - lengkungan cukup tinggi, menderu dan menghempas keras batu karang yang menjorok ke laut berkali – kali tanpa henti.

        Kesombongan mereka memamerkan kekuatan alam, sangat berbahaya, tapi begitu indah!  Semilir angin mengalir lembut, semakin membuatku nyaman berlama – lama duduk di beranda vila tempat aku dan teman – temanku menginap.

        Tak jauh dari tempatku duduk, ada sekelompok orang yang sedang bercanda dan tertawa. Sepertinya mereka menginap di vila sebelah sana. Beberapa dari mereka memegang botol minuman dan mulai berjalan sedikit terhuyung, setengah mabuk!

        “Woii! Kalian jangan jadi penakut! Ayo berenang!” Teriak laki – laki yang berkemeja hitam dengan semua kancing bajunya yang sudah terlepas, sambil kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam air laut.

        Seorang perempuan berambut panjang segera berlari dengan tertawa menyusulnya. Bikini merah yang sedikit tertutup kain pantai dengan satu ikatan segera dilepas dan di buang ke pinggir pantai. Mereka lalu tertawa cekikikan. Tak lama teman - temannya semua ikut menceburkan diri ke dalam air laut.

        Sejenak aku mengerutkan dahiku. Sekilas, kulihat ada segulung ombak yang rendah membentuk barisan, menerpa di belakang mereka dengan perlahan. Menarik dan mengayunkan tubuh – tubuh mereka yang sedang saling menggoda dan tertawa dengan cipratan air yang dimainkan tangan – tangan mereka.

        Kelihatannya, gulungan ombak itu biasa saja. Tak berapa lama, satu persatu dari mereka berjalan keluar dari air laut. Sepertinya, aku terlalu curiga. Akhirnya aku beranjak dari tempat dudukku dan masuk ke dalam untuk mengambil air minum.

        “Tolong! Tolong! Beni tidak ada! Beni tenggelam! Tolong!” Jeritan meminta tolong tiba – tiba terdengar!

        Belum habis air minum di dalam gelas yang kupegang, segera aku berlari keluar! Kulihat, laki – laki berkemeja hitam itu balik berlari menuju laut dan menyelam! Teman – temannya yang lain hanya berdiri di pinggir laut. Tidak ada satupun yang berani mengikutinya dan menceburkan diri untuk ikut mencari. Mereka hanya mondar mandir. Panik!

        Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke arah mereka. Aku melirik ke arah laut dan melihat dia beberapa kali muncul ke permukaan untuk mengambil nafas dan segera kembali menyelam. Melihatku datang, beberapa dari mereka segera mengelilingiku.

        “Tolong teman kami, Beni tenggelam! Mba petugas pantai kan?!” Teriak panik salah satu dari mereka.

        Aku menggelengkan kepala, “Bukan! Saya tamu dari vila sebelah sana. Cepat lapor petugas di vila ! Dan minta telpon ambulan segera!” Sahutku setengah berteriak. Dua orang dari mereka segera berlari menaiki anak tangga menuju vila di mana mereka menginap.

        Aku melirik jam di tangan kiriku. Sudah lebih dari tiga menit dia menyelam dari sejak aku terakhir melihatnya mengambil nafas ke permukaan. Dan dia belum muncul kembali! Gulungan ombak mulai meninggi. Perasaanku mengatakan, sesuatu yang buruk sedang terjadi! Aku menghela nafas dan segera berlari ke laut!

        “Hei! Hei! Jangan ke laut nanti tenggelam!!” Mereka berteriak di belakangku, tapi mereka tidak berani menyusulku.

        Setelah mengambil nafas panjang, aku langsung berenang menyelam ke dalam laut. Dinginnya air laut mulai menusuk ke seluruh pori – pori kulitku. Sekilas aku melihat kain berwarna hijau melambai – lambai mengikuti arus air bawah laut. Segera aku mengayuhkan kedua tangan dan kakiku berenang ke arah lambaian kain itu.

        Benar saja! Aku melihat mereka disana! Laki – laki berkemeja hitam itu sibuk menarik – narik sekuat tenaga membebaskan akar laut yang melilit salah satu kaki temannya yang berbaju  hijau itu. Dan dia, tampaknya sudah tak sadarkan diri.

        Awalnya dia terkejut melihatku! Tanpa membuang waktu, tanganku segera membantunya melepaskan ikatan akar laut itu dari kaki temannya dan memberi tanda ke arah atas dengan telunjukku. Dia menggangguk.

        Lalu kulingkarkan kedua tanganku ke tubuh temannya itu dan mendekapnya. Segera kuayunkan kakiku berenang menuju permukaan. Dan dia mengikutiku.

        Satu tarikan nafas panjang segera merasuk ke dalam tenggorokanku, begitu aku merasakan udara di permukaan. Aku berenang secepatnya membawa temannya ke tepi pantai yang segera di tarik oleh teman – temannya ke daratan.

        Tak lama beberapa petugas dari vila terlihat berlari. Salah satu dari mereka segera memberikan pertolongan. Untung, dia segera sadar dan terbatuk - batuk sambil mengeluarkan air laut yang banyak terminum. Dia selamat!

        “Andhra mana?! Andhra mana?!” Suara perempuan yang berbikini merah itu berteriak panik ketakutan!

        Laki – laki yang menyelam itu pasti yang di maksud. Aku langsung melihat ke belakangku. Dia tidak ada! Aku segera berdiri dan melihat sekeliling, tapi tetap dia tidak ada! Ya Tuhan! Jangan - jangan gantian dia yang tenggelam?!

          “Apa?! Masih ada lagi yang tenggelam?!” Tanya petugas vila itu terkejut. “Asep cepat panggil tim penyelam, masih ada yang tenggelam!!”

        “Hei! Mba! Jangan ke laut lagi! Berbahaya!!” Teriak petugas vila itu berusaha mencegahku. Tapi aku tidak peduli! Dalam otakku cuma satu! Kembali!

        Aku menyelam sekuat tenaga kembali ke tempat tadi! Tapi tidak kutemukan dia! Sekelilingku gelap! Aku mulai panik! Tapi segera tersadar! Dengan nafas yang masih bisa kutahan, aku memejamkan mata dan berdoa, memohon bantuan kepada Yang Maha Kuasa atas alam semesta, untuk menemukan dia!

        Samar – samar aku merasa ada cahaya terang didepanku. Aku membuka mata dan melihat sinar bulan purnama menembus ke dalam hingga ke dasar laut. Ada sepasang tapak kaki putih kira – kira satu meter di depanku yang perlahan menjauh. Tanpa pikir panjang aku mengayuhkan kakiku dan segera menangkap salah satu kakinya dan menarik sekuat tenaga ke arahku! Tapi badan itu tidak bergerak!

        Aku lalu berenang mendekati tubuhnya dan melingkarkan kedua tanganku memeluk dadanya dan kembali menariknya! Tapi badan itu tetap saja tidak bergerak sama sekali! Aku sedikit bingung, lalu aku melihat wajahnya. Hatiku langsung terperanjat! Kedua matanya terbuka, tapi kosong... dia tersihir!

        “Kau telah membawa kembali tubuh manusia yang akan kami jadikan bala tentaraku di sini! Sekarang dia! Akan aku jadikan penggantinya!” Suara berat tiba – tiba membentakku dengan galak!

        Aku membelalak kaget setengah mati! Suara siapa itu?! Sangat jelas terdengar di telingaku! Lalu perlahan aku melihat, sebuah gerbang dari batu karang yang terbuka di depanku. Sesosok laki – laki tiba – tiba ada di hadapanku! Dia berbadan besar dan tinggi. Rambutnya panjang melambai mengikuti arus air laut. Bertelanjang dada, hanya berbalut kain bermotif parang hitam sebatas pinggang. Di tangannya, memegang tombak panjang dari tulang ikan yang berujung tajam. Di belakangnya, barisan prajurit yang berseragam hampir sama. Namun mereka semua berkaki buaya!

        Segera aku menarik tubuhnya ke belakang dan melindunginya dengan tubuhku!

        “Hei! Jangan seenaknya kamu menculik dan memaksa manusia menjadi budakmu! Lepaskan sekarang juga tali dilehernya dan biarkan kami pergi!!” Hardikku membalas! Entah apa yang merasuki kepalaku tapi aku benar – benar marah!

        Sejenak mahkluk laut yang kelihatan seram dengan kumis panjang tebalnya itu tersentak kaget dengan balasan hardikkanku. Dia tidak menyangka ada yang begitu berani melawannya! Selama ini semua manusia yang berhadapan dengannya akan pucat pasi. Dan manusia ini bisa berbicara di dalam laut!

        “Kau cari mati!” Ancamnya sambil menarik tali yang mengikat lehernya! Tarikannya begitu kuat hingga tubuh kami berdua terdorong mendekati ujung tombaknya yang tajam dan terasa menempel di leherku!

        “Kami hidup atau mati! Itu hak Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan kau!” Jawabku berapi – api tanpa rasa takut sedikitpun!

        Aku dan jin laut itu saling melotot tak berkedip! Hingga dia tersadar! Ujung runcing kujang di tangan kananku juga sudah siap menghujam lehernya!

        “Jika kau tidak ingin mati dan posisimu digantikan oleh mereka, mundur! Atau kau akan merasakan kujangku merobek lehermu!” Ancamku menghardik! 

        Nyalinya langsung kecut mendengar ancamanku, lalu dia melangkah mundur. Dia tidak menyangka, manusia yang berani melawannya, mempunyai senjata yang bisa membunuh bangsa jin! Tali yang mengelilingi leher laki – laki yang kudekap dengan kuat dibelakangku, terlepas dengan sendirinya! Sekeliling kami lalu berubah kembali menjadi gelap! Mereka menghilang! Gerbang itu juga sudah tidak ada!

        Yang terlihat hanyalah sinar bulan yang masih menembus dasar laut, seolah – olah menjadi petunjuk jalanku ke permukaan. Perlahan kujangku kembali berubah menjadi gelang yang melingkar pergelangan tanganku.

        Aku segera membalikkan badan. Matanya masih kosong! Detak jantungnya mulai melemah, lalu berhenti! Aku tersentak kaget! Jin itu diam – diam masih berusaha menarik roh jiwanya! Tanpa menunggu sampai ke permukaan, aku langsung melingkarkan tangan kiriku ke bahunya dan mendekapnya erat. Dan tangan kananku meraih belakang lehernya dan menariknya ke hadapanku. Aku menyambar bibirnya dan menciumnya! Berusaha menarik kembali roh jiwanya dengan kekuatan telepatiku!

        Sambil terus berenang menuju permukaan, aku tak melepaskan bibirku dari bibirnya dan terus memandang kedua mata laki – laki yang kudekap itu. Perlahan, sinar bola matanya mulai berubah normal dan aku merasakan detak jantungnya kembali. Barulah aku melepaskan ciumanku di bibirnya. Sejenak, dia memandangiku, sebelum akhirnya terkulai di bahuku, tak sadarkan diri.

        “Itu! Itu mereka! Di sana!” Teriakannya membuat beberapa orang langsung mengarahkan kilatan senter yang menerpa wajahku secara bersamaan. Aku menarik nafas panjang.

        Segera aku mendorong tubuhnya ke atas untuk di tarik regu penyelamat ke atas perahu karet SAR di depanku. Lalu sebuah tarikan tangan mengangkat tubuhku juga ke atas perahu. Mereka langsung menolongnya bersamaan dengan memberiku selimut hangat. Tak lama, dia mulai tersadar dan terbatuk - batuk mengeluarkan air laut yang banyak terminum. Aku bernafas lega.

        “Sudah dua jam lebih kami menyelam dan mencari kalian tapi tidak ketemu! Kami pikir kalian sudah tenggelam terlalu dalam.” Orang yang menarikku ke atas perahu bercerita.

        “Dua jam? Selama itukah kami berada di dalam laut? Rasanya seperti hanya beberapa menit saja?”

       “Bagaimana kalian bisa bertahan begitu lama di dalam air? Atau... Kalian pasti berhasil menemukan salah satu batu karang untuk menyelamatkan diri dari ombak yang ganas tadi kan?”

        Aku hanya menggangguk. Mereka tidak perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kami berdua tadi.

~~~

Jerat Bernama Pertunangan

Ruang Rapat Komisaris, Gedung Cakrawala.

 

“Braakkk!!!” Andhra membanting pintu ruang kantor Komisaris Utama dengan keras hingga beberapa staf yang sedang berdiri di dekat ruangan itu kaget. Dengan marah Andhra berjalan menuruni anak tangga yang cukup panjang itu. Tangannya langsung menyalakan Fortuner krom hitamnya dan menancapkan gas melesat keluar jalan raya dengan kecepatan tinggi!

        Sambil memegang stir dengan satu tangannya, Andhra mengumpat! Masih terngiang di telinganya, pengumuman tentang pertunangannya dengan Bhita yang mendadak diucapkan ibunya di depan rapat Direksi seluruh cabang tanpa memberitahunya! Tidak saja membuat kaget seluruh peserta rapat pada waktu itu, pengumuman Ibunya telah membuatnya tak berkutik untuk segera memprotes keputusan ibunya!

        Pengumuman sang ibu adalah keputusan seorang Komisaris Tertinggi Utama yang segera disambut dengan tepuk tangan seluruh Direksi yang hadir sebagai pernyataan mendukung keputusan pimpinan mereka yang tertinggi!

        Pelariannya dengan bersekolah di Inggris ternyata hanya membuat dia terhindar selama empat tahun saja untuk terbebas menjadi boneka ibunya! Pulang ke Indonesia, ibunya hanya melirik sekilas ijasah cum laude yang diperolehnya dengan penuh kebanggaan! Tanpa merasa penasaran bagaimana dia berjuang untuk mendapatkannya, jari jemari ibunya langsung mengunci lehernya dan menjadikan dia alat untuk menambah kemakmuran pundi – pundi perusahaannya!

        “Lain kali jangan bertindak bodoh! Ibu membiayai kamu bersekolah di Inggris bukan untuk mati muda!” Suaranya dingin. Tanpa ekspresi. Kata – kata tajam dari ibunya kemarin, ketika mereka hanya berdua di dalam ruang kamar VIP rumah sakit.

        Wanita itu bahkan tidak mau tahu bagaimana rasanya dia berada di antara hidup dan mati di dalam laut kemarin! Dan bagaimana dia bisa merasakan secara perlahan jantungnya berdetak semakin lama semakin pelan... Lalu berhenti!

        “Ciiiitttt!!!” Suara rem mobil yang diinjak mendadak menjerit melengking! Stir dibanting ke bahu kiri jalan! Hampir menubruk palang pembatas jalan! Jantung Andhra berdegup kencang! Langsung tangannya mendekap jantungnya! Nafasnya tersengal seolah kehabisan udara! Sejenak Andhra memejamkan matanya dan perlahan menghela nafas panjang beberapa kali hingga detak jantungnya normal kembali. Sedikit keringat dingin membasahi keningnya.

        Lalu dia teringat wanita itu. Wanita berambut hitam pendek dengan bola mata hijau menyejukkan yang membantunya menolong Beni dan juga menyelamatkannya di laut! Orang - orang bercerita, dia yang nekat memutuskan kembali menyelam mencarinya setelah dia tidak muncul ke permukaan. Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi! Tapi wanita itu pasti melihat hal yang sama dengan dirinya!

        Andhra menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas vila yang membukakan pintu mobilnya dan langsung melangkah masuk. Tidak sulit mencari wanita yang dia maksud karena wanita itu sedang duduk di luar area lobi, menghadap laut. Dengan laptop di atas pangkuannya sambil meneguk kopi hitam dalam cangkir putih.

        Aku tidak mengetahui kehadirannya yang berdiri di sampingku, hingga kusadar ada sebuah bayangan yang menutupi layar laptopku. Aku berpaling ke arah asal bayangan itu. Seseorang dengan setelan jas abu gelap lengkap dengan kemeja putih dan dasi abu muda bergaris. Perlahan kuletakkan laptop di atas meja sambil berdiri. Kini tampak jelas, laki – laki itu ternyata blasteran bermata coklat.

        “Bisa kita bicara?” Tanya dia tanpa basa basi. Wajahnya serius.

        Aku mengangguk dengan sedikit heran dan memberi tanda untuk mempersilahkan duduk.

        “Di sana.” Sahutnya sambil menunjukkan telunjuknya ke sebuah kursi panjang di pasir pantai.

        “Sepertinya pakaianmu terlalu formal untuk ke sana...” Sahutku sedikit tersenyum.

        Tapi dia sudah berjalan menuruni anak tangga menuju kursi itu tanpa menungguku selesai berbicara. Aku merasa agak sedikit heran namun segera kumasukkan laptop ke dalam tas dan langsung berjalan menyusulnya yang beberapa langkah di depanku.

        Dasinya di tarik. Jarinya segera membuka kancing yang mengikat kerah leher kemejanya. Lalu dia menarik nafas panjang. Dan berkacak pinggang. Hmm... kebiasaan bule.

        “Kamu tahu apa yang terjadi sebenarnya kan?” Tanyanya langsung tanpa membuang waktu.

        “Maksudnya?” Aku bertanya balik. Tapi aku sudah merasa arah yang di maksud.

        “Kejadian di dalam laut! Kamu juga melihat mereka kan? Mereka yang berpakaian seperti pengawal kerajaan jaman dulu?! Tapi... mereka berkaki buaya! Aku melihat kamu bisa berbicara dan melawan mereka! Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku tapi kamu bisa memelukku dan melindungiku! Aku bisa melihat ujung tombak itu dilehermu! Aku bisa melihat matamu menjadi hijau saat menarikku ke atas! Tapi sekarang matamu berwarna coklat! Oh! I think I’m so crazy!!” Dia berbicara tanpa jeda sampai akhirnya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan duduk di kursi itu, tak bisa berpikir jernih!

        Aku memandanginya dengan tenang. Lalu menghela nafas panjang dan duduk di sebelahnya.

        “Ini berarti... Kamu baru pertama kali melihat dunia gaib?”

        “Excuse me?” Dia menurunkan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya dan memandangiku dengan kaget.

        “Dunia roh, jin, hantu atau apapun itu namanya...” Kataku, menerangkan.

        “So...I’m not crazy?!”

        Aku tersenyum, “Tapi kita tidak bisa sembarangan bercerita kepada orang lain kan?”

        “Oooh....Thank God... I’m not crazy...!” Jawabnya lega. “Lalu... apakah kamu pernah bertemu mereka sebelumnya?”

        “Di dalam laut? Ini pertama kali untukku juga...”

        “Jadi kamu bisa melihat bangsa jin?”

        “Tidak selalu... Kadang – kadang”

        “I see...”

        “Bagaimana dengan temanmu, Beni? Dia baik – baik saja?”

        “Oya... Dia baik – baik saja, walaupun mungkin mulai sekarang dia jadi takut ke laut.”

        “Ya...ya...wajar... Semoga tidak selamanya. Bagaimanapun, pemandangan laut di sini begitu indah. Dan, bagaimana dengan kamu?”

        “Hhh... Aku akan baik – baik juga. Terima kasih banyak telah menyelamatkan kami berdua. Jika kamu tidak ada di sana mungkin aku dan Beni tidak akan pernah bisa kembali.”

        “Tuhan masih menginginkan kita semua hidup.”

        “Ya, You’re right. So... Apa yang kamu minta sebagai balasan telah menyelamatkanku? Bukan bermaksud sombong tapi... aku bisa menuliskan cek sekarang, berapapun yang kamu minta.” Dia berkata sambil merogoh kantong di dalam jasnya dan mengeluarkan buku cek dan pen berwarna hitam bergaris emas.

        Aku tertawa. “Aku tahu, kamu salah satu pewaris perusahaan yang menguasai hampir semua bisnis di kota ini. Ucapan terima kasihmu sudah cukup bagiku.”

        “Hah? Maksudmu?”

        “Aku tidak butuh uangmu.”

        “Lalu... apa yang kamu butuhkan?”

        Aku memandanginya, datar. “Nothing.” Jawabku singkat sambil berjalan meninggalkannya sendiri di sana dan berjalan kembali ke vilaku.

~~~

Pembalasan Bermain Hati

Pesta di Wave & Sand Club.

 

        Suara musik yang mengasyikkan di pesta tepi pantai itu membuat hampir semua orang bergoyang mengikuti hentakan irama dan  berdansa di depan panggung meja DJ. Sementara Andhra dan teman - temannya lebih menikmati duduk di sofa sudut sambil meneguk minuman koktail.

         “Pak Andhra. Maaf. Nyonya memanggil Bapak dan menunggu di ruang VIP.” Tiba – tiba seseorang dengan jas hitam sudah berdiri di samping dia duduk.

        “Sekarang? Ibu ada di sini?” Tanya Andhra agak terkejut, tak menyangka.

        “Iya Pak, sekarang.”

        Raut wajah Andhra terlihat kesal dan langsung berdiri dan berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas.

          Begitu pintu ruang VIP terbuka, Andhra melihat ibunya sedang duduk di sofa ruang tamu, sementara sekretarisnya meletakkan secangkir teh hangat di meja, lalu keluar ruangan, meninggalkan mereka berdua.

        “Ibu akan memaklumi kamu membuang – buang waktu dengan berpesta malam ini, tapi ingat! Besok penandatanganan proyek kerjasama dengan Perusahaan Jayawama tidak boleh gagal! Jangan telat semenitpun!” Suara datar tanpa emosi. Lalu beliau meneguk teh hangat itu dengan perlahan.

        “Wow! Hanya itu yang ibu pikirkan?” Tanya Andhra kesal!

        “Tidak! Ibu juga memikirkan masa depanmu. Proyek kerjasama itu akan membawa kejayaan keluarga kita sampai tujuh turunan! Oleh karena itu, kamu tentukan kapan akan dilaksanakan pertunanganmu dengan Bitha atau Ibu yang menentukan tanggalnya!”

        “What! Aku hanya menganggap dia sebagai teman! Ibu tahu kan kami berteman sejak kecil. Aku tidak punya perasaan cinta sama dia! Aku masih bisa mengerti rencana Ibu dengan proyek kerjasama itu tapi tidak bisa memaksa aku untuk bertunangan dengan dia! Lagipula apa hubungannya!” Suara Andhra meninggi!

        “Jika hobimu berpesta seperti ini hampir setiap malam, sudah jelas kamu tidak butuh cinta. Kamu hanya butuh uang untuk dihabiskan! Dan mereka menghabiskan uang untuk membeli cinta! Pertunanganmu dengan Bitha adalah salah satu syarat dari mereka.” Jawabnya dingin sambil berdiri lalu berjalan perlahan keluar dari ruang VIP itu dan meninggalkan Andhra sendiri.

        Andhra meraih cangkir yang diminum ibunya tadi lalu melemparnya dengan sekuat tenaga menghantam dinding di depannya! “Praaanngg!!!” Cangkir itu hancur berkeping! Dia benci perlakuan Ibunya yang selalu mengatur hidupnya seperti boneka!

~~~

        “Black Label.” Andhra langsung meraih botol whisky itu dari tangan bartender lalu menuangkan minuman itu penuh hingga mencapai bibir gelas. Lalu langsung diteguknya tanpa jeda hingga gelas itu kosong kembali.

        Andhra kembali meminta botol whisky itu dengan isyarat telunjuknya. Bartender itu tidak berani menolak dan dengan segera memberinya tanpa ragu. Tangannya mulai menuangkan minuman itu hingga penuh kembali dan segera meminumnya dengan cepat.

        “Bisa minta red wine?” Sahut suara yang tiba – tiba hadir di sebelahnya.

        Bartender itu tersenyum sopan sambil menganggukkan kepalanya. Segera menuangkan red wine ke dalam gelas berkaki panjang. Lalu mendorong gelas itu ke hadapannya.

        “Tunggu. Bisa diisi penuh?” Pintanya sambil mendorong balik gelas itu ke hadapan bartender. Sekali lagi bartender itu menggangukkan kepalanya dan menuangkan minuman red wine itu hingga hampir menyamai batas bibir gelas.

        Andhra menatap seseorang yang berdiri di sebelahnya. Dia tersenyum sambil mengangkat gelasnya dan mulai meneguknya sampai habis!

        “Tara.”

        Aku tersenyum masam. “Sepertinya aku butuh sedikit lagi.” Sambil menunjukkan telunjuknya dan bartender itu segera mengerti.

        Dia lalu menuangkan minuman itu kembali hingga memenuhi seperempat gelas. Namun tangan Tara langsung mengangkat ujung pantat botol red wine hingga minuman itu memenuhi gelasnya kembali.

        “Terima kasih.” Lalu kembali meneguknya sampai habis.

        “Siapa dia?” Tanya Andhra langsung menebak ketika memperhatikan raut wajahku yang memandang ke satu pasangan yang sedang berdansa dengan mesra mengikuti alunan musik yang mulai berubah menjadi pelan dan romantis di lantai dansa tak jauh dari mereka.

        Aku menatap Andhra. Bagaimana dia bisa tahu?

        “Mantan tunanganku dengan selingkuhannya!” Jawabku sedikit pedas. “Hhh... Kalau tahu aku akan bertemu mereka di sini, aku akan menolak ajakan teman - temanku untuk datang kesini!” Protesku dengan sangat kesal.

        Andhra tersenyum tipis. “Maafkan, Aku tidak kenal mereka berdua. Mungkin mantan tunanganmu itu salah satu rekan bisnis Ibuku. Aku hanya kenal beberapa, sisanya... sekretaris Ibuku yang mengatur.”

        “Ini pestamu?” Tanyaku terkejut, baru tahu.

        “Ya. Merayakan kelulusanku. Dan...menikmati kebebasanku. Sebelum, leherku di ikat!” Jawab Andhra tersenyum pahit sambil menunjukkan kedua tangannya yang mencengkeram.

        Aku mengerutkan dahi, apa maksudnya untuk kalimat yang terakhir diucapkannya itu. Lalu aku memandang pasangan yang aku benci itu kembali. Dan mereka bertambah mesra berpelukan dan berdansa. Sialan!

        “Hhhh...!” Bibirku bersungut kesal dan melangkah pergi.

        “Hei! Tunggu dulu! Mau kemana?” Cegah Andhra sambil menangkap tanganku dan menghentikan langkahnya.

        “Keluar!”

        “Ayo!” Andhra langsung menarik tanganku tiba – tiba hingga aku tak sempat menolak dan membiarkan langkah kakiku mengikuti langkahnya yang ternyata berjalan menuju lantai dansa.

        Sengaja Andhra mengambil jarak persis di dekat mereka dan menghadapkan punggungnya di depan laki – laki itu. Otomatis membuat wajahku berhadapan langsung dengan mantanku itu.

        “Mari kita bermain. Kamu siap membuat dia cemburu?” Tantang Andhra berbisik di telingaku sambil melingkarkan tangan kirinya ke pinggangku dan menarikku untuk mendekap lebih erat. Dan aku bisa merasakan lekukan tubuhnya yang tegap serta deru nafasnya begitu dekat!

        Aku masih belum bisa berpikir untuk menjawab, namun entah kenapa aku membiarkan tubuhku mengikuti gerakan dansa tubuhnya.

        “Come on, Tara... Jangan terlalu kaku. Aku yakin, kamu bisa lebih baik dari ini. Buat mantanmu itu menyesal seumur hidupnya!” Andhra kembali berbisik di telingaku yang masih terlihat kikuk berdansa dalam pelukannya.

        Aku menatapnya yang tersenyum. Kata – kata, ‘...buat mantanmu itu menyesal seumur hidupnya’ terngiang – ngiang dalam pikiranku!

        Perlahan, tangan kiriku bergerak merayap ke belakang pinggangnya dan jemariku merangkak menyusuri punggungnya dan mendekapnya erat. Andhra merasakan sensasi itu! Jantungnya berdegup! Aku melepaskan tangan kananku dari genggamannya dan bergerak ke atas dan melingkarkan tanganku ke belakang. Sentuhan jemariku lembut, memeluk lehernya. Andhra tertegun! Dia ingat pelukan ini! Dan degup jantungnya semakin kencang!

        “Cari tahu siapa perempuan itu! Jangan sampai dia merusak rencanaku!” Suara berwibawa namun mengancam keluar dari mulut wanita yang mengawasinya dari jendela kamar President Suite di lantai 3.

        “Baik Nyonya.” Jawab laki – laki berjas hitam itu sambil melangkah keluar kamar.

        Sementara dari sudut sofa tak jauh dari mereka berdansa, sepasang mata mengawasinya dengan perasaan cemburu!

        “Bitha, bukankah itu perempuan yang menolong Beni dan Andhra di laut waktu itu kan?” Tanya Desi ketika melihat Andhra sedang berdansa di sana.

        Bitha hanya mendengus kesal!

        “Nge-dance mereka mesra banget! Kamu gak takut perempuan itu akan merebut Andhra darimu?” Tanya teman Bitha yang lain.

        Bitha mendengus kesal sekali lagi! “Dia bukan level gue! Paling dia hanya jadi mainan baru Andhra malam ini!” Sungut Bitha, angkuh, namun matanya menyorotkan kemarahan! Seseorang sedang mengajak perang dengannya!

        “Tara?” Laki – laki itu akhirnya sadar dengan wajah yang sedang berdansa di hadapannya.

        Andhra tersenyum. Pancingannya berhasil! Perlahan Andhra lalu melepaskan pelukannya dan berbalik.

        “Kamu kenal dia, Sayang?” Tanya Andhra mesra sambil masih memeluk pinggang Tara.

        Tara dan laki – laki itu terkejut mendengar Andhra memanggilnya dengan sebutan ‘Sayang’. Tara hanya bisa tersenyum.

        “Oh, hai.” Jawab Tara singkat.

        “Kamu tidak mengenalkan mereka padaku, Sayang?” Tanya Andhra memancing, ketika kami semua mendadak terdiam beberapa detik.

        Mereka terlihat canggung! Pastinya! Mereka tidak akan pernah bisa lupa, aku memergoki mereka bercumbu di kamar hotel waktu itu!

        “Jaya dan ...”

        “Neneng.” Jawab perempuan itu menyebut namanya ketika melihat Tara menatapnya, dingin. Dia juga berdiri salah tingkah.

        “Ow, selamat datang di pestaku, semoga kalian menikmatinya.” Sahut Andhra sedikit pamer dan tersenyum.

        “Oh, ya. Terima kasih.” Jawab Jaya serak. Tenggorokannya mendadak terasa kering.

        “Kita berdansa lagi, Sayang?” Ajaknya sambil mencium kening Tara dan kembali memeluknya untuk melanjutkan dansa mereka yang sempat terhenti.

        Andhra dan Tara diam – diam memperhatikan mereka yang segera melangkah menuju pintu keluar. Andhra dan Tara tertawa terbahak – bahak. Sandiwara mereka begitu menyenangkan!

        Baru saja Bitha mengambil minuman koktail baru dari meja bar, dia sudah tidak melihat Andhra dan perempuan itu di sekeliling area pesta. Sialan! Kemana mereka pergi?

~~~

        “Pacarmu gak cemburu? Melihat kamu bersama aku seperti ini?” Tanyaku menyelidik saat Andhra menemaniku pulang ke vila sambil menyusuri pinggir pantai.

        Dia tertawa, menyadari siapa yang dimaksud. “Dia bukan pacarku. Kita berteman sejak kecil. Hanya saja, dia mengejarku sejak kami sama – sama kuliah di Inggris.” Jawabnya dengan wajah mendadak berubah masam.

          “Hhh... besok adalah hari nerakaku.” Sahut Andhra sambil berbaring di atas pasir dan menyilangkan kedua tangannya sebagai bantal dikepalanya.

        Aku mengerutkan keningku, namun tak bertanya dan duduk di sebelahnya.

        “Pernahkah kamu merasa menjadi wayang? Terbelenggu seumur hidup, karena dimainkan seorang dalang yang haus akan kehormatan dan kekuasaan?” Tanya Andhra sambil memandangi bintang yang bertebaran di langit.

        Aku langsung memandangi wajah Andhra. Aku tahu maksud di balik pertanyaan kiasan itu.

        “Siapa yang berkuasa atas uang, dia bisa mencengkeram leher siapapun! Bahkan anaknya sendiri sekalipun!” Sahutnya lagi dengan hati berapi yang terpendam.

        “Apakah penonton utama dalang itu tidak bisa kau pengaruhi dengan memberi sesuatu yang sedang dia incar?” Tanyaku tanpa basa – basi.

        Andhra langsung mengerutkan dahinya dan beranjak duduk. Dia mencermati strategi yang diucapkanku tanpa ragu dan langsung mengena pada masalahnya.

        “Jika dia ingin berkuasa setara dengan dalang itu, pasti... egonya akan segera menyambar barang yang lebih dia inginkan dibandingkan wayang yang dalang itu tawarkan kepadanya untuk dibawa pulang.” Aku menerangkan dengan santai sambil memandangi ombak yang menari menderu menyambar bibir pantai.

        Belum sempat Andhra berkomentar, tiba – tiba dari arah belakang ada seseorang berteriak marah yang menghampiri Andhra sambil membawa belati di tangannya dan langsung menghujam pundak Andhra!

        “Akan kubunuh, kau! Kurang ajar, kau telah menghancurkan usahaku selama ini!” Teriaknya dengan mata nanar seperti setan!

        Aku mendorongnya menjauh dari sabetan belati itu, ujung yang tajam hanya menggores kemeja yang dia kenakan! Kami berdua langsung berdiri dan tanganku langsung mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah matanya! Dia berteriak dan sedikit mundur! Kedua tangannya sibuk mengusap, membersihkan butiran pasir yang masuk ke dalam kedua matanya. Dan itu, cukup membuat kami segera waspada dan mundur beberapa langkah darinya!

        “Rangga! Apa maksudmu?!” Teriak Andhra begitu tahu siapa yang hendak membunuhnya!

        “Harusnya aku yang akan bertunangan dengan Bitha, bukan kau! Harusnya aku yang  memegang kendali di samping Ibu! Bukan Kau! Ini semua rencanaku! Dan Ibu menyetujuinya! Hingga kau kembali dan merusak segalanya! Harusnya kau tetap tinggal di Inggris dan jangan pernah kembali ke sini!” Rangga berteriak berapi – api sambil langsung berlari ke hadapan Andhra dan menyerangnya kembali!

        Mereka bergumul dan berguling hingga tanpa terasa mereka sudah di laut yang masih dangkal. Aku menyusulnya dan aku terkejut! Dibelakang mereka kulihat sebaris pengawal berkaki buaya tiba – tiba muncul dari arah laut dan menunggu, dan pemimpin pengawal yang pernah menghunuskan tombaknya ke leherku ada di depan mereka!

        “Andhra! Kembali ke pantai!” Teriakku sambil merubah gelangku menjadi kujang dalam genggamanku!

        Andhra tidak mendengar teriakanku! Tangannya sedang menahan belati yang berulang kali hendak menusuknya! Hingga akhirnya Andhra berhasil mendorong tubuh Rangga ke arah laut! Rangga langsung bangkit kembali dan menghujamkan belati itu ke dada Andhra!

        “Andhra!” Teriakku sambil melemparkan kujangku yang segera di tangkap tangan Andhra dan tanpa sadar sudah menghujam perutnya! Darah segar mengucur menggenangi air laut begitu kujang itu ditarik keluar dari perutnya! Rangga terhuyung tak menyangka! Nafasnya segera berhenti sejenak dan tubuhnya terjerembab menghempas air laut yang menjadi merah!

        Andhra terkejut bukan kepalang! Dia tak menyangka kujang itu merobek perut Rangga! Rangga berusaha bangkit dengan susah payah! Andhra segera tersadar dan berusaha menarik tubuh Rangga yang perlahan hanyut terbawa ke laut! Tapi tanganku mencegahnya!

        “Dia milikku!” Pemimpin pengawal berkaki buaya itu berkata dengan suara menggelegar. Dia bersama barisan pengawalnya lalu menampakkan diri hingga Andhra bisa melihatnya dengan jelas!

        Andhra tersentak kaget! Mereka! Yang dilihatnya di dalam laut!

        “Andhra! Tolong! Andhra! Aku tidak mau mati! Lepaskan aku! Bukan aku yang menjadi tumbal tapi dia! Lepaskan aku! Aku tidak mau mati!” Teriak Rangga ketakutan, tapi tangan – tangan pengawal itu terlalu kuat menggenggam kedua tangannya dan membawa pergi masuk ke dalam laut dan menghilang bersama air laut yang mendadak menjadi tenang. Seperti tidak ada kejadian apapun!

        Andhra masih membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya barusan! Perlahan aku mengambil kujang dari genggaman tangan Andhra. Andhra memperhatikan kujang itu perlahan melengkung dan membentuk gelang yang melingkari pergelangan tanganku. Lalu dia melihatku. Kedua mataku kembali berwarna hijau yang perlahan berubah menjadi coklat seperti sediakala.

        Aku balas menatapnya. “Antara dia dan kamu, yang akan dibawanya pergi.” Sahutku dengan tenang. “Kamu tidak punya pilihan.”

 ~~~

Merangkul Bayanganmu

Ruang Kantor Komisaris II.

 

        Hari ini tepat satu minggu Andhra menikmati kursi berlapis kulit merah mahoni dengan papan bertuliskan Komisaris II terpasang di depan pintu kayu jati ruang kantornya. Dia berhasil membuat ayah Bitha tetap menandatangani persetujuan proyek kerjasama dengan perusahaan keluarganya. Dan ibunya terpaksa menyetujui keputusan rekan bisnisnya saat membatalkan pertunangan putrinya dengan putranya dan sebagai kompensasinya mendapat lima persen tambahan saham perusahaan atas nama Andhra untuknya.

        Sebuah raut wajah dengan senyum kepadanya tampak menghiasi layar di hanphonenya yang selalu dimunculkan diam – diam saat tidak ada siapapun di dekatnya.

        “I miss you, Tara.”

~~~

        Secangkir kopi hitam menemaniku duduk dari saung tempatku berkumpul dengan teman – temanku. Persawahan dengan suasana pemukiman kampung Sunda masih bisa ditemui di pinggiran Kota Sumedang. Kali ini aku dan teman - temanku sedang melakukan pemetaan tempat – tempat baru yang bisa dijadikan daerah wisata.

        Sesepuh desa, dengan ikat kepala kain batik yang lusuh, bersemangat menceritakan tentang keseharian kehidupan penduduknya. Teman – temanku begitu antusias mengikuti ceritanya. Aku ikut mendengarkan, namun telunjukku tak berhenti bergerak menggeser layar handphoneku. Menatap sebuah wajah.

        Helaan nafas panjang, yang kuhembuskan tersembunyi, tak berhasil membantuku menghapus harapan yang terlalu tinggi untuk bisa kembali merasakan tangan yang memeluk pinggangku seperti saat itu. Hanya ada satu cara aku bisa mencium wangi tubuhnya lagi saat dia mendekapku erat. Bermimpi. 11~11.

Tags: tlwc19

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Abnormal Metamorfosa
1943      667     2     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
Dia Mengincarku
280      190     1     
Short Story
Cuaca hari ini sangat cerah, langit tidak lagi gelap seperti hari-hari sebelumnya, mungkin ini sudah tiba waktunya musim panas akan segera datang untuk menggantikan musim hujan. Dan sudah waktunya juga aku harus berangkat untuk mencari bahan berita yang menarik, yapp aku saat ini bekerja sebagai seorang reporter di sebuah stasiun berita swasta, dimana tugasku ini, yaitu mencari suatu peristiwa ya...
Noterratus
364      242     2     
Short Story
Azalea menemukan seluruh warga sekolahnya membeku di acara pesta. Semua orang tidak bergerak di tempatnya, kecuali satu sosok berwarna hitam di tengah-tengah pesta. Azalea menyimpulkan bahwa sosok itu adalah penyebabnya. Sebelum Azalea terlihat oleh sosok itu, dia lebih dulu ditarik oleh temannya. Krissan adalah orang yang sama seperti Azalea. Mereka sama-sama tidak berada pada pesta itu. Berbeka...
RUMAH ITU
463      261     0     
Short Story
Seorang laki-laki memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan pergi sejauh mungkin, saat di perjalanan, dia menumui seseorang dan pergi ke hutan. Beberapa hari kemudian, kejadian aneh mulai terjadi, apakah dia akan selamat atau tidak?
I LOVE YOU, 100
454      235     2     
Short Story
Aaric Gabrian, nama itu seolah berbunyi berulang di dalam pikiranku. Iya kali ini dia target ku selanjutnya. Setelah aku menyatakan cinta kepada Brian Arthur dan ditolak. Apakah aku harus menerima jawaban yang sama? Oh, aku tidak siap! Semuanya berubah sampai aku bertemu dengan seseorang yang mengubah semua pandanganku. Sosok ini selalu ada, dan aku benar-benar mencintaimu, Aaron August.
Tampak
288      188     1     
Short Story
Saat satu memicu, yang lainnya akan membalas. Inilah kisah hidupku denganmu yang berbuah tetes darah. Saat pisau di tanganmu menghunus nyawaku, saat itu pula dendamku datang menghantuimu.
29.02
381      182     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Ilusi
461      260     3     
Short Story
Fifi, gadis yang tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian diluar nalar. Dia yang baru saja pindah dari kota harus dihadapi oleh hal-hal aneh, semua teman barunya pun tidak ada yang berani mendekati, bahkan dia bisa melihat apa yang seharusnya tidak terlihat. Hanya Aldi yang mau berteman dengan Fifii, hal aneh makin terlihat saat Aldi meminta tolong padanya. Kejadian yang Fifi alami seak...
Snow White Reborn
568      318     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
Love after die
429      283     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...