Malam itu, “Halo, apakah kau bisa mendengarku? Halooo...? Apakah kau bisa mendengarkanku?” Aku mencoba memperbaiki kamera itu. “Halo? Apakah ini sudah nyala?” Akhirnya kamera itu bisa menyala. Aku duduk di sebuah kursi dan ada meja untuk menyimpan kameraku yang sedang merekam diriku.
“Hai, ini aku, bila kau menemukan video ini, aku hanya ingin bilang, aku tidak akan balik lagi seumur hidup. Aku ingin sendiri, aku ingin menjauh dari rumah ini, aku pergi selamanya, jangan ada yang mencariku atau kangen denganku, ‘JUST LEAVE ME ALONE’, sekian terima kasih”.
Kumatikan kamera itu dan menaruhnya di atas tempat tidurku. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, “Aku akan pergi sekarang”. Ku persiapkan semuanya dan pergi dari rumah ini sejauh mungkin. “Maafkan aku mama, papa, aku harus pergi.” Ku berjalan ke arah yang tidak ku kenal, sebentar, “Kayaknya aku mengenal jalan ini, bukankah ini ‘hutan itu’?”. Ku melihat sesuatu di sana, “Oh ini hanya seorang gadis yang berdiri di dekat ‘hutan itu’.
Aku berjalan mendekati perempuan itu, “Hai”. Perempuan itu hanya mengangguk saja. “Kamu ngapain disini?” Aku bertanya.
“Aku..... mencari..... seseorang.....untuk..... berteman...... dengan...... aku” dia menjawab.
“Oh, apakah aku boleh berteman denganmu?” Aku bertanya.
“Boleh, tapi dengan satu syarat” dia menjawab.
“Syarat apa?” Tanyaku lagi.
“Ikuti.... aku..... yaa” dia menjawab.
Lalu dia mulai berjalan ke arah ‘hutan itu’. Aku mengikutinya ke dalam ‘hutan itu’.
“Kamu tinggal dimana?” Tanyaku di tengah perjalanan.
“Aku tidak memiliki tempat tinggal” dia menjawab.
“Oh, sama. Aku juga. Bagaimana kalau kita cari rumah kosong?” Sahutku memberi ide.
“Cari dimana? Pasti disini tidak ada” Jawab dia dengan sedikit bingung.
“Pasti ada kok disini” Aku menjawab sambil melihat ke arahnya.
Dia hanya melihatku sambil tersenyum, tidak tahu kenapa. Aku rasa, aku pernah kenal sama perempuan ini. Setelah itu, kita melanjutkan perjalanan dalam kebisuan, aku tidak tahu mau bicara apa, jadi yaa kita diam saja.
Tidak lama kemudian, “Eh apa itu di depan?” aku bertanya sambil menunjuk.
“Kayaknya itu...... rumah” dia menjawab.
“Tuh kan, apa aku bilang, pasti di sini ada rumah kosong” Sambil melihat dia dengan penuh percaya diri dan dia hanya tertawa malu. “What are we waiting for, let’s go” Dengan keberanianku, aku menarik tangan dia dan lari ke dalam ‘rumah itu’.
Sesampai di ‘rumah itu’, aku melihat ke arahnya, mengapa kedua pipinya bersemu merah?. Aku berpikir dan berpikir, dan ternyata penyebabnya ada di tanganku. Aku masih menggenggam tangannya. Mendadak aku melepaskan tangannya dengan malu, “Ayo, kita masuk”.
Dan dia mengangguk. Aku lalu membuka pintunya, didalamnya terlihat sangat seram, apakah rumah ini sudah lama tidak ditinggali? Atau memang rumahnya begini yaa?. Aku dan dia lalu berjalan memasuki ‘rumah itu’ dengan perlahan dan melihat sekeliling ruangan itu. Hari sudah mulai gelap, “Sementara, kita tinggal disini dulu, karena diluar sudah malam” dan dia hanya mengangguk.
Aku berjalan ke atas, “ Hey, disini ada dua kamar nih” dan dia berjalan ke atas untuk melihatnya. “Kamu yang itu yaa kamarnya, aku yang ini” dan dia hanya mengangguk. “Selamat malam” dan dia hanya mengangguk kembali.
Dia kenapa yaa? Setelah itu aku masuk ke dalam kamarku dan semuanya kelihatan normal-normal saja, tidak ada yang aneh. Aku menaruh tasku di meja dan bersiap untuk tidur. Saat di tempat tidur, aku berpikir kembali, ‘perempuan itu kayak yang pernah aku kenal? Tapi siapa yaa? Tapi dia lucu juga, apakah itu berarti aku suka sama dia? Dan dia juga suka sama aku? Apakah karena itu dia jadi malu sama aku?’. Semua pertanyaan itu seakan-akan menari di dalam otakku. ‘Hhh... sudahlah, mending aku tidur saja’ dan akhirnya aku tertidur dengan pertanyaan-pertanyaan itu yang belum terjawab.
Waktu masih menunjukkan pukul 12 malam dan aku tiba-tiba terbangun. Sepertinya aku mendengar sesuatu diluar. Saat aku turun dari tempat tidurku, aku melihat ke luar lewat jendela, tapi tidak ada siapapun. “Aneh. Perasaan tadi kayaknya ada orang” sambil menutup jendela kembali. Aku berjalan ke arah meja dan membuka tasku untuk mengambil botol minumku dan hpku. Saat aku melihat hpku, tidak ada notifikasi dari siapapun, “Ini emang beneran tidak ada notif? Atau disini tidak ada sinyal?”. Hmm... Ternyata tidak ada sinyal. Jika ada, pasti sudah banyak yang sedang mencariku. Aku lalu matikan hpku dan menyimpannya kembali ke dalam tasku dan aku kembali tidur.
Keesokan harinya, “Lah! Udah pagi lagi! Perasaan aku baru saja tidur” Sambil aku turun dari tempat tidurku. Setelah itu, aku menuruni tangga ke bawah menuju dapur. Sesampainya di dapur, aku melihat ada perempuan itu di sana,
“Pagi, tumben kamu udah bangun” tanyaku sambil duduk di sebuah kursi yang ada di dapur dan dia hanya terdiam. ‘Dia kenapa yaa diam terus?’ tanyaku dalam hati sambil melihat dia. ‘Kenapa aku merasakan ada kupu-kupu di perutku? Apakah memang aku suka sama dia?’ semua pertanyaan tadi malam teringat lagi.
“Kamu bisa masak?” tiba-tiba dia bertanya.
“Oh, aku sedikit bisa masak, memang kenapa?” aku tanya balik.
“Tidak apa-apa, sekedar menanyakan saja” dan dia diam lagi.
“Kamu memang tidak banyak ngomong yaa?” tanyaku padanya saat dia menaruh sebuah cangkir kopi di depanku.
“Aku hanya malu kalau bertemu orang asing.”
Aku mengangguk memaklumi dan kita akhirnya hanya duduk dalam kebisuan kembali sambil meminum kopi yang sudah dibuat olehnya.
“Eh iya, kita belum kenalan, aku Mike, nama kamu siapa?” Tanyaku sambil mengulurkan tanganku.
“Namaku Monica, salam kenal yaa” Jawab dia sambil mengulurkan tangannya.
“Salam kenal juga yaa” Dan aku merasa saat kita bersalaman, kupu-kupu itu balik lagi di perutku dan kulihat muka dia bersemu merah kembali.
Apakah karena kita memang saling suka? “Aku mau ke kamar dulu yaa”.
Saat aku sudah di dalam kamarku, aku mendengar suara pintu depan terbuka. Aku langsung melihat ke arah jendela. Aku melihat Monica keluar dari rumah dan berjalan ke arah ‘hutan itu’, ‘dia mau kemana yaa?’. Aku hanya diam sambil melihat Monica berjalan memasuki ‘hutan itu’.
THE OTHER SIDE OF THE FOREST
Monica sedang berjalan menuju arah gedung tua yang berada di ujung hutan. Saat dia sampai di gedung tua itu, seekor anjing keluar, “Hai Smile Dog, mana The Rake?” Tiba-tiba sesosok makhluk ??? keluar dari gedung itu. “Ternyata kau ada” Sahut Monica sambil memeluk sesosok makhluk itu kemudian memeluk Smile Dog.
“Haluuuu, ada orang tidak? Aku boleh masuk gak?” tanya Monica sambil tertawa.
“Gak boleh ah...” seseorang bilang dari dalam gedung itu bercanda.
“Ok” sahut Monica sambil tetap masuk ke dalam gedung itu.
“Gimana? Sudah ada mangsa?” Salah satu orang yang sedang duduk di sofa berdiri sambil melihat ke arah Monica.
“Sudah dong, tapi......” Monica tidak melanjutkan jawabannya dan langsung duduk di sebelahnya.
“Tapi kenapa? Kamu suka sama dia?” Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari sebuah ruangan.
“Unch! Ada yang lagi suka selain Jeff nih!” Jane menimpali.
“Ih apa yaa, ga jelas banget deh!” Balas Monica sambil memukul Jane.
“Emang benar kan?” Goda Jane sambil menunjuk ke arah Monica.
“Ih kagak! Sumpah Jeff, dia fitnah!” Sahut Monica membela diri sambil melihat ke arah Jeff.
“Iya tau kok kalau kamu tidak selingkuh sama aku” Jawab Jeff langsung duduk di kursi sebelah Monica sambil memeluknya.
Setelah itu, ayah Monica alias Slender Man keluar dari sebuah ruangan.
“Hai ayah” Sapa Monica sambil melambaikan tangannya.
“Jadi kamu sudah menemukan mangsa?” Tanya Slender Man sambil berjalan mendekati mereka.
“Sudah ayah” Jawab Monica sambil tersenyum.
“Jadi, apakah kalian sudah punya rencana?” Tanya Sally memulaikan pembicaraan. Semua terdiam dan menggelengkan kepala mereka. Akhirnya mereka berpikir untuk menyusun rencana dan suasana menjadi sunyi.
Tiba-tiba Jane berdiri dan mengacungkan telunjuknya “Aku punya ide! Bagaimana kalau Monica berpura-pura suka sama dia, habis itu kamu bisa bawa dia ke sini dan kita persiapkan semua perangkapnya, bagaimana?”.
“APA?!” Teriak Monica terkejut. “That is the dumbest idea ever!” protes Monica.
“Tunggu dulu! Sepertinya itu ide yang bagus” Tiba-tiba Slender Man berkata.
“AYAH?! Aku ga mau!” Protes Monica lagi sambil memeluk Jeff erat-erat. “Kenapa engga Jane aja yang melakukannya sih?!” Monica berkata dengan nada manja.
“Hayolah” Ben membujuk.
“Aku ga mau punya dua, maunya cuma punya satu” Monica berkata sambil merajuk.
“Astaga! Yang kedua itu cuman bohongan, kalau yang pertama memang yang asli” Ben berkata menggoda sambil memukul Monica penuh canda.
“Baiklah” Jawab Monica akhirnya dengan nada pasrah.
“Gapapa sayang, kan cuman beberapa hari saja” Sahut Jeff ikut merayu sambil membelai kepala Monica.
“Ok kalau begitu, kita jalankan rencananya” Kata Slender Man sambil meninggalkan ruangan.
BACK TO THE HOUSE
Hari sudah mulai gelap, dan Monica belum pulang. “Kenapa dia belum pulang yaa? Apakah dia tersesat? Mau aku cari, takutnya aku kesasar dan engga bisa balik lagi”. Akhirnya Aku putuskan untuk pergi ke dapur dan membuat makan malam untukku dan Monica. Lalu aku melihat ke dalam kulkas dan mencari bahan yang diperlukan. Sepertinya aku akan membuat nasi goreng, karena nasi goreng itu mudah untuk di buat.
Saat aku sedang memasak, seseorang membuka pintu depan, dan aku langsung melihat ke arah pintu “Oh, kamu sudah pulang”.
“He he iya” Jawab Monica sambil berjalan mendekatiku.
“Kamu dari mana aja sih? Sampai larut malam gini baru pulang?” tanyaku penasaran sambil melanjutkan memasak.
“Engga kemana-mana kok, cuman ingin jalan-jalan keluar aja” Jawab Monica dengan nada ragu-ragu.
“Kenapa kamu jawabnya ragu-ragu?” aku bertanya penasaran.
“Tidak tidak, aku hanya agak lemes gara-gara jalan tadi” Monica memberi alasan. “Aku mau ke kamar dulu yaa” Sahut Monica sambil meninggalkannya berjalan ke arah kamarnya.
Sebelum Monica sempat meninggalkan dapur, aku cepat-cepat memanggilnya, “Sebentar, makanannya sudah siap nih, kamu makan saja di kamarmu” Sahutku sambil memberinya sebuah piring yang berisi nasi goreng yang sudah aku buat.
“Oh, terima kasih yaa” Jawab Monica sambil menerima piring yang diberikan olehku. Setelah itu, Monica langsung pergi ke kamarnya,
“Dia kenapa yaa? Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu?” aku bertanya dalam hati sambil mengambil sendok di atas meja.
ON HER ROOM
“Wah! Pasti dia sudah tahu kalau kita mau memakan dia! Aduh bodohnya aku!” Monica berkata sambil memukul kepalanya.
“Ngomong-ngomong, ini makanan enak juga yaa” Sahut Monica sambil mengunyah nasi goreng itu. Tak lama kemudian, Monica keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur.
Baru saja aku selesai makan, Monica datang dari kamarnya. “Emm... Mike, ini piringnya, makasih yaa” Monica berkata sambil memberikan piringnya kepadaku.
“Eh iya, sama-sama Monica” aku menjawab sambil menerima piring itu dari tangan Monica.
‘Aku kenapa sih? Setiap ketemu dia selalu saja ada kupu-kupu di perut aku’. Tapi aku belum bisa menemukan jawaban yang pasti. Akhirnya, aku putuskan untuk membawa piring-piring kotor itu ke wastafel untuk di bersihkan. Setelah itu, aku berjalan kembali ke kamarku, namun di ruang tamu, aku melihat Monica sedang menonton televisi.
“Tumben kamu tidak di kamarmu?” aku bertanya sambil berjalan ke arah sofa.
“Oh, aku hanya ingin duduk disini dulu” Jawab Monica sambil melihat ke arahku.
“Hmm... ok, aku ke kamar dulu yaa” Sahutku sambil berjalan ke arah kamarku.
“Baiklah, se-selamat malam” Monica berkata tersipu sambil melambaikan tangannya ke arahku.
“Selamat malam” aku membalas lambaiannya. Setelah itu, aku pergi ke kamarku dengan kupu-kupu yang masih beterbangan di perutku.
Sesaat di kamar, aku terus memikirkannya. Apa memang aku benar-benar suka sama dia? Tak bisa kuhilangkan semua pikiran ini, dan aku memilih untuk tidur saja. Aku lepas sepatuku dan langsung ke tempat tidurku.
Monica masih menonton tv di ruang tamu. Dia duduk di sofa itu sambil berpikir. “Kalau aku berpura-pura menyukai dia, apakah dia akan tau kalau aku hanya berpura-pura?” Monica bertanya dalam hati. Akhirnya, Monica mematikan televisi dan pergi ke kamarnya. Sesampai di kamarnya, Monica langsung berbaring ke atas tempat tidurnya, “Semoga dia tidak tahu”.
Tak berapa lama kemudian, seseorang mengetuk pintu rumah. Monica terbangun mendengar suara ketukan itu. Lalu Monica keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu depan. Monica membuka pintu dan ternyata ayahnya dan teman-temannya sudah berdiri disana.
“Eh ayah, hai kalian, ayo masuk, tapi jangan berisik, dia lagi tidur” Monica berkata setengah berbisik sambil membiarkan mereka semua masuk ke dalam rumah.
Saat semua sudah berkumpul di ruang tamu, “Jadi bagaimana progresnya?” Tanya Slender Man tanpa basa-basi.
“Hmm, yaa gitu deh, masih agak malu-malu gitu” Jawab Monica agak tersipu-sipu sambil memeluk Jeff. “Tapi dia kelihatannya mulai suka sama aku sih, soalnya dia suka salah tingkah” Sahut Monica.
“Berarti sudah ada progresnya, bagus! Terus saja buat dia seperti itu agar rencana kita cepat berhasil” Puji Slender Man dengan senang.
Dalam tidurku, aku bisa mendengar suara-suara orang yang sedang mengobrol di ruang tamu. Tapi aku tidak yakin dan tidak tahu pasti apa yang mereka sedang bicarakan. Karena aku pernasaran, aku bangun dari tidurku dan perlahan keluar dari kamarku dan berjalan mendekati ruang tamu. Hatiku sedikit terkejut mengetahui banyak orang di ruang tamu itu. Tapi, sudahlah, aku bisa bertanya ke Monica besok pagi. Dan aku berjalan ke kamarku dan kembali tidur.
“Sebentar lagi mau pagi nih, dan dia akan segera bangun, mendingan kalian semua pulang daripada nanti ketahuan” Monica berkata sambil melihat ke arah jendela.
“Kalau ternyata dia sudah tahu dan bertanya kepadamu? Kamu akan jawab apa?” Ben bertanya.
“Hmm, paling aku hanya bilang yang aneh-aneh” Jawab Monica. “Sudah-sudah, sana sana sana, pulang pulang pulang!” Monica berkata dengan nada bercanda sambil mengusir mereka.
“Ya elah jahat amat!” Jeff berkata sambil meninggalkan rumahnya Monica. Setelah mereka semuanya sudah pergi, Monica langsung ke kamarnya dan berpura-pura tidur.
Aku terbangun saat sinar matahari mengenai wajahku. Perlahan aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan keluar kamar. Saat aku melewati kamar Monica, kamarnya terdengar sepi, kayaknya dia masih tidur. Aku langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Seperti biasa, aku hanya membuat nasi goreng saja, yang mudah dibuat dan enak. Untungnya, bahan-bahan yang dibutuhkan masih ada di kulkas.
Beberapa menit kemudian, terdengar seseorang sedang membuka pintu. Saat aku melihat ke arah pintu itu, ternyata Monica yang baru bangun dari tidurnya.
“Pagi Monica” aku menyapa sambil melanjutkan memasak.
“Pagi, rajin sekali kamu sudah bangun jam segini” Monica berkata sambil berjalan ke arahku.
“Aku sudah terbiasa seperti ini” Jawabku singkat.
“Oh begitu”
“Ngomong-ngomong, tadi malam kamu ngobrol sama siapa? kayaknya aku mendengar suara-suara di ruang tamu” aku bertanya.
“Oh, itu cuman aku saja sedang berkomentar” Jawab Monica.
“Kamu suka ngomong sendiri?” tanyaku lagi.
“Iya he he he” Monica menjawab.
“Oh ok deh, aku kira ada orang lain” aku berkata.
“Engga kok, engga ada siapa-siapa selain aku. Sama. Kamu. sih” Monica berkata dengan nada malu-malu.
“Tadi kamu ngomong apa?” aku bertanya balik.
“Engga kok, aku engga ngomong apa-apa” Monica menjawab.
“Oh ok. Kamu duduk aja dulu di kursi, bentar lagi makanannya selesai”. Monica mengangguk dan tersenyum.
Beberapa menit kemudian, “nih makanannya” aku berkata sambil memberikan piring yang berisi nasi goreng yang aku buat.
“Makasih yaa Mike” Monica berkata sambil menerima piring itu.
Setelah itu, aku dan Monica menikmati makan bersama di meja makan.
“Enak banget makanannya, kamu tahu dari mana?” Monica bertanya.
“Oh, itu, aku tahu dari mamaku. Mamaku yang memberi tahuku apa saja bumbu-bumbu yang di perlukan” aku menjawab dengan nada malu-malu.
“Oh begitu, pasti mama kamu hebat dalam memasak yaa?” Tanya Monica.
“Iya” aku berkata.
“Boleh engga, kamu ajarin aku?” Monica bertanya dengan nada malu-malu.
“Oh, bo-boleh” aku menjawab dengan nada malu-malu.
“Ok, besok kita bikin yaa” Monica berkata sambil berdiri untuk menaruhkan piring ke wastafel.
“Eh, taruh di sini saja, biar sama aku saja” aku berkata tiba-tiba.
“Gapapa kok, sama aku saja, sambil aku mau ngambil sesuatu di dapur” Monica berkata.
“Oh ok” aku berkata.
Saat Monica sudah di dapur, Monica menaruh piring kotor di dalam wastafel dan menyalakan keran untuk mencucinya. Saat Monica selesai mencuci, Monica balik badan dan menemukan aku di belakangnya. Kita berdua kaget, dan Monica terjatuh dan aku menangkapnya agar dia tidak terjatuh. Pada saat kejadian itu, kita berdua saling bertatapan, ‘kenapa kupu-kupu itu balik lagi yaa?’. ‘haduh mukaku memerah’. Setelah itu, aku cepat-cepat membantunya berdiri.
“Eh maaf yaa tadi” aku berkata.
“Gapapa kok, makasih yaa” Monica berkata. Setelah itu, Monica cepat-cepat berjalan ke kamarnya dan aku mencuci piring di dapur.
IN MONICA’S BEDROOM
“Haduh, muka aku memerah, apakah aku memang suka sama dia?” Monica bertanya sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya. “Kalau aku beneran suka dan bukan hanya pura-pura bagaimana? Apakah itu tak apa-apa? Apakah Jeff bakal marah ke aku?” Monica bertanya kembali sambil menggosok-gosok mukanya dengan tangannya. “Engga, ini demi teman-teman aku dan aku, agar kita semua bisa makan, ayo Monica, pasti kamu bisa” Monica berkata sambil melepaskan kedua tangannya dari mukanya.
BACK TO THE KITCHEN
“Dia hanya terjatuh dan aku menyelamatkan dia, tapi kenapa kita berdua mukanya berubah menjadi merah?” aku bertanya saat mengingat kejadian tadi. “Apakah memang kita saling suka? Atau kita adalah jodoh? Alah engga mungkin!” aku berkata sambil aku pergi ke ruang tamu untuk beristirahat.
Saat aku sudah di ruang tamu dan duduk di sofa, kejadian tadi terbayang lagi di pikiranku. “Haduh kenapa masih kepikiran lagi sih?” aku bertanya sambil berusaha untuk melupakan kejadian tadi. Tapi tetap saja, kejadian itu tidak dapat dilupakan, “Aku harus melakukan sesuatu agar kejadian tadi bisa dilupakan” aku berkata sambil berdiri dari dudukku dan pergi ke kamarku.
Saat di kamar, aku mengambil tas di meja dan mengambil hp. Aku mencari sesuatu di hpku agar pikiranku hilang. Untung ada game yang tidak perlu internet ataupun sinyal, semoga game ini bisa melupakan hal yang terjadi saat tadi di dapur.
ON MONICA’S ROOM
Suara game tersebut terdengar sampai ke kamarnya Monica, “Suara apa itu? Hmm pasti dia sedang main game dan tidak mengajakku” Monica berkata. “Tidak apa-apa lah, aku bisa bermain dengan hpku sendiri”. Walaupun kita tidak bermain bersama, yang penting kita berdua bisa menghapuskan kejadian yang terjadi tadi di dapur. Lain waktu, pasti kita berdua bermain bareng, pasti seru deh.
Setelah beberapa lama, Monica melihat jam yang berada di dinding, “Sudah jam segini, aku mau tidur deh, besok main lagi, kalau aku berani, aku akan mengajaknya bermain denganku” Monica berkata sambil menyimpan hpnya di meja untuk di charge dan pergi ke tempat tidurnya untuk tidur.
ON MY ROOM
Setelah itu, aku melihat jam yang berada di dinding, “Waduh, aku main lama juga yaa, ok deh, besok aku akan melanjutkan permainan ini” aku berkata sambil menyimpan hpku di meja untuk di charge dan aku pergi ke tempat tidur untuk tidur.
Pada tengah malam, Monica terbangun dan hendak pergi keluar dari kamarnya. Dia pergi ke ruang tamu dan ada suara seseorang mengetuk pintu. Monica pergi untuk membukakan pintu. Dan ternyata, itu teman-temannya datang kembali. “Hey, ayo masuk” Ajak Monica.
Setelah semuanya sudah di dalam rumah dan berkumpul di ruang tamu, “ Bagaimana? Apakah dia menanyakan sesuatu kepadamu?” Ben bertanya.
“Iya, dia menyakan tentang kejadian waktu kalian kemaren ke sini” Sahut Monica.
“Apa yang kamu jawab?” Tanya Ben lagi.
“Aku hanya jawab, kalau aku ngobrol dengan diriku sendiri” Jawab Monica.
“Jawaban yang bagus” Sahut Ben.
“Iya dong” Monica berkata sambil tersenyum.
“Lalu bagaimana perkembangannya?” Tanya Slender Man memulai percakapan.
“Haduh, kalian......” Monica berkata sambil tersipu-sipu.
“Kenapa sayang?” Tanya Jeff.
Semua orang di ruang tamu itu penasaran dengan tingkah laku Monica.
“Ada kejadian yang aku ingin sekali dilupakan, tapi susah untuk dilupakan” Monica berkata.
“And that is?” Ben bertanya.
“Kalian semua memang penasaran yaa?” Monica bertanya.
Dan semua teman-temannya menganggukkan kepalanya menandakan ‘iya’.
“Baiklah, tadi pagi, saat aku baru bangun, aku melihat Mike di dapur sedang membuatkan sarapan untuk kita berdua, dan setelah itu kita makan bersama sambil ngobrol di meja makan, lalu... saat aku menyimpan piring di wastafel dan mencucinya, Mike berada di belakangku dan aku kaget sampai aku terjatuh, Mike memelukku dan menyelamatkanku. Dan kita saling bertatapan mata” Monica bercerita sambil menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
“Terus?” Tanya Ben penasaran.
“Saat kita saling bertatapan, muka kita berdua berubah menjadi merah, dan aku langsung berdiri, bilang terima kasih ke dia dan aku lari ke kamar” Monica melanjutkan ceritanya sambil melepaskan kedua tangannya dari mukanya. “Saat aku di kamar aku berpikir” Monica tiba-tiba menghentikan ceritanya.
“Berpikir apa?” Tanya Jeff penasaran.
“Aku takut kamu marah ke aku” Monica berkata dengan nada sedih.
“Ya ampun, kan kamu suka sama dia demi kita semua kan?” Jeff bertanya dan aku mengangguk mengiyakan.
“Tidak apa-apa kok kalau kamu beneran suka sama dia, tapi kan kamu masih punya yang asli kan?” Jeff bertanya dan Monica mengangguk sekali lagi.
“Jadi, jangan khawatir, aku engga bakal marah kok” Sahut Jeff sambil tersenyum.
“Kamu kan seharusnya suka beneran ke dia bukan hanya berpura-pura. Kalau kamu suka beneran ke dia, pasti dia akan mendengarkanmu. Kalau kamu suka sama dia hanya berpura-pura, dia bakal tahu kalau kamu tidak serius sama dia. Dan dia tidak bakal percaya sama kamu” Slender Man berkata.
“Iya juga yaa, terima kasih untuk penjelasannya ayah” Sahut Monica.
“Sama-sama” Slender Man berkata.
Saat percakapan itu terjadi, aku terbangun dan langsung pelan-pelan berjalan mendekati ke arah pintu dan diam-diam mendengarkan. Tapi sayangnya, tetap saja aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan.
“Apakah aku bertanya lagi saja ke Monica? Ah tidak, pasti dia bilang dia hanya ngobrol dengan dirinya lagi” aku berkata dengan pelan.
“Sudahlah, itu hanya urusan dia bukan jadi urusanku” aku berkata sambil kembali ke kamar untuk tidur kembali.
“Heh, waktu sudah mendekati pagi, mending kalian semua pulang” Monica mengingatkan sambil berdiri untuk menyuruh mereka pulang.
“Ok deh, see you tonight” Slender Man berkata sambil semuanya keluar dari rumah.
“Dadah semua” Monica berkata sambil melambaikan tangan dan mereka melakukan hal yang sama. Setelah itu, Monica menutupkan pintu dan pergi ke kamarnya untuk tidur kembali.
Saat pagi telah tiba, seperti biasa, aku bangun duluan untuk membuat sarapan. Saat aku keluar dari kamar dan pergi ke dapur, “Apakah dia belum bangun? Bukankah kita mau bikin nasi goreng bersama?” Tanyaku dalam hati. Tak lama kemudian, Monica keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah dapur.
“Maaf aku baru bangun, aku lupa kalau kita mau membuat sarapan bersama” Monica berkata sambil tersenyum.
“Gapapa kok, aku juga baru bangun, yuk kita mulai” aku berkata sambil mengambil bahan-bahan di kulkas.
Beberapa menit kemudian, “Aku ambilkan piring yaa” Monica berkata.
“Boleh” Jawabku. Monica pergi untuk mengambil piring dan kembali ke Mike untuk menaruhkan makanan yang mereka buat di piring itu. Setelah itu, kita pergi ke meja makan untuk makan bersama.
“Terima kasih yaa sudah mengajariku memasak” Monica berkata sambil memakan makanannya.
“Sama-sama” aku berkata sambil memakan makananku.
Setelah kita selesai makan, “biar aku saja yang membawa piringnya” Sahutku.
“Bo-boleh, maksaih yaa” Monica berkata.
“Sama-sama” aku berkata sambil mengambil piring-piring kotor yang berada di meja makan. Aku berjalan ke arah dapur untuk mencuci piring-piring itu, setelah mencuci piring itu, aku kembali ke meja makan dan dia masih di situ.
“Kamu tidak ke kamarmu?” aku berkata.
“Tidak, aku hanya ingin di sini dulu” Monica berkata.
“Oh ok, mau aku temenin engga?” aku berkata.
“Bo-boleh” Monica berkata. Langsung aku duduk di samping dia dan kita hanya diam saja.
Beberapa menit kemudian, “Hey kamu keliatan sedih?” aku memulai percakapan.
“Oh, gapapa kok, aku hanya banyak pikiran” Monica berkata.
“Emang mikirin apa? Mikirin kejadian kemaren?” aku berkata.
“Eng-engga, itu sih yang lain” Monica berkata.
“Terus kenapa kamu pikirin?” aku berkata.
“Engga tau” Monica berkata sambil menutupi mukanya dengan tangannya, kayaknya dia menangis.
“Kenapa kau menangis?” aku berkata. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku ingin memeluknya tapi aku tidak berani,
‘Hayo Mike, dia itu menangis dan kau harus menenangkan dia’ aku berkata dalam hati. Dengan keberanianku, aku menaruhkan salah satu tanganku ke pundaknya, setelah itu dia langsung melihatku.
“Kamu engga apa-apa?” aku bertanya.
“Engga apa-apa kok” Jawab Monica.
“Apakah aku boleh memelukmu?” aku bertanya.
“Bo-boleh” Monica berkata di sela-sela tangisannya. Setelah itu, Monica bersandar di dadaku dan aku memeluknya untuk membantu menghentikan tangisannya.
Beberapa menit kemudian, Monica berhenti menangis, “Kamu sudah lega?” aku bertanya.
“Su-su-sudah, makasih yaa” Monica berkata sambil terisak. Monica masih bersandar di dadaku, tidak apa-apa lah, dia juga pasti memerlukan sandaran. Saat kejadian itu terjadi, kupu-kupu datang kembali di perutku, kayaknya memang aku suka dengan dia.
Beberapa menit kemudian, “Eh gapapakan aku bersandar di dadamu?” Monica bertanya saat dia tersadar dengan apa yang sedang dia lakukan.
“Gapapa kok, yang penting kamu bisa bahagia” aku berkata dengan senyuman manis untuk Monica. Saat aku senyum ke dia, dia senyum balik ke aku, senyuman dia itu sangat lucu yaa.
“Eh, kamu sudah punya pacar belum?” aku tiba-tiba bertanya.
“Belum sih, makanya aku tidak punya teman” Jawab Monica malu-malu.
“Oh gitu, bolehkah aku jadi sahabatmu?” aku bertanya sambil melihat ke arah Monica.
“Bo-boleh” Jawab Monica dengan masih tersipu malu. Dan sejak itu kita menjadi sahabat.
Beberapa menit kemudian, “Aku mau ke kamarku dulu yaa” Monica berkata sambil melepaskan tanganku dari pundaknya.
“Oh iya, sok aja, aku juga mau ke kamarku kok” aku berkata. Setelah itu kita berdua berdiri dan pergi ke kamar masing-masing.
Saat di kamarku, “Haduuuuuuuuuuuh, itu kupu-kupu kenapa kau kembali lagi sih?” aku bertanya dengan diriku sendiri. Aku memukul-mukul perutku agar kupu-kupu itu pergi dan aku bisa tenang. Tetapi kupu-kupu itu tidak mau pergi, “Aku main game saja, agar kupu-kupu itu pergi”.
ON MONICA’S BEDROOM
“Sudah Monica, kau sudah berhasil untuk menjadi sahabat dia” Monica berkata sambil menghapus air mata sisa tadi. “Malam ini, aku akan mengajaknya ke gedung kita” Monica berkata dengan suara monster.
BACK TO MY BEDROOM
“Malam ini aku akan menembaknya dan dia akan menjadi milikku selamanya” aku berkata dengan diriku sendiri. “Aku akan memberikan bunga yang sudah ku bawa di dalam tasku” aku berkata sambil mengambil bunga yang aku simpan di tasku. Setelah itu, aku melanjutkan game yang aku mainkan sampai selesai.
Beberapa jam kemudian, malam itu telah tiba, aku melihat ke jamku “it’s showtime” aku berkata sambil mengambil bunga itu dan pergi keluar kamar. Saat aku keluar kamar, Monica berada di sofa, kayaknya dia sedang menungguku.
“Hey Monica” aku menyapa.
“Hey Mike, sebelumnya aku mau ngajak kamu pergi” Monica berkata.
“Emang kita mau kemana?” aku bertanya.
“Ada deh, ikut aku aja” Monica berkata. Setelah itu, kita berdua keluar rumah dan berjalan ke arah gedung yang berada di seberang sana.
Saat kita sampai di tujuan, “Ngapain kamu mengajakku ke sini?” aku bertanya.
“Tunggu sebentar yaa, aku akan kembali” Monica berkata sambil pergi ke dalam gedung itu.
Beberapa menit kemudian, “Haduh kenapa dia lama sekali?” aku bertanya. “Mending aku pulang saja, toh nanti dia bisa nyusul” aku berkata sambil membalikkan badan dan pergi. Di tengah perjalanan, “Eh! TOLONG! TOLONG!” aku berteriak minta tolong, karena aku telah terperangkap! Setelah itu, seseorang datang mendekatiku, “Hey bantuin dong!” aku berteriak minta tolong kepadanya. Dia hanya berdiri di situ dan tiba-tiba melempar sesuatu ke arah kepalaku dan aku jatuh pingsan!
Setelah itu, dia membawaku ke suatu tempat di dalam gedung itu. Sesampainya disana, aku tersadar dan mendapati diriku di atas tempat tidur dengan, tangan dan kakiku terikat oleh tali. “Hah?! Apa ini? Tolong aku!” aku berteriak.
Beberapa menit kemudian, seseorang datang mendekatiku, “Untung kau kesini, tolong lepaskanku” aku meminta tolong sambil mencoba untuk lepas dari tali ini. Setelah itu, beberapa orang lain datang di belakangnya. Aku terkejut! Karena salah satu dari mereka kayaknya aku kenal.
“Hai Mike”” Monica berkata.
“Mo-Monica, itu kamu? Kenapa kau kelihatan aneh?” aku bertanya dengan bingung.
“Ini wujudku yang sebenarnya dan ini semua teman-temanku” Monica menjelaskan.
“Kau berbohong kepadaku?” aku bertanya tak percaya.
“Seharusnya iya, silahkan teman-teman”” Monica berkata. Dan teman-temannya mengelilingi aku.
“Apa yang kalian akan lakukan?” aku bertanya dengan nada ketakutan.
“Sebelumnya, namaku bukan Monica tapi “THE RIPPER”” The Ripper berkata sambil tertawa jahat.
“Great job my daughter” Slender Man memuji.
“Terimah kasih ayah” The Ripper berkata.
“Kenapa kau melakukan ini? Tadinya aku mau menembakmu” aku berkata.
“Well too bad, aku sudah menjadi milik orang lain, benarkan Jeff?” The Ripper berkata sambil melihat ke arah Jeff.
“Itu benar sekali sayang” Jeff berkata.
“Tapi-“ aku berkata.
“Stop with this nonsense, now GO TO SLEEP” Jeff berkata sambil menusukku sampai aku tertidur.
Setelah itu, kita semua makan bersama,
“Aku sangat bangga denganmu” Slender Man berkata sambil menepuk pundak anaknya.
“Makasih yaa ayah” Jawab The Ripper sambil tersenyum puas.
I'm proud of you!