Panas, pengap, berdesakan dan bau asap rokok. Mungkin itu yang menggambarkan suasana di dalam bus kota. Tak heran banyak orang yang tidak suka naik bus kota. Padahal, bus kota termasuk alat transportasi yang murah dan mudah. Namun resikonya ya mengulur banyak waktu karena sebentar-sebentar menaik-turunkan penumpang, belum lagi kalau terjebak macet.
Namun bus kota sudah melekat sekali bagi kehidupan Binar. Hampir setiap hari ia menggunakan alat transportasi itu untuk pulang dan pergi sekolah. Meskipun Binar tidak suka keramaian, namun naik bus kota tidak pernah menjadi masalah yang terlalu serius.
Karena jarak dari rumah ke sekolahnya cukup jauh, Binar selalu berangkat pagi sekali supaya tidak terlambat ke sekolah, sekaligus supaya mendapat tempat duduk di dalam bus kota.
Binar selalu menunggu bus di halte yang berada di samping gang rumahnya. Setelah bus yang ia tunggu berhenti, ia masuk dan selalu memilih duduk di samping jendela. Duduk di samping jendela selalu menjadi tempat favorit untuk Binar. Selain udara bisa keluar masuk dengan leluasa supaya tidak pengap, dia juga bisa melihat apa saja yang ada di luar jendela.
Binar yang memiliki hobi menggambar, terkadang ia mengisi perjalanannya dengan menggambar sesuatu yang ada di kepalanya. Bisa saja dari apa yang ia lihat di luar jendela, atau di dalam bus kota. Bagi Binar, menggambar adalah salah satu bentuk menghilangkan kebosanan dan juga stress. Binar sosok gadis yang tak banyak bicara dan seseorang yang tidak mudah mengungkapkan sesuatu yang dia rasa. Dan dengan menggambar, dia bebas mengungkapkan apapun. Termasuk perasaannya.
***
"Eh eh. Kenapa nih?" seru seorang laki-laki ketika sepeda motor yang ia tunggangi mendadak berhenti.
Laki-laki bertubuh jangkung itu segera turun dari motornya dan memeriksanya.
"Perasaan baru aja isi bensin. Oooh. Mungkin minta diservice nih motor. Dasar manja lo. Mana sekolah masih jauh. Kenapa nggak mogok dari tadi pas di rumah aja hah?" Laki-laki itu bicara kepada motornya sendiri. Dan karena kesal ia memukul jok motornya sendiri sebagai pelampiasan.
Laki-laki itu menoleh ke sana ke mari untuk mencari bengkel terdekat. Namun sepertinya tidak ada bengkel di sekitar tempat itu. Akhirnya laki-laki itu menuntun motornya dengan jalan kaki untuk mencari bengkel terdekat.
"Pagi-pagi udah bikin gue keringetan aja lo, Tor. Gue jual baru tau rasa lo nggak punya tuan. Dimanja, udah. Dimandiin tiap minggu, udah. Diisi bensin dua hari sekali juga udah. Tiap bulan gue kasih nutrisi oli. Kurang disayang gimana lagi coba?" rutuk laki-laki itu kepada motornya sendiri.
Setelah berjalan beberapa ratus meter, akhirnya ia menemukan sebuah bengkel yang baru saja buka. Dengan wajah yang gembira bukan main, seperti menemukan air di gurun pasir, laki-laki itu langsung membawa motornya ke bengkel.
"Pak, tolong benerin motor saya ya. Tadi mogok. Nggak tau apanya tuh yang bermasalah. Tapi saya mau sekolah dulu. Takut bapaknya gugup kalo kerja cepet-cepet, saya tinggal aja motornya. Ntar pulang sekolah saya ambil lagi," ucap laki-laki itu.
"Siap, Mas. Nanti pulang sekolah pasti udah beres kok," sahut si tukang bengkel itu.
"Sip deh. Kalo gitu saya berangkat sekolah dulu, Pak."
"Iya, Mas. Hati-hati."
Laki-laki itu mengacungkan jempol kepada si tukang bengkel. Kemudian melangkah ke trotoar untuk menunggu bus.
"Masih jam setengah tujuh sih. Si Tayo datengnya lama nggak ya?" gumam laki-laki itu sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, mata laki-laki itu berbinar ketika melihat sebuah bus melaju ke arahnya. Laki-laki itu mengulurkan tanganya untuk memberhentikan bus itu. Bus pun berhenti tepat di depan laki-laki itu berdiri. Ia langsung masuk ke dalam bus dan mencari tempat duduk.
Laki-laki itu pun menemukan satu kursi yang kosong di samping seorang gadis cantik dengan rambut lurus yang terurai. Si laki-laki itu pun segera melangkah dan duduk di kursi yang kosong itu.
Laki-laki itu memperhatikan apa yang sedang gadis di sebelahnya lakukan. Dengan wajah serius, gadis itu sedang menggambar sesuatu di atas kertas di bukunya.
"Mau nggambar apa, Mbak?" tanya laki-laki itu kepada gadis di sebelahnya.
Si gadis tak menjawab apapun. Dia masih tetap menggambar. Laki-laki yang supel dan tidak bisa diam di suatu tempat itu pun akhirnya mengajak berkenalan dengan gadis itu.
"Gue Gema," ucap laki-laki itu mengulurkan tangannya ke hadapan gadis yang tak lain adalah Binar itu.
Melihat ada uluran tangan tepat di depan wajahnya, Binar pun melirik sekilas wajah laki-laki yang ada di sebelahnya itu.
Hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan lagi kegiatannya. Gema pun akhirnya menarik uluran tangannya lagi.
Etdah. Sombong amat. Mungkin dia takut kali ya sama gue. Perasaan muka gue juga muka-muka malaikat. Masa sih dia takut, kata Gema dalam hati.
Binar memang seseorang yang tidak mudah berkenalan dengan seseorang yang baru. Ia sangat menjaga jarak dengan orang yang tidak ia kenal. Apalagi sekarang sedang marak kasus hipnotis di dalam bus kota dengan modus mengajak berkenalan dan kemudian memberi air minum. Dan ketika kita meminumnya, kita akan kehilangan kesadaran, kemudian orang itu akan mengambil harta benda yang kita punya.
Binar memang seperti itu. Selalu memikirkan sesuatu yang buruk yang akan menimpanya ketika menemui orang asing. Padahal tidak semua orang memiliki niatan jahat. Mungkin itu cara Binar menjaga diri.
Gema tidak tahan kalau semenit saja diam dan tidak melakukan apa-apa. Dan satu-satunya orang terdekat Gema adalah Binar. Gema mencoba mengajak Binar mengobrol. Meskipun sempat dicuekin, namun Gema tidak menganggap itu masalah.
"Gue baru pernah naik bus kota ke sekolah. Tadi motor gue mendadak mogok di tengah jalan. Padahal bensin udah penuh. Nggak tau apanya yang bermasalah. Akhirnya gue jalan tuh bawa motor ke bengkel. Mana nyari bengkel nggak ketemu-ketemu. Tapi akhirnya ketemu juga sih. Sekarang motor gue lagi dibenerin. Akhirnya gue naik bus aja deh. Ternyata naik bus lumayan asik juga ya," ucap Gema.
Sudah bercerita panjang lebar, Binar masih saja diam tak merespon ucapan Gema sama sekali. Dia masih tetap asik menggambar.
Dia pasti lagi ngebatin 'nih orang sok kenal sok dekat banget.' Tapi ya mau gimana lagi. Gue bosen kalo nggak ngomong, kata Gema dalam hati.
Tak lama, seorang kondektur bus menarik uang para penumpang. Termasuk kepada Binar dan Gema.
"Mau turun dimana adek-adek?" tanya si kondektur bus.
Binar merogoh saku rok abu-abunya untuk mengambil uang. Kemudian menyerahkan uang kepada kondektur itu.
"SMA Brawijaya," ucap Binar.
"Ke SMA Bhineka berapa, Bang? Nggak pernah naik bus soalnya," tanya Gema.
"Tujuh ribu aja, Dek," jawab si kondektur.
"Jangan dinaik-naikin mentang-mentang gue baru pernah naik bus ya," ucap Gema.
"Kagak. Ini tarif normal," sahut si kondektur.
Gema pun memberikan uang 7000 rupiah kepada kondektur bus yang dengan cepat berpindah ke penumpang lain.
"Lo anak SMA Brawijaya? Wah temen gue juga ada yang sekolah di sana. Lo kenal Andre nggak? Namanya Andre Tantowi. Anak kelas 12 Mipa 3 kalo nggak salah. Kenal nggak? Dia itu sahabat gue waktu SMP. Dulu gue sempet mau sekolah di sana. Tapi gue nolak, dan milih sekolah di SMA Bhineka gara-gara ngikutin cewek yang waktu itu gue suka, tapi sekarang udah jadi mantan sih. Gimana? Lo kenal Andre nggak? Yang anaknya tinggi kurus, suka makan mie ayam cuma pake kecap doang," tanya Gema kepada Binar.
Lagi-lagi Binar tak menjawab pertanyaan Gema. Ia memasukkan buku gambarnya ke dalam tas.
Apa gue harus jadi kondektur bus dulu supaya dia jawab pertanyaan gue?
Tak lama, Binar berdiri.
"Permisi," ucap Binar yang pertama kali bicara dengan Gema.
Mengetahui sebentar lagi Binar akan turun, Gema pun berdiri untuk memberi jalan kepada Binar yang duduk di samping jendela itu.
Setelah Binar keluar, ia melangkah ke pintu bus, dan akhirnya menyetop bus untuk berhenti tepat di depan sekolahnya. Gema memperhatikan Binar sampai ia turun dari bus, kemudian masuk melewati gerbang sekolah, dan sampai bus itu kembali melaju.
Cewek emang gitu kali ya, pikir Gema.
Gema kembali duduk di tempatnya. Kemudian matanya menemukan sesuatu di lantai bus itu, yang tepat berada di bawah tempat duduk yang Binar tempati.
Gema pun memungutnya. Rupanya beberapa kertas berisi gambar gadis itu. Mungkin Binar tak sadar kalau gambarnya ada beberapa yang terjatuh.
***