Loading...
Logo TinLit
Read Story - IKRAR
MENU
About Us  

Ambil yang baik, buang yang buruk. Selamat membaca 😊

۞۞۞

Moira bersedih, ia ingin menangis, ingin berteriak, ingin protes, dan lari dari situasi keji ini, tapi batinnya berteriak jangan.

Apa yang harus disesalkan? Sedang inilah perjanjiannya dengan Allah sebelum ruhnya ditiupkan.

Moira merintih menahan laranya dalam pagutan Ibram. Tangannya mencengkram bahu Ibram yang terbuka, kuku-kukunya yang panjang menancap sempurna seolah sedang menyalurkan rasa sakitnya kepada pria itu.

Kuku Moira yang menancap di bahu Ibram mungkin tak seberapa dengan rasa sakit sukma dan raganya.

Bukan. Bukan seperti ini yang Moira inginkan. Inginnya Ibram melakukannya atas dasar cinta bukan karena sebuah tujuan yang ingin digapai olehnya.

Izahnya sebagai seorang istri luntur diguyur keegoisian suami karena ingin memiliki wanita lain. Sungguh ironi.

Permintaannya perihal anak hanya sebuah usaha untuk mempertahankan Ibram. Segala sesuatu memang sudah ada kadarnya, tetapi jangan sampai berusaha sekadarnya. Tentu Moira tidak mau hanya menerima dengan ikhlas dirinya dimadu sang suami, sedang poligaminya tak sesuai dengan syariat.

Moira hanya ingin mengulur waktu, semoga semesta kali ini memihaknya. Moira tentu ingin dapatkan surga, tetapi bukan surga yang seperti ini.

***

Moira menatap pantulan dirinya dalam cermin. Terlihat matanya sembap dan wajahnya terbungkus kulit yang pucat kesi. Tak ada semburat merah bersih di ujung hidungnya lagi. Kemudian otot-otot wajahnya tertarik menciptakan sebuah senyuman getir.

Aku hanya seorang wayang yang memainkan naskah dalang. Walau lakonku malang hatiku harus lapang, agar pada akhirnya aku menang.

Suara erangan seorang pria menyentakan tubuh kecil Moira. Tubuhnya tertarik dari cermin. Saat ini ia tengah berdiri canggung kala melihat dengan ekor matanya seorang pria yang tengah merentangkan tangannya dengan mata setengah terbuka.

Sejurus kemudian pipinya merasa panas. Ia merutuk dalam hati, menghakimi tubuhnya yang bersikap demikian.

“Jam berapa ini? Kenapa kamu gak bangunkan aku?” kata Ibram setelah mendaptakan seratus persen kesadarannya. Matanya menyipit kala melihat Moira yang sudah rapi dengan gamis berwarna dusty pink dan khimar panjang dengan warna senada.

“I-itu….” Jantung Moira berdegup tak karuan hingga membuatnya tidak focus. “Mo-Moira… ba-baru… mau bangunkan.”

Ibram berdecak. Saat ini sudah pukul setengah 6 lebih baik dirinya cepat-cepat bergegas ke kamarnya dan bersuci, sehabis itu tunaikan shalat subuh. Mereka berdua sepertinya kesiangan, mungkin ini karena semalam… ah Ibram tak mau mengingatnya. Tiba-tiba hatinya jadi berdesir.

Moira mendengar langkah kaki Ibram yang keluar kamarnya, tetapi dirinya tidak berani melihat. Mendengar deru napasnya saja sudah mampu membuat jantungnya berdegup sekuat tenaga kuda, apalagi melihat wujudnya.

Moira mengatur napasnya, ia menarik lalu mengeluarkannya kembali mencoba menetralkan emosinya. Uh, tubuhnya sungguh merespons berlebihan. Daripada berdiam diri yang malah membuatnya terus mengingat, lebih baik ia turun ke bawah lalu memasak untuk sarapan pagi.

Mengenai tugasnya yang sudah genap, tak berarti membuatnya menjadi lega. Tentu Ibram masih dengan rencananya yang ingin menikah lagi dengan Anindira. Tetapi ‘kan itu hanya sebuah rencana, bisa terjadi pun bisa tidak. Lalu, saat ini ia sedang mengusahakan agar tidak terjadi walau dengan topeng sebuah permintaan soal anak.

Perihal permintaan Moira yang lainnya, Ibram berjanji akan belajar memperlakukan Moira sebaik-baiknya. Hah, tapi itu tak membuat hati Moira bergembira sebab niatnya belajar hanya untuk sebatas izin kata ‘iya’ yang ingin ia dengar dari mulut Moira.

Ibram dan Anindira hanya sedang bersandiwara mengatas namakan agama demi cinta mereka dapat bersatu. Padahal di zaman nabi, beliau menikahi banyak wanita bukan atas dasar nafsu belaka. Berbeda dengan kebanyakan pria di zaman ini yang ingin menikah lagi, berkata ingin jalankan sunnah padahal yang wajibnya saja masih lalai dan berantakan.

Na’udzubillahi min dzalik. Moira tak akan biarkan Ibram menjadi salah satu diantara mereka.

Perihal Mama Anindira yang sakit sebagai alasannya, pun Moira tak akan telan bulat-bulat. Seharusnya mereka berharap kepada Allah bukan kepada manusia atas kesembuhan penyakitnya. Soal ajal, kita semua tidak ada yang tahu. Mau Ibram menikah atau tidak dengan Anindira, toh ajal sang mama sudah dituliskan oleh Allah, semua sudah pasti akan berpulang.

Selagi masih banyak pintu surga yang tersedia, mengapa harus memilih surga dengan jalan yang itu?

Tetapi, Moira hanyalah manusia biasa apabila hal tersebut ditakdirkan untuknya maka ia berdoa moga Allah selalu berikan kelapangan hati untuk menerimanya.

“Kamu mau ke mana?” tanya Ibram sambil mengunyah sarapannya.

“Kajian di kampus.” Moira menjawab sambil menunduk, matanya fokus pada sepiring nasi dan telur mata sapi di hadapannya. Ia enggan melihat wajah Ibram, rasa-rasanya ada masalah dengan pipinya yang terus merasa kepanasan.

“Akan kuantar.”

Moira hanya mengangguk tanpa bersuara. Sejenak Ibram menghentikan aktivitasnya memperhatikan tingkah istrinya yang dirasanya sedikit berbeda. Tetapi kemudian ia tak mau ambil pusing, mungkin Moira merasa canggung dan adalah wajar bersikap demikian.

Lalu, hening yang menghiasi mereka. Hingga di dalam mobil pun tak ada yang membuka percakapan, yang terdengar hanya deruan napas mereka dan suara kendaraan.

Sesungguhnya ada yang mengusik batin Moira dibalik sikap diamnya pagi ini. Selain, dirinya merasa tidak nyaman dekat-dekat dengan Ibram saat ini, dirinya juga menyesalkan sikap Ibram yang acuh tak acuh. Pria itu selalu begitu, selalu menganggap semuanya sudah baik-baik saja padahal tidak. Seolah tak terjadi apa-apa pada mereka. Padahal semalam tak terhitung berapa jumlah buliran air mata yang Moira keluarkan.

Moira menghembuskan napasnya sedikit kasar hingga membuat Ibram menoleh. Tetapi, pria itu tak berkomentar apapun hanya melihat sekilas lalu kembali focus ke jalanan.

Perjalanan ke kampus Moira terasa panjang sebab situasi yang menjemukan ini. Sesampainya di gerbang utama kampus Moira langsung ancang-ancang untuk keluar.

Sebuah tangan besar menarik lengan Moira yang hendak ke luar dari mobil, membuat gadis itu menoleh kaget.

“Kamu lupa kewajibanmu,” komentar Ibram datar.

Dahi Moira berkerut tak mengerti akan ucapan Ibram. Tetapi sejurus kemudian gadis itu beristighfar. Diraihnya tangan kanan Ibram untuk lalu mencium punggung tangannya.

Belum sempurna Moira mendongak, sebuah tangan menahan tengkuknya dan merasakan sebuah kecupan mendarat di dahinya. Kecupan itu hanya terjadi sepersekian detik, tidak lama tapi mampu membuat Moira membatu. Wajah terkesiapnya tak dapat ia sembunyikan. Lalu dengan tergesa ia menarik diri untuk segera turun dari mobil Ibram. Degup jantungnya tak dapat dikontrol lagi, takut-takut pria itu dapat mendengarnya dan membuatnya malu. Pipinya tak tertolong, bak kepiting rebus.

“Assalamu’alaikum,” pamitnya sambil melengos tak berani menatap mata Ibram.

“Wa’alaikumsalam.”

Ibram tersenyum melihat tingkah Moira. Senyuman itu tak bertahan lama, tiba-tiba sirna begitu saja kala wajah Anindira tampak dalam benaknya.

***

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Para jamaah dengan saksama mendengar sang penceramah yang baru saja membacakan ayat suci Al-Qur’an tersebut. Kajian yang diikuti oleh Moira kali ini merupakan kajian umum untuk laki-laki dan perempuan. Tempat duduk mereka tentu dibuat terpisah oleh panitia, dengan jamaah laki-laki di sebelah kiri dan perempuan di sebelah kanan yang ditengahnya diberikan hijab sepanjang satu meter. Kajian dilakukan di masjid kampus Moira.

Tema kajian kali ini adalah ujian tanda cinta Allah. Moira sebetulnya baru tahu tadi pagi saat Fara tiba-tiba menghubunginya. Mengapa pas sekali rasa-rasanya dengan kondisi Moira saat ini.

“Terlihat secara dzahir, ujian dunia merupakan ujian yang paling sering kita hadapi,” ucap sang Ustaz sambil tersenyum kepada jamaah perempuan dan laki-laki silih berganti. “Misalnya kemiskinan, kehilangan orang yang dicintai, kekayaan, sakit, dan sebagainya.”

Ketika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengujinya dengan ujian dunia. Tujuannya, Allah ingin menaikkan derajat orang mukmin yang bersabar atas ujian yang Allah timpakkan. Bisa juga Allah ingin menghapus dosa sebagaimana yang diterangkan dalam hadist.

“Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara refleks batin Moira mengamini dengan syahdu.

Perlu kita ingat bahwasanya setiap ujian yang datang menimpa orang beriman, in syaa Allah akan selalu ada kebaikan dan hikmah dibaliknya. Sebab tidaklah Allah menetapkan sesuatu kecuali itu merupakan kebaikan.

Oleh sebab itu, kiranya kita harus senantiasa mengingat bahwasanya ujian adalah tanda cinta Allah. Lalu, tugas kita sebagai hamba-Nya adalah ridho dan ikhlas dalam menjalankan ketentuan-Nya, sehingga ujian tersebut akan membawa diri kita pada kebaikan bukan malah pada murkanya Allah. Naudzubillahi min dzalik.

Moira tertegun mendengar penuturan sang Ustaz berjenggot tipis itu. Kemudian ia melempar tanya pada dirinya sendiri, sudahkan dia ridho dan ikhlas pada ketentuan-Nya? Rasa-rasanya malah ia ingin lari dan tak terima atas takdir yang menimpanya.

Kepala Moira tertunduk menyembunyikan air yang meleleh dari matanya. Bahunya terasa dielus pelan oleh seseorang. Fara. Sahabatnya tahu bahwa Moira tengah dihadapi pada ujian yang tidak mudah. Kali ini ia tak banyak bicara, memilih membiarkan Moira untuk menumpahkan semuanya.

Moira merasa malu kepada Allah yang ingin membawanya kepada kebaikan. Lantas mengapa dirinya terus risau tidak menerima semuanya, padahal sudah jelas ini adalah tanda cinta Allah kepadanya. Allah sudah siapkan kebaikan untuk dirinya, mengapa egoisnya begitu tinggi? Mengapa dirinya seolah-olah berpikir bahwasanya ia ini dipecundangi?

Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung.

Haruskan dia ridho dan ikhlas atas Ibram?

***

“Bagaimana?”

Anindira menatap mata Ibram yang kelam.

Saat ini mereka sedang berada di rumah Anindira. Ibram memutuskan pergi ke rumah wanita itu untuk menjelaskan semuanya.

Ibram berdehem. “Moira mengizinkan….” Tampak Anindira bernafas lega dengan senyum yang terbingkai di wajah cantiknya. “Tapi… dengan syarat.”

“Syarat?” Anindira terkaget. Dahinya berkerut dalam.

Ibram mengangguk. “Dia inginkan anak dariku terlebih dulu.”

Mulut Anindira seketika menganga lalu berkata dengan nada tinggi, “Kamu setuju?”

Mulanya Ibram tampak ragu untuk menjawab sebab tak ingin membuat Anindira terluka. Tetapi kemudian akhirnya ia mengangguk juga. Mau tidak mau, ‘kan? Sebab ini adalah risiko bagi Anindira jika ingin dinikahinya.

“Kamu gila?!” Anindira setengah berteriak, darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun. Bagaimana bisa Ibram menurutinya? Lalu, mengapa juga bocah itu malah mengajukan syarat demikian, bukannya bercerai lebih baik untuk mereka?

“Tenangkan dirimu, An.” Ibram menggeser bokongnya hingga mendekat pada Anindira, kemudian tangannya mengelus lengan wanita tersebut. “Kamu harus bersabar, kita pasti bisa penuhi kemauan Mamamu.”

“Kamu tahu ‘kan penyakit Mama seperti apa?” Mata Anindira menatap Ibram nanar. “Berapa lama aku harus menunggu, hah? Sampai bayi kalian lahir? Kamu kira usia kehamilan bocah itu bisa dipercepat? Bisa kilat?”

Ibram berdecak kesal kala Anindira menyebut ‘bocah itu’. Bagaimana pun juga Moira gadis yang sudah dewasa, walau fisiknya tak terlihat demikian.

“Beri aku waktu paling tidak satu tahun.”

“Satu tahun katamu?!”

“Mau bagaimana lagi? Itu satu-satunya jalan agar kita bisa bersama.”

Tiba-tiba hati Anindira melunak. Ibram memberinya sebuah pengharapan. Matanya menatap lekat mata Ibram sehingga pandangan mereka bertemu. Tiba-tiba setan hadir ditengah-tengah mereka. Seketika Ibram melupakan statusnya sebagai seorang suami.

“Kamu janji?” tanya Anindira setelah lepas dari pagutan Ibram.

“Aku janji.”

***

Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak, jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza 😊

Jika berkenan sila follow IG ku @ceritaarney :)

Jangan sungkan untuk memberi kritik dan saran ^^

 

30 Juni 2019,

Arney

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • yurriansan

    @itsarney akunku yurriansan. klo kmu mau mampir dluan boleh, aku bksln lmbat feedbacknya. krena klo wattpad bsanya buka pke lptop, aku gk dnload aplikasinya. dan lptopku lg d service

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • itsarney

    @yurriansan akunku ini kak https://www.wattpad.com/user/itsarney
    ayo kak dengan senang hati ^_^

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • yurriansan

    @itsarney wattpad? Akunnya apa?
    Kbtulan critaku yg rahasia Toni aku publish d wattpad juga. Nnti bisa saling kunjung xD

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • itsarney

    @yurriansan Masya Allah Kak terima kasih sudah berkenan membaca cerita ini. Aamiin semoga Allah kabul, makasih doanya^_^
    Ah, ya. Cerita ini juga bisa dibaca di Wattpad^^

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
  • yurriansan

    Tulisanmu bagus ,πŸ˜„.
    Smoga ramai like ya

    Comment on chapter BAB 1: Keputusasaan
Similar Tags
Under a Falling Star
1040      611     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
GEANDRA
401      316     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Lantas?
35      35     0     
Romance
"Lah sejak kapan lo hilang ingatan?" "Kemarin." "Kok lo inget cara bernapas, berak, kencing, makan, minum, bicara?! Tipu kan lo?! Hayo ngaku." "Gue amnesia bukan mati, Kunyuk!" Karandoman mereka, Amanda dan Rendi berakhir seiring ingatan Rendi yang memudar tentang cewek itu dikarenakan sebuah kecelakaan. Amanda tetap bersikeras mendapatkan ingatan Rendi meski harus mengorbankan nyawan...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
14807      2959     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Senja Belum Berlalu
4073      1441     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
My Andrean
10972      1912     2     
Romance
Andita si perempuan jutek harus berpacaran dengan Andrean, si lelaki dingin yang cuek. Mereka berdua terjebak dalam cinta yang bermula karena persahabatan. Sifat mereka berdua yang unik mengantarkan pada jalan percintaan yang tidak mudah. Banyak sekali rintangan dalam perjalanan cinta keduanya, hingga Andita harus dihadapkan oleh permasalahan antara memilih untuk putus atau tidak. Bagaimana kisah...
Rembulan
1186      660     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
My Doctor My Soulmate
115      103     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Semu, Nawasena
9472      3012     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
IMAGINE
382      272     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.