Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salju yang Memeluk Awan [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

Devon's Point of View

Akhirnya aku sampai di apartemen mewah ini setelah dijemput Pak Budi, supir pribadi yang disediakan ayahku di Indonesia.

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Neng?" tanya Pak Budi ketika aku akan masuk ke lobby apartemen.

"Tidak ada, Pak. Terima kasih. Bapak boleh pulang," aku memaksakan diriku sendiri untuk tersenyum.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan SMS saya yah, Neng. Saya tinggalnya dekat apartemen ini," katanya lagi.

Kali ini aku hanya tersenyum dan segera berjalan ke dalam elevator yang akan membawaku naik ke lantai 8. Apartemen ini memang mewah sekali, sangat jauh dengan flat jelek yang kutinggali dengan ibuku dulu. Tapi apartemen mewah maupun flat jelek tidak ada bedanya untukku. Aku toh tetap sendirian.

Begitu sampai kamar aku membanting tubuhku ke ranjang berukuran king size yang dilapisi seprai dan comforter berwarna cokelat bermotif garis. Kepalaku masih sangat sakit walaupun aku sudah bisa bernapas normal. Kupejamkan mataku dan berharap sakit itu akan hilang ketika aku bangun nanti. Andai saja, ayahku itu akan menemuiku suatu hari nanti. Karena sampai saat ini, setelah 2 minggu aku tinggal di Indonesia pun aku belum pernah melihat wajahnya.

Yuki's Point of View 

Betapa kagetnya aku ketika tiba-tiba Ryo berteriak kepada ayahnya. Aku hanya pernah melihat Ryo semarah itu sekali ketika kami masih duduk di kelas 1 SMP. Saat itu aku dengan sengaja merusak diary seorang gadis yang menyukai Ryo karena cemburu. Ryo yang juga menyukai gadis itu sangat marah dan dia berteriak meluap-luap padaku. Ada masalah apa antara Ryo dengan ayahnya? Bisniskah? Dia berteriak "itu bukan alasan!" dengan heboh begitu. Kalau memangnya Ryo tidak akan meneruskan usaha Om Trumanjaya, alasan apa yang diberikan Om Trumanjaya sampai Ryo semarah itu? Jangan-jangan Om bilang kalau Ryo tidak cukup pintar untuk meneruskan perusahaan multinasional keluarga Trumanjaya? Hm.. kalau dipikir-pikir memang Ryo dan aku kan kapasitas otaknya mirip-mirip alias pas-pasan buat naik kelas gitu. Nggak aneh sih kalau Om Trumanjaya takut perusahannya bakal bangkrut di tangan Ryo. Atau jangan-jangan.. Om Trumanjaya bilang Ryo nggak akan dikasih perusahaan kecuali dia mau nikah sama akyu? Hehehe.Memikirkannya aja aku ingin senyum-senyum sendiri.

"Yuki. Hush! Ngapain kamu cengar-cengir sendiri pas sahabat kamu lagi berantem sama ayahnya?!" bisik Papa. Oops ternyata aku bukan hanya tersenyum di otakku tapi secara harafiah.

"Kita nggak usah menyapa mereka yah, Sweetie. Mereka pasti malu kalau kita memergoki mereka sedang bertengkar," lanjut Papa.

"Aku tahu, Pa," jawabku.

Makan malam yang seharusnya diisi dengan cerita perjalanan bisnis Papa yang membosankan di luar negeri pun harus kulewati dalam diam. Aku kan tidak enak sama Ryo kalau malah menari-nari di atas penderitaannya. Aku memang sangat bosan mendengar cerita bisnis Papa di Singapura atau Hong Kong. Tapi aku tetap ingin mendengarnya. Aku ingin membayangkan bagaimana hidup Papa di luar negeri. Aku kan belum melihatnya setelah dua bulan. Dasar Ryo!

Sekarang aku sudah menghapus make-up di wajahku dan sedang berbaring menatap langit-langit kamarku yang dipenuhi gambar awan dengan berbagai warna. Ryo dan aku melukisnya sendiri ketika aku lulus SD. Kata Ryo, ini adalah hadiah graduation untukku. Aku sangat menyukainya. Tapi entah mengapa sekarang yang kubayangkan bukan lagi wajah Ryo. Melainkan Devon. Aku melihat Devon tersenyum padaku di kelas. Aku melihat Devon menyeruput teh botolnya. Aku melihat Devon dengan mata menerawangnya yang sedih. 

Tidak-tidak! Aku kan sukanya sam Ryo! Aku sudah sumpah setia akan menunggu Ryo sampai dia bisa benar-benar melupakan Marissa. Itu loh cewek yang diary-nya kurobek dan akhirnya pindah ke London saking trauma-nya dia sama aku. Huahaha makanya jangan main-main dengan Yuki Victoria Tanudiredjo! Pokoknya besok aku harus mengklarifikasi sama Ryo! Aku juga nggak akan menemui Devon lagi. Senyumnya itu loh.. menggoyahkan iman. Aku cuma mikirin dia karena aku kasihan sama dia kan? Iya kan? Aku nggak mungkin suka sama Devon! Nggak boleh!

Kali ini aku bangun sebelum Bik Inah mengetuk pintu kamarku. Dengan semangat tempur aku berdandan dan turun mencari sarapan. Ini masih jam 6 pagi loh. Bik Inah sampai pucat melihatku turun. Dia kira aku hantu katanya. Astaga, Bik Inah. Aku sudah menghabiskan sarapanku dan sekarang aku sudah 15 menit memainkan hapeku sambil menunggu Ryo datang. Aku harus berangkat 5 menit lagi kalau tidak mau terlambat datang ke sekolah. Tapi masih belum ada tanda-tanda kalau Ryo akan muncul.

"Bik Inah, Pak Rahmat sudah datang?" tanyaku pada Bik Inah yang datang untuk mengangkat piring-piring kosong bekas sarapanku.

"Sudah, Non Yuki. Tapi Dek Ryo tidak ikut, Non," jawab Bik Inah polos. Tanpa diketahuinya hatiku mencelos.

Maka dengan langkah gontai aku berjalan menuju mobil. Tahu begini buat apa aku bangun pagi-pagi. Kan lumayan tuh tidur 20 menit lebih lama.

"Pak Rahmat, Ryo-nya nggak ikut?"

"Iyah, Non. Neng Ryo bilang mau pergi sendiri hari ini," jawab Pak Rahmat masih dengan muka berseri-seri.

Sepertinya di antara semua orang yang kukenal hanya Pak Rahmat yang sedang berbunga-bunga hatinya. Ketika sampai di sekolah aku mulai mencari-cari Ryo. Tapi di kelas pun dia tidak ada. Ke mana sih dia sebenarnya?

Setelah jam pertama berakhir, Ryo pun masuk dengan langkah tidak bersemangat dan muka yang datar.

"Pagi, Ryo!" sapaku seperti biasa.

"Pagi," jawab Ryo.

"Gue.." tetapi sebelom aku selesai bicara Ryo sudah memotong kata-kataku.

"Gue mau ngomong sama lo istirahat nanti yah," katanya.

Oh My God. This is it! Sepertinya dugaanku benar! Om Trumanjaya memang perkasa! Dia sukses membuat Ryo bertekuk lutut demi mewarisi perusahaan. Sekarang dia malah akan bertekuk lutut secara harafiah dengan cincin di tangannya. Hohoho! Aku begitu senangnya sampai aku lupa bahwa Devon masih duduk di sebelahku. Aku bahkan tidak ingat dan juga lupa menyapanya. Ketika mata kami bertemu secara tidak sengaja, jantungku rasanya berdebar lebih cepat. Ada apa denganku? Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.

"Yuki. Gue tahu lo ada di Sushi Tei kemarin," kata Ryo ketika kami sudah duduk di tangga favorit kami.

"Gue minta tolong jangan tanya gue kenapa gue marah kemarin. Gue belum siap cerita," lanjutnya dengan cepat.

Wait a minute. Jadi dia tidak akan melamarku sekarang? Dia bilang dia belum siap? Oh tidak apa-apa. Asal dia tetap akan melakukannya. Aku akan rela menunggumu, my prince.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • Kang_Isa

    Keren. Lanjut, ya. Sukses selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
  • TamagoTan

    @ikasitirahayu1 Salam kenal juga! :) Thank you dah mampir yah.

    Comment on chapter Prolog
  • ikasitirahayu1

    Salam kenal, kak

    Comment on chapter Sang Salju dan Sang Awan
Similar Tags
Reach Our Time
10220      2372     5     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
Teman Kecil
365      229     0     
Short Story
Sudah sepuluh tahun kita bersama, maafkan aku, aku harus melepasmu. Bukan karena aku membencimu, tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita.
ADA SU/SW-ARA
3258      1005     1     
Romance
Ada suara yang terdengar dari lubuknya Ada Swara....
Me & Molla
531      311     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Putaran Waktu
819      524     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
Are We Friends?
3652      1101     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
5093      1548     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
Havana
771      372     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Oh My Heartbeat!
362      250     1     
Romance
Tentang seseorang yang baru saja merasakan cinta di umur 19 tahun.
Love Invitation
558      390     4     
Short Story
Santi and Reza met the first time at the course. By the time, Reza fall in love with Santi, but Santi never know it. Suddenly, she was invited by Reza on his birthday party. What will Reza do there? And what will happen to Santi?